TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Perbedaan Kepribadian Narsistik dan Percaya Diri Berdasarkan Riset

Terlihat serupa, tapi tak sama!

ilustrasi kepribadian narsistik (pexels.com/Kiky Yoo)

Kepribadian narsistik dan rasa percaya diri sama-sama memandang diri mereka secara positif. Banyak orang mengira orang dengan rasa percaya diri yang tinggi dan orang dengan kepribadian narsistik adalah sama. Padahal tidak benar ya, guys!

Meskipun sekilas terlihat sama, narsistik dan percaya diri berbeda. Jika penderita kepribadian narsistik menganggap mereka yang terbaik dan lebih superior daripada orang lain. Sedangkan, orang dengan rasa percaya diri yang tinggi mengetahui value diri mereka tanpa merasa lebih superior. But, apa aja bedanya? Beberapa riset menjelaskan perbedaan kepribadian narsistik dengan percaya diri. Jika kamu penasaran, simak terus, ya!

1. Kebutuhan validasi

ilustrasi percaya diri (pexels.com/RDNE Stock project)

Jika orang dengan kepribadian narsistik butuh validasi orang lain, orang dengan rasa percaya diri tidak butuh validasi orang lain (Current Directions in Psychological Science, 2016). Saat orang dengan kepribadian narsistik berhasil melakukan suatu hal, mereka akan memberi tahu orang lain dengan harapan akan mendapat pujian. Saat mereka tidak mendapatkan pujian, mereka merasa bahwa keberhasilannya tidak berarti. Fenomena tersebut terjadi karena mereka merasa akan berhasil dan puas jika mendapat pengakuan dan pujian dari orang lain.

Sedangkan, orang dengan rasa percaya diri tinggi tidak mencari pengakuan dan pujian dari orang lain. Ini terjadi karena mereka tahu value diri mereka dan puas dengan apa yang telah mereka capai. Sehingga, orang dengan high self-esteem tidak membutuhkan pengakuan dan pujian dari orang lain.

2. Cara merespon kekurangan atau kesalahan yang mereka lakukan

ilustrasi respon kesalahan (pexels.com/RDNE Stock project)

Saat kamu ingin tahu seseorang memiliki percaya diri yang tinggi ataukah kepribadian narsistik, kamu bisa menganalisanya melalui bagaimana cara mereka merespon kekurangan yang mereka miliki. Bagaimana caranya?

Riset oleh jurnal Frontiers in Psychology menjelaskan jika terdapat perbedaan bagaimana respon seseorang dengan kepribadian narsistik dan high self-esteem dengan kekurangan ataupun kesalahan yang mereka miliki. Penderita kepribadian narsistik akan cenderung mengabaikan dan denial dengan kekurangan ataupun kesalahan yang mereka lakukan. Sedangkan, orang dengan percaya diri cenderung menerima dan terbuka dengan kekurangan ataupun kesalahan mereka. Bahkan, tidak jarang mereka mengubahnya menjadi peluang dan kekuatan.

Baca Juga: 3 Cara Sederhana Meningkatkan Percaya Diri, Pahami Nilai Dirimu!

3. Sikap di lingkungan sosial

ilustrasi empati (pexels.com/Markus Winkler)

Cara lain untuk membedakan antara kepribadian narsistik dengan percaya diri adalah dengan melihat sikap seseorang di lingkungan sosial (Personality and Social Psychology Bulletin, 2002). Orang dengan high self-esteem cenderung lebih suka untuk menampilkan sikap yang positif dan konstruktif. Seperti keberanian, menghargai orang lain, empati, hingga kemampuan untuk mengungkapkan pendapat tanpa tujuan untuk terlihat lebih unggul ataupun merendahkan orang lain. Mereka melihat hubungan sosial dengan orang lain sebagai hal yang bersifat pribadi dan hal yang positif.

Hal tersebut berbeda dengan orang berkepribadian narsistik. Mereka menjalin hubungan sosial dengan tujuan melakukan dominasi dan validasi orang lain. Mereka tidak ragu untuk menggunakan cara tertentu untuk membuat diri mereka terlihat unggul dalam lingkaran sosial secara berlebihan. Bahkan jika itu berarti menyombongkan diri mereka, melakukan manipulasi, merendahkan, atau mengkritik orang lain.

4. Sikap dalam menanggapi kritik

ilustrasi percaya diri (pexels.com/Gustavo Fring)

Dalam menyikapi kritikan, pribadi narsistik dan percaya diri memiliki perbedaan dalam menanggapinya (Frontiers in Psychology, 2016). Orang yang memiliki kepribadian narsistik seringkali sulit menerima kritik dan seringkali merasa terluka atau marah ketika diberikan kritik oleh orang lain. Mereka cenderung melihat kritik sebagai ancaman terhadap gambaran diri mereka yang sempurna.

Sebaliknya, individu dengan self-esteem yang sehat memiliki kemampuan untuk menerima kritik secara konstruktif. Mereka mungkin melihat kritik sebagai peluang untuk belajar dan berkembang, bukan sebagai serangan terhadap identitas atau nilai mereka sebagai individu. Ini membantu mereka tumbuh dan meningkatkan diri mereka sendiri secara positif melalui pengalaman kritik yang konstruktif.

Verified Writer

Masrurotul Hikmah

A girl with ADHD and still learn to manage it!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya