Begini Cara Reverse Mentoring Dapat Hilangkan Ageisme di Tempat Kerja
Millennial dijadikan mentor bagi pemimpin senior
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Generasi millennial saat ini mendominasi populasi penduduk di Indonesia. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2020 oleh Badan Pusat Statistik (BPS), diproyeksikan terdapat 179,1 juta jiwa pada tahun 2020 dan generasi millennial (usia 21-36) menyumbang kurang lebih 63,5 juta jiwa.
Millennial yang lahir antara tahun 1981-1996 merupakan 25,87 persen dari total populasi atau setara dengan 69,38 juta jiwa. Hal ini menjadikan generasi millennial sebagai roda penggerak yang signifikan bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia.
Generasi millennial biasanya memiliki karakter yang fleksibel, mudah beradaptasi, dan tech-savvy (melek teknologi), kaum millennial juga menawarkan banyak hal dalam lingkungan kerja sehingga generasi yang lebih tua harus banyak belajar dari generasi muda.
Maka dari itu, banyak perusahaan seperti 3M yang menjadikan kaum millennial sebagai pendamping maupun mentor bagi para pemimpin senior. Hal inilah yang kemudian disebut dengan reverse mentoring.
Terdapat beberapa manfaat dari program ini, beberapa di antaranya memberikan dan menanamkan perspektif yang lebih kritis mengenai pemikiran strategis, kepemimpinan, pola pikir, dan nilai-nilai di tempat kerja.
Baca Juga: Kata HRD, Ini Poin Plus Interview Kerja Selain Komunikasi dan Attitude
1. Pandangan generasi muda perihal komunikasi digital dan media sosial
Di tengah pandemik COVID-19 yang memerlukan digitalisasi pekerjaan dengan cepat, berpasangan dengan kolega kerja yang lebih muda tentu akan membantu menyongsong era baru, yakni era komunikasi digital, terutama di dunia kerja jarak jauh.
Salah satu hal pertama yang diajarkan mentor Jim Falteisek selaku Senior Vice President, Asia Corporate Affairs (56), yang lebih muda, yakni Hetty Sabater selaku HR People Relations Partner (34), adalah bagaimana generasi muda memandang komunikasi digital dan media sosial.
Sebelumnya, Jim tidak mengetahui bahwa media sosial seperti Facebook dan Instagram dipersepsikan sebagai ruang pribadi. Melalui sharing yang diberikan Hetty, Jim akhirnya mampu memahami konsep ini dan melihatnya dari perspektif yang berbeda.
Hal ini kemudian mendorong Jim untuk mengembangkan grup Yammer untuk karyawan 3M di Asia, sebuah layanan jejaring sosial profesional yang bertujuan membantu membangun komunitas di 3M.
Dengan bimbingan Hetty, Jim dapat melalui seluruh proses sehingga Yammer dapat menjadi aplikasi yang sangat membantu interaksi karyawan, menjadi sarana membagikan pertanyaan atau berbagi informasi sesama rekan kerja, dan membantu kolaborasi dengan tim yang berbeda, terutama selama masa pandemik COVID-19.
“Salah satu prinsip kepemimpinan yang saya pegang teguh adalah betapa pentingnya menyampaikan kata terima kasih dan menghargai rekan kerja saya. Hal yang cukup mengejutkan, Hetty memberitahu saya bahwa generasinya menghargai pengakuan informal dan dibagikan melalui media digital seperti e-mail. Sebagai seseorang yang berasal dari generasi di mana sebuah kartu ucapan dengan tulisan tangan pribadi adalah sebuah norma, hal ini sedikit mengejutkan saya. Saya khawatir hal itu cenderung terkesan informal dan bahkan tidak tulus. Namun, Hetty menjelaskan bahwa generasi muda tidak memandangnya seperti itu,” urai Jim melalui keterangan resminya.
Akhir-akhir ini, Jim pun mengirimkan lebih banyak ucapan 'terima kasih' kepada rekan kerjanya karena melalui digital jauh lebih efisien daripada kartu tulisan tangan. Hal ini juga membantu menciptakan persahabatan yang erat di antara anggota tim dan menghidupkan budaya kita.
Baca Juga: Ide Tanaman Hias di Ruang Kerja, Tambah Semangat Kerja