TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Penyebab Orang Sulit Memberikan Waktunya untuk Keluarga, Ambisius!

Kebiasaan masa lajang masih melekat kuat

ilustrasi sibuk bekerja (pexels.com/Kampus Production)

Family time atau waktu buat keluarga amatlah penting. Kita gak boleh tenggelam dalam kesibukan sampai tidak pernah ada untuk pasangan dan anak. Rumah tangga bisa berada di ujung tanduk jika kesibukan menyita seluruh waktu serta energi kita.

Sekalipun kesibukan itu sebenarnya positif, seperti bekerja, durasinya yang telah berlebihan mengubahnya menjadi negatif. Baik kita sendiri maupun keluarga akan merasakan akibat buruknya. Waktu untuk keluarga mesti kembali diberikan sesuai porsinya.

Kita tidak mungkin bekerja seumur hidup. Suatu saat kita bakal kembali ke tengah-tengah keluarga dan sepenuhnya berada di rumah. Enam hal berikut mesti diatasi sejak sekarang biar kelak tidak ada perasaan asing antara kita dengan pasangan dan anak.

1. Berpikir bahwa kesibukan kerjanya juga buat keluarga

ilustrasi sibuk bekerja (pexels.com/Keira Burton)

Benar bahwa kita bekerja untuk mencari nafkah. Kita adalah pejuang keluarga sampai rela pergi pagi pulang malam atau bahkan pagi lagi. Namun, jangan lupakan bahwa tanda cinta kita buat keluarga bukan cuma berupa uang.

Hidup membutuhkan uang untuk segala keperluan. Akan tetapi, pasangan dan anak pun memerlukan kasih sayang berupa kebersamaan kita dengan mereka. Alangkah baiknya kalau keseimbangan dalam cara mengasihi keluarga bisa dijaga.

Jangan selalu memperlihatkan wajah yang lelah, pikiran yang sumpek, dan jadwal kerja yang padat. Sesekali tunjukkan betapa bugar dan siapnya kita untuk bersenang-senang bersama mereka. Kita gak boleh senantiasa memberi mereka sisa-sisa waktu dan tenaga, melainkan terkadang mereka pun perlu diprioritaskan.

2. Ambisi tinggi terkait pekerjaan

ilustrasi sibuk bekerja (pexels.com/William Fortunato)

Orang yang ambisius dengan kariernya biasanya akan kesulitan untuk membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga. Sepanjang waktu ia hanya memikirkan pekerjaan. Kebutuhan pasangan serta anak pada dirinya menjadi terabaikan.

Apakah kita juga seperti itu? Satu sisi, ambisi terhadap pekerjaan penting agar kita punya semangat untuk terus maju. Namun di sisi lain, ambisi juga perlu dikontrol karena aspek kehidupan kita bukan cuma pekerjaan.

Kita harus tetap memberikan kemampuan yang terbaik buat pekerjaan. Akan tetapi, itu tidak sama dengan bekerja sepanjang waktu sampai lupa keluarga. Daya tarik pekerjaan tidak boleh melebihi ketertarikan kita pada keluarga sendiri.

Baca Juga: 5 Hal Ini Bisa Membuat Kamu Terjebak Kesibukan, tapi Gak Produktif

3. Selalu menuntut keluarga buat memahami kesibukannya

ilustrasi sibuk bekerja (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Jika kita begini, sama saja kita telah begitu egois. Semua yang dipikirkan cuma tentang diri sendiri sehingga orang lain yang senantiasa wajib memahami kesibukan kita. Sementara itu, kita tidak pernah berusaha mengerti keinginan keluarga. 

Padahal, harapan mereka terbilang sederhana seperti bersama-sama di akhir pekan atau kapan pun jadwal kita libur. Mereka tidak meminta seluruh waktu dan perhatian kita. Tidakkah kita merasa kasihan bila terus mengabaikannya?

Tanpa kita menuntut pun, pasangan dan anak umumnya akan belajar mengerti kesibukan kita sebagai pencari nafkah. Namun, hubungan yang memuaskan mesti saling memahami keinginan dan berusaha memberikannya. Sikap egois kita cuma bakal melukai mereka yang merasa dianggap tidak penting.

4. Belum pernah kehilangan orang terdekat

ilustrasi sibuk bekerja (pexels.com/William Fortunato)

Kehilangan orang terdekat akan mengajari kita banyak hal. Salah satunya adalah menghargai kebersamaan kita dengan orang lain. Maka sekalipun orang-orang terdekat yang masih dalam kondisi sehat wajib disyukuri, kita gak boleh terlena.

Salah-salah kita menjadi acuh tak acuh pada pasangan dan anak. Kita terlalu yakin bahwa kebersamaan ini bakal berlangsung selamanya. Tidak ada yang bisa merenggut mereka dari kita.

Meski kita tak pernah menginginkannya, itu dapat terjadi kapan pun dan dengan cara apa saja. Tidak ada yang mampu menolaknya kala takdir telah digariskan. Kita yang belum pernah kehilangan orang terdekat akibat kematian harus belajar dari orang lain yang sudah mengalaminya.

5. Tuntutan pekerjaan yang berlebihan

ilustrasi sibuk bekerja (pexels.com/Kamaji Ogino)

Sulitnya seseorang meluangkan waktu untuk keluarga juga bukan semata-mata kesalahan dirinya. Terkadang tuntutan pekerjaan memang amat besar sehingga ia seperti harus siap 24 jam nonstop. Walau secara status dia sedang cuti atau hari libur, tetap saja ada gangguan dari pekerjaannya.

Kita yang tengah di puncak produktivitas juga rentan mengalaminya. Sisi positifnya, kita dipandang punya kompetensi di atas rata-rata sehingga selalu dibutuhkan oleh rekan kerja dan atasan. Sisi negatifnya, kita sampai gak punya waktu buat diri sendiri dan orang-orang yang disayangi.

Jika kesibukan tinggi hanya untuk sementara waktu, tak ada salahnya buat bertahan. Akan tetapi kalau tuntutan kerjanya sudah tidak masuk akal dan gak manusiawi, kita harus memikirkan ulang pekerjaan tersebut. Apakah hasilnya sepadan dengan kebutuhan keluarga akan waktu kita yang selalu dikorbankan?

Baca Juga: 3 Tips Menyeimbangkan Hidup buat Kamu yang Punya Kesibukan Padat

Verified Writer

Marliana Kuswanti

Esais, cerpenis, novelis. Senang membaca dan menulis karena membaca adalah cara lain bermeditasi sedangkan menulis adalah cara lain berbicara.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya