Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Banyak hal dapat dijadikan materi konten. Salah satunya adalah kisah hidup orang lain yang menarik dan menginspirasi. Menarik di sini bisa berarti jarang terjadi, mengagumkan, menghibur, atau justru menyedihkan.
Apa pun kisah hidup yang ingin kamu angkat dalam kontenmu, jangan berbuat semaumu sendiri. Kehidupan orang lain harus sangat dihargai dan gak boleh hanya dijadikan jalan untukmu memperoleh ketenaran dan uang. Bersikaplah penuh respek serta kehati-hatian, berikut tujuh tips bikin konten dari kisah hidup orang lain yang perlu kamu perhatikan.
1. Minta izin langsung pada orangnya
ilustrasi wawancara (pexels.com/Redrec ©️) Hanya lantaran kamu tahu betul kisah kehidupan seseorang, hindari membuatnya sebagai konten tanpa persetujuan dari dirinya. Misalnya, kalian bersaudara atau bertetangga. Kamu menjadi sangat mengerti perjalanan hidupnya.
Apa pun tujuanmu membuat konten, dirimu tetap bersalah bila tidak terlebih dahulu meminta izin padanya. Padahal, ia dalam kondisi yang sehat secara mental. Ia pun masih bisa memutuskan mau kisahnya diangkat ke dalam konten atau tidak. Bisa juga kamu meminta izin kepada keluarganya, jika ia dalam kondisi yang lemah akal.
2. Tujuan harus jelas dan baik
ilustrasi membuat konten (pexels.com/cottonbro studio) Mengangkat kehidupan orang lain dalam konten menuntut pertanggungjawaban yang besar. Apalagi konten akan tersiar begitu luas. Kamu gak boleh bikin konten tentang kisah hidup seseorang cuma karena iseng atau memikirkan kepentinganmu sendiri, seperti cari cuan.
Bila sekadar uang yang dicari, berkreasilah dengan kemampuanmu sendiri. Kamu tidak perlu membawa-bawa kehidupan orang lain yang bisa membuatnya tersinggung dan merasa dimanfaatkan. Tujuanmu harus lebih besar dari sekadar cuan atau popularitas. Misalnya, mengedukasi dan menginspirasi penikmat konten sambil menggalang bantuan untuk pemilik kisah.
Baca Juga: 5 Manfaat Positif Menonton Konten Review Makanan, Nafsu Makan Nambah!
3. Edit bagian-bagian yang tidak layak tayang atau perlu disembunyikan
ilustrasi mengedit video (pexels.com/Orlando Allo) Sebelum konten dipublikasikan, editlah beberapa kali. Cermati bagian-bagian yang gak perlu ditayangkan. Bukan hanya karena gambarnya kurang jelas misalnya, tetapi lebih pada bentuk kehati-hatian atas risiko yang mungkin terjadi.
Contohnya, ketika narasumber menyebut nama sejumlah orang dalam kisahnya. Kamu belum bisa memastikan kebenaran perkataannya tentang orang-orang tersebut, sehingga nama mereka sebaiknya disensor. Begitu pula alamat dan informasi pribadi lainnya yang dapat berbahaya kalau tersebar.
4. Bersikap penuh empati
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
ilustrasi wawancara (pexels.com/cottonbro studio) Untuk menggali cerita kehidupan orang lain, kamu tidak dapat hanya mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Bagaimanapun, kisah itu sangat pribadi dan mungkin ada hal-hal yang sensitif buat dia. Wajib untukmu memiliki kemampuan berempati yang tinggi.
Lihat dan rasakan kisah itu dari sudut pandangnya. Jangan sampai kurangnya empati membuat kamu terkesan meremehkan kisah hidupnya atau menghakimi keputusan dan perbuatannya di masa lalu. Empati juga menghindarkanmu dari salah bertanya yang bikin narasumber marah, serta membatalkan kesediaannya untuk menjadi bagian dari kontenmu.
5. Hargai batasan privasinya
ilustrasi membuat konten (pexels.com/Kyle Loftus) Walaupun seseorang telah memberimu izin buat bikin konten dari kisah hidupnya, jangan bersikap seakan-akan dia gak punya privasi lagi. Fokus saja pada bagian kisah hidupnya yang hendak diangkat. Kamu tidak perlu mengulik seluruh perjalanan hidup hingga aib-aibnya.
Bila dirimu perlu mendokumentasikan kesehariannya, sepakati kapan dan apa saja yang tidak boleh direkam. Jangan asal pasang kamera di mana-mana atau terus mengikutinya yang membuatnya kehilangan ruang pribadi.
6. Memberikan kesempatan pada pihak lain untuk klarifikasi
ilustrasi berbincang (pexels.com/Mikhail Nilov) Contohnya, dalam kontenmu seseorang merasa tersakiti atau ditelantarkan oleh keluarganya. Setelah konten itu tayang dan disaksikan keluarganya, mereka tidak terima karena merasa kebenarannya gak seperti itu. Mereka ingin memberikan klarifikasi melalui dirimu.
Sebagai pembuat konten, alangkah baiknya jika kamu bisa memberi kesempatan yang sama untuk mereka bicara. Ini akan menjadi penyeimbang informasi yang beredar di masyarakat. Tetap tempatkan dirimu di posisi yang netral.
Baca Juga: 6 Tips Membuat Konten yang Relate dengan Banyak Orang