TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Tips Jadi Support System buat Teman Broken Home, Arahkan Masa Depan

#IDNTimesLife Pastikan kamu cuma memberi pengaruh yang baik

ilustrasi bersama teman (pexels.com/Vietnam Photographer)

Punya teman dengan latar belakang keluarga yang broken home menguji kualitas persahabatanmu. Kamu patut berbangga jika bisa menjadi kawan yang baik baginya. Bukan sekadar membuatnya senang, tetapi juga mampu ikut menjaga kehidupannya agar tetap baik. Pasalnya, menjadi anak broken home tidaklah mudah.

Rasa haus akan kasih sayang, perhatian, serta dukungan kadang membuat emosinya kurang stabil. Ia berusaha mencari ketiga hal tersebut dengan segala cara dari lingkungan yang bisa bikin dia salah melangkah. Sebagai teman, cobalah melakukan usaha terbaik untuk menyelamatkan hidupnya. Teman dengan keluarga yang jauh dari harmonis akan sangat berterima kasih apabila dirimu menjadi support system dengan melakukan tujuh hal berikut. 

Baca Juga: 5 Cara Jaga Hubungan Baik antara Orangtua dan Anak yang Broken Home

1. Menjadi pendengar yang baik

ilustrasi bersama teman (pexels.com/Mikhail Nilov)

Dengan kondisi keluarga yang penuh masalah, dia gak punya teman bicara di rumah. Banyak hal dipendamnya sendiri, terutama mengenai perasaan-perasaan yang gak menyenangkan. Ini menyebabkannya begitu tertekan.

Peran penting pertamamu sebagai kawan ialah menjadi tempatnya mencurahkan segala isi hati. Meski ia pendiam, nanti juga bakal banyak bercerita kalau sudah merasa nyaman denganmu. Bila ia mulai menceritakan keluarganya, jangan menanggapinya dengan candaan karena ini sama sekali tidak lucu.

2. Hindari menunjukkan rasa tidak percaya dan menghakimi

ilustrasi bersama teman (pexels.com/Марина Вотинцева)

Apabila kondisi keluargamu amat berbeda dari keluarganya, tentu cukup sulit buat dirimu memercayai penuturannya. Dalam hati kamu waswas, jangan-jangan ia cuma merekayasa cerita, mungkin supaya ia dikasihani.

Sebesar apa pun rasa tak percaya dalam benakmu, jangan menunjukkannya di hadapan kawan. Ketidakpercayaanmu bakal melukai perasaannya. Bisa-bisa ia gak lagi mau mengeluarkan unek-uneknya pada siapa pun.

Hindari pula menghakimi perkataannya. Bersikaplah netral sebagai pendengar. Kamu boleh menanyakan hal-hal yang bikin penasaran, seperti perkiraan penyebab perilaku buruk orangtuanya, tetapi lakukan dengan sopan dan hati-hati.

Baca Juga: 4 Perilaku yang Bisa Membuat Persahabatan Menjadi Renggang, Hati-hati!

3. Ceritakan pada orangtuamu

ilustrasi keluarga (pexels.com/Annushka Ahuja)

Di usiamu yang masih muda, kamu tentu kurang mengerti mengapa ada keluarga sekacau keluarga temanmu. Dirimu pun bingung tentang cara bersikap yang tepat terhadapnya. Bicarakan hal ini dengan kedua orangtuamu.

Ceritakan perihal kawanmu dan permasalahannya di rumah. Orangtua pasti akan membantumu lebih memahami situasi yang dihadapinya serta mengarahkan sikapmu. Biarkan orangtuamu mulai mengenal temanmu yang broken home melalui ceritamu dulu sebelum kamu melangkah pada tahap selanjutnya di bawah ini.

4. Ajak dia main ke rumah

ilustrasi suasana di rumah (pexels.com/Abandon)

Suasana rumah yang tidak nyaman membuat kawan yang broken home biasanya gak betah. Dia maunya main terus sepulang sekolah atau kuliah. Sementara itu, gak mungkin kamu selalu menemaninya pergi ke mana pun.

Sesekali ajaklah dia untuk main ke rumahmu. Usahakan ketika orangtuamu juga ada agar ia bisa mendapatkan pengalaman yang positif tentang keluarga. Sedikit demi sedikit, nasihat orangtuamu untuknya pun dapat membekas dalam ingatannya.

Nasihat seperti itu boleh jadi jarang sekali didengarnya dari kedua orangtuanya. Syukur-syukur ia bisa menganggap keluargamu sebagai keluarga keduanya. Dia jadi tak terlalu merasa kesepian di dunia ini.

5. Bantu lindungi ia dari pergaulan yang negatif

ilustrasi teman-teman (pexels.com/HONG SON)

Kurangnya perhatian dan kasih sayang dalam keluarga bisa membuat temanmu selalu mencarinya di luar rumah. Begitu ia bertemu seseorang yang menjanjikannya kedua hal itu, dia mungkin langsung memercayainya. Padahal, belum tentu orang itu sungguh-sungguh baik.

Keinginannya buat main terus juga memperbesar kemungkinan ia salah pergaulan. Kompaklah bersama kawan-kawan yang lain untuk melindunginya dari bahaya tersebut. Jadilah sekelompok teman yang suportif untuknya, bukan malah menjauhinya.

6. Dorong dia agar fokus pada masa depannya

ilustrasi bersama teman (pexels.com/Liliana Drew)

Segala permasalahan dalam keluarga menyulitkannya untuk fokus pada masa depan. Di usia semuda ini, ia telah pusing memikirkan berbagai masalah orang dewasa yang sesungguhnya bukan tanggung jawabnya. Hari-hari dilaluinya tanpa rencana, terlalu mengalir begitu saja, sehingga dia tak punya bayangan tentang masa depan.

Ini yang membuat motivasi anak broken home kadang rendah. Ia sulit melihat pentingnya merencanakan dan mengupayakan masa depan. Dukung temanmu supaya tetap peduli pada masa depannya sendiri, apa pun yang terjadi di antara kedua orangtuanya.

Jangan sampai keluarganya yang hancur juga menghancurkan masa depannya yang berharga. Selalu berikan dia optimisme dalam menyongsong masa depan. Jika ia tidak termotivasi untuk membahagiakan orangtua, minimal dia tetap mencintai diri serta kehidupannya.

Baca Juga: 6 Hal di Masa Lalu yang Mengubah Masa Depan dalam My Perfect Stranger

Verified Writer

Marliana Kuswanti

Esais, cerpenis, novelis. Senang membaca dan menulis karena membaca adalah cara lain bermeditasi sedangkan menulis adalah cara lain berbicara.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya