TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

10 Plus Minus Punya Rumah dengan Bantuan Orangtua, Cepat Lunas!

Jika tak nyaman bisa pinjaman tanpa bunga

ilustrasi keluarga (pexels.com/Alena Darmel)

Rumah pribadi menjadi mimpi banyak orang, khususnya setelah kamu dewasa dan berkeluarga. Namun, harga tanah dan bangunan berlipat-lipat dari pendapatan mayoritas orang apalagi karyawan baru. Ini membuat perjuanganmu buat memilikinya baik secara kontan maupun kredit juga tak mudah.

Kalau ada bantuan dana dari orangtua buat kamu membeli atau membangun rumah tentu akan sangat meringankan beban. Namun, bukan berarti menerima bantuan uang dalam jumlah besar dari mereka tidak ada konsekuensinya. Sebelum kamu memutuskan untuk menerima, meminta, atau menolak bantuan uang untuk beli rumah pada kedua orangtua, simak dulu sepuluh plus minusnya berikut ini.

1. Keinginan punya rumah lebih cepat terwujud

ilustrasi survei rumah (pexels.com/Alena Darmel)

Mengambil kredit rumah dengan cicilan yang paling ringan saja tetap memerlukan uang muka yang tak sedikit. Belum cicilan per bulannya yang mungkin melebihi 30 persen dari penghasilanmu. Apalagi kalau cita-citamu ialah membeli rumah secara kontan dengan pertimbangan total harga yang dibayarkan akan jauh lebih kecil daripada kredit.

Dirimu perlu waktu lebih lama untuk menabung uangnya dan pastinya bekerja keras sekali. Jika orangtua memberimu bantuan uang untuk membeli atau membangun rumah, keinginanmu dapat segera terlaksana. Dengan tabungan serta aset orangtua yang lain, kamu bisa mempunyai rumah dalam waktu dekat.

2. Orangtua berpengalaman memeriksa legalitas dan bangunan yang baik

ilustrasi mengurus legalitas rumah (pexels.com/RDNE Stock project)

Kecuali kamu dan pasangan bekerja di bidang hukum atau bisnis properti, barangkali kalian kurang memahami dokumen apa saja yang harus diperiksa, sebelum membeli sebuah rumah.

Walaupun kalian telah mencoba mencari tahu melalui internet, berhadapan langsung dengan staf penjualan perumahan mungkin membuatmu lupa segalanya. Kalian hanya fokus di harga rumah dan kemampuan membayar DP atau cicilan.

Padahal, memeriksa legalitas tanah serta bangunan yang akan dibeli penting sekali untuk menghindarkanmu dari penipuan. Orangtua dengan pengalaman panjangnya membeli tanah dan rumah, bahkan mungkin lebih dari sebuah bisa membantumu. Selain urusan cek legalitas, mereka juga lebih mengerti tentang bahan bangunan dan rancangan rumah yang kuat berdasarkan pengalaman.

3. Sebagian uangmu bisa dipakai untuk hal-hal lain

ilustrasi memeriksa rumah (pexels.com/RDNE Stock project)

Meski orangtua hanya membantu sebagian uang yang diperlukan untukmu memiliki sebuah rumah, tetap saja kamu berhemat besar-besaran. Dalam waktu yang sama boleh jadi kebutuhanmu bukan cuma rumah. Seperti dirimu dan pasangan harus segera menabung untuk anak masuk sekolah beberapa tahun lagi.

Dengan bantuan orangtua buat beli rumah, sebagian bujetmu bisa digeser ke kebutuhan lain. Di tahun yang sama, kalian dapat memiliki tempat tinggal sekaligus menyekolahkan anak. Tanpa bantuan dana dari orangtua, kalian harus memilih salah satu dan biasanya kepemilikan rumah menjadi selalu tertunda bahkan hingga anak dewasa.

4. Kamu kurang bebas mendesain rumah

ilustrasi diskusi desain rumah (pexels.com/Alena Darmel)

Ada orangtua yang hanya memberikan sejumlah uang lalu lepas tangan soal pemilihan rumah dan desainnya. Kalau begini, kamu dan pasangan bebas mengambil rumah sesuai keinginan. Namun, jika orangtuamu gak cuma menyerahkan uang tetapi juga ingin mengatur setiap hal dari rumah itu, kebebasanmu bersama pasangan menjadi amat berkurang.

Baik desain eksterior maupun interiornya ditentukan oleh selera orangtua sebagai penanam modal terbesar. Jiwa mudamu dan pasangan tentu meronta-ronta. Sekalipun fungsi rumah tetap terpenuhi, kalian kurang puas karena tak bisa mengatur sendiri hunian tersebut sesuai dengan impian.

5. Orangtua capek dalam mengawasi pembangunan

ilustrasi diskusi desain rumah (pexels.com/Mikael Blomkvist)

Orangtua yang membantu anak buat bisa punya rumah sendiri biasanya juga bersemangat menunggui proses pembangunannya. Terutama bila bukan rumah yang dibeli dari pengembang perumahan. Sejak memilih tanah, membuat fondasi, sampai rumah benar-benar siap huni orangtuamu sudah seperti mandornya.

Satu sisi, tentu kamu perlu bersyukur sebab orangtua dapat dengan cepat mengoreksi pekerjaan tukang, jika tidak sesuai dengan keinginan. Orangtua pasti ingin hasilnya terbaik buatmu. Namun, usia yang tak muda lagi dapat membuat mereka kecapekan hingga jatuh sakit.

Apabila lokasinya di luar kota, berarti orangtua juga mesti meninggalkan rumahnya dulu sampai rumahmu jadi. Dirimu dan orangtua harus tinggal bersama di sebuah kontrakan. Meski orangtua senang saja melakukannya, kamu menjadi repot jika mereka sampai sakit atau rumahnya sendiri tak terurus, karena ditinggal berbulan-bulan.

Baca Juga: 5 Kesalahan saat Membeli Rumah Bekas, Harus Hati-hati!

6. Mereka merasa berhak tinggal di rumah itu

ilustrasi survei rumah (pexels.com/Ivan Samkov)

Kian besar bantuan uang dari orangtua buat kamu membeli atau membangun rumah, kian mungkin pula mereka merasa berkuasa. Memang gak setiap orangtua begini, tetapi dirimu juga perlu mewaspadainya. Sumbangan dana hingga separuh harga rumah bisa membuat mereka merasa memiliki hunian itu.

Mereka tidak merasa perlu minta izin padamu apalagi pasanganmu bila hendak menginap di sana selama apa pun. Walau kamu dan pasangan awalnya senang dengan kehadiran orangtua, tapi lama-lama juga bisa memicu masalah dalam rumah tanggamu. Jika kamu membeli rumah sepenuhnya dari uang sendiri, orangtua lebih menyadari batasan-batasannya di tempat tersebut.

7. Orangtua dapat mendominasi mertuamu

ilustrasi pasangan muda (pexels.com/Anastasia Shuraeva)

Ketika orangtua berinisiatif membantumu untuk mempunyai rumah dengan mengucurkan dana yang gak sedikit, mertuamu barangkali tak berbuat hal yang sama. Entah karena kemampuan finansial mereka terbatas atau semata-mata ingin kamu dan pasangan lebih mandiri serta berjuang dari nol.

Walaupun kamu tidak masalah dengan sikap mertua, buat orangtuamu berbeda. Sebagai donatur satu-satunya untuk mimpimu memiliki rumah sendiri, orangtua dapat berpandangan kurang baik pada mertuamu. Orangtua yakin mereka bisa membantu kalau mau dan merasa lebih superior daripada mertuamu.

Jika kalian semua sedang berkumpul, kamu dapat merasa sangat tak enak seandainya orangtua menyebut-nyebut bantuan mereka. Mertua bisa diam-diam tersinggung karena dianggap tidak punya peran.

8. Jangan-jangan sertifikat atas nama orangtua atau dipegang mereka

ilustrasi keluarga (pexels.com/Kampus Production)

Tambah besar bantuan orangtua, tambah kamu perlu memastikan kepemilikan rumah tersebut. Apakah rumah yang terbeli akan tetap disertifikatkan atas namamu atau malah nama orangtua? Bila sertifikat rumah atas nama orangtua, bagaimana mengurusnya seandainya mereka telah berpulang?

Jangan sampai saudara-saudaramu menganggapnya sebagai warisan bersama. Padahal, di situ juga ada uangmu. Bahkan bila sertifikat rumah atas namamu, sebaiknya kamu pula yang menyimpannya sendiri. Bukan seakan-akan ditahan oleh orangtua dengan segala alasan.

Jika bantuan dana dari orangtua malah bikin kepemilikan rumah menjadi tidak jelas sebaiknya dipertimbangkan sekali lagi sebelum kamu menerimanya. Takutnya sekarang dirimu bisa menggunakan rumah itu, tetapi di kemudian hari muncul berbagai masalah. Bagaimanapun juga, dirimu serta pasangan perlu secara sah menjadi pemilik rumah agar bisa hidup tenang hingga jauh ke masa depan.

9. Gak leluasa bila hendak merenovasi, menjual, atau mengubah fungsi rumah

ilustrasi jual rumah (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Tipe orangtua berbeda-beda sehingga penting untukmu membaca karakter ayah dan ibumu. Juga berdiskusi dengan mereka secara terbuka terkait rencana bantuan uang bakal membeli rumah. Penting untuk memastikan sejauh apa akibat dari bantuan uang tersebut ke hak-hakmu bersama pasangan atas rumah itu.

Apakah di kemudian hari kalian memiliki kewenangan penuh untuk merenovasi, menjual, atau mengubah fungsinya? Misalnya, ketika kalian ingin pindah atau menyewakan sebagian rumah buat kos-kosan atau tempat usaha. Antisipasi segala keputusan kalian tentang rumah itu harus melalui izin orangtua dulu.

Verified Writer

Marliana Kuswanti

Penulis fiksi maupun nonfiksi. Lebih suka menjadi pengamat dan pendengar. Semoga apa-apa yang ditulis bisa memberi manfaat untuk pembaca. Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya