Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Pengalaman hidup yang kurang menyenangkan ternyata bisa membawa pesan penting. Kalo kita mampu menangkap dan memahaminya, kita terbentuk menjadi pribadi yang bijaksana. Maka dari itu, pengalaman buruk gak perlu terlalu dibenci.
Walau butuh dicegah supaya tidak terulang lagi, bila telanjur terjadi lebih baik petik saja pelajarannya. Dari realitas yang menyakitkan, kita bisa sampai pada kesimpulan sebagai berikut ini. Berikut pesan klise tapi bermakna dari pengalaman buruk.
1. Kita mungkin harus kehilangan sesuatu agar lebih menghargai apa yang dimiliki
ilustrasi seorang pria (pexels.com/Sarazh Izmailov) Kehilangan apa pun merupakan pengalaman yang berat. Kita merasa memiliki sesuatu, tapi akhirnya terlepas juga dari genggaman. Dicari pun tidak ketemu atau kembali.
Mungkin kita tengah dilatih oleh pengalaman itu agar lebih menghargai hal-hal yang dimiliki. Banyak hal baru terasa berharga setelah hilang. Barang maupun orang kerap disia-siakan saat masih berada di dekat kita. Begitu hilang, tak henti-hentinya dicari dan disesali.
2. Hidup bukan jual beli, kadang kita membayar tanpa mendapatkan apa-apa
ilustrasi pusing berpikir (pexels.com/ALTEREDSNAPS) Dalam jual beli, kita membayar untuk mendapatkan barang atau jasa. Akan tetapi dalam hidup, terkadang kita mengeluarkan tenaga dan biaya tanpa memperoleh sesuatu sebagai balasan. Sikap berpamrih sering kali hanya membuat kita sendiri kecewa.
Kita merasa sudah membantu atau memberi sesuatu pada orang lain, tapi ia tak ganti memberikan apa pun. Bahkan dalam proses yang tengah kita jalani pun begitu. Kita berpikir telah bekerja sekuat tenaga, tapi hasilnya belum terlihat.
Namun, apakah kita benar-benar tak mendapatkan apa pun atas sesuatu yang dilakukan? Kalau kita tidak berfokus pada bentuk balasan tertentu dan secara kilat, imbalan atas apa yang dikerjakan pasti tetap ada. Kita mesti lebih sabar dan terus melakukan hal-hal yang penting lagi baik.
Baca Juga: 5 Tips Hidup Santai Bebas Tertekan, Turunkan Gaya Hidup!
3. Tidak apa-apa untuk meminta bantuan, toh manusia ada untuk menggenapkan
ilustrasi seorang perempuan (pexels.com/Kate photo) Ketika kita sedih dan ingin orang lain datang guna membantu kita pulih, boleh jadi ini bakal menambah kekecewaan saja. Sosok yang dinanti-nanti tidak juga muncul. Kita pun terluka untuk kedua kalinya.
Pertama, oleh masalah yang asli dan bikin kita sedih. Kedua, akibat orang lain yang seakan-akan tidak peduli. Daripada begini, lebih baik kita mencoba menyembuhkan diri tanpa menolak bila sewaktu-waktu ada kawan atau saudara yang ingin membantu.
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
4. Tahu semua ini bukan milik kita tak berarti mudah untuk mengikhlaskannya
ilustrasi seorang pria (pexels.com/Nano Erdozain) Terkadang pengetahuan kita hanya seperti benda yang mengapung di permukaan. Pengetahuan bahwa seluruh hal yang dimiliki hanyalah titipan dari Tuhan gak menghalangi rasa berat ketika kita harus melepaskannya.
Kita bukan cuma merasa sedih, tapi sering kali sampai di level marah. Saat kita diingatkan perihal semua sebatas titipan, itu pun gak segera menyadarkan kita. Bila begini, hanya waktu yang dapat memampukan kita belajar ikhlas meski lambat.
5. Orang yang paling banyak tersenyum mungkin terluka paling dalam
ilustrasi tersenyum (pexels.com/LML 6768) Apakah kita termasuk di dalamnya? Ada dua alasan mengapa kita tidak menangis saja untuk menggambarkan luka yang ditanggung. Pertama, kita sudah capek melakukannya. Kedua, sadar bahwa itu tak membuat kita merasa lebih baik.
Mengurangi jatuhnya air mata memang ada positifnya. Ketegaran kita akan terbangun perlahan-lahan. Akan tetapi, kita tidak boleh sampai menyangkal perasaan yang sedang kurang baik. Terkadang, orang perlu melihat kita menangis. Di samping menangis secukupnya juga membuat kita lega.
Baca Juga: 5 Cara Mudah Mengapresiasi Diri, Sederhana tapi Bermakna