TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Cara Sosiologi Mengatasi Rasa Galau karena Cinta

Sesungguhnya, hidupmu itu sangat teramat indah

ilustrasi orang berpikir (pexels.com/Valeria Ushakova)

Sadar atau tidak, kehidupan para muda-mudi memang tak bisa dijauhkan dari dimensi rasa cinta. Jatuh cinta membuat banyak pelakunya jadi lupa diri, entah karena kebahagiaan atau justru kesengsaraan cinta.

Kesengsaraan cinta sendiri rasanya berwujud banyak hal, mulai dari kerasnya perjuangan cinta satu pihak, cinta bertepuk sebelah tangan, hingga gagal move on dari seorang mantan kekasih. Pernah merasakannya?

Nah, kalau kamu jadi galau karena merasakan salah satu wujud dari kesengsaraan cinta, maka jangan patah semangat, ya. Ilmu sosiologi yang mempelajari terkait hubungan masyarakat ini punya cara yang bisa kamu pertimbangan untuk mengatasi galau percintaanmu, nih.

Baca Juga: 5 Cara Sosiologi untuk Mengatasi Rasa Bosan dengan Rutinitas Harian

1. Bangun kebiasaan yang asyik dan menarik

ilustrasi orang bahagia (pixabay.com/JillWellington)

Dalam ilmu sosiologi, habitus bermakna kebiasaan yang melekat pada seseorang. Kebiasaan tersebut terbentuk dari proses sosialisasi di kehidupan masyarakat, nih. 

Dalam kaitannya membangun habitus untuk mengatasi galau karena cinta, maka kamu bisa membiasakan diri untuk membangun kebiasaan yang asyik di kehidupanmu. Bukan malah membiasakan diri terjebak dalam kegalauan, ya.

Bangkit dan bangun komitmen untuk memiliki kebiasaan yang menarik. Sederhananya, seperti makan makanan favorit, pergi mengunjungi tempat yang keren di setiap weekend, dan sejenisnya. Dengan begitu, kamu jadi terbiasa untuk memiliki kegiatan yang membahagiakan itu dan bisa menetralisir rasa galau yang ada di hatimu, lho.

2. Tindakan preventif dengan membuang penyebab galau

ilustrasi interaksi di media sosial (pixabay.com/MarieXMartin)

Tindakan preventif dalam ilmu sosiologi merupakan upaya pencegahan untuk mengatasi tindakan menyimpang. Dengan kata lain, ketika upaya preventif ini dilakukan, maka belum terjadi pelanggaran di masyarakat, ya.

Nah, dalam kaitannya untuk menanggulangi dampak negatif atas rasa galaumu itu, maka kamu perlu untuk melakukan upaya pencegahan agar galau tak makin dalam, terlebih punya risiko buruk untuk kehidupanmu.

Apa contoh nyatanya? Misalnya, saja seperti stop untuk mendengarkan lagu-lagu galau yang mewakili hatimu. Pada satu sisi, memang lagu galau itu mewakili dan menemani kesedihan hatimu. Namun, di sisi lain, nyatanya lagu galau itu tanpa sadar membuat kamu menikmati kegalauanmu sendiri.

Lantas, bagaimana bisa bangkit jika kamu sendiri malah menikmati dengan terus terlarut di dalamnya? Rasanya lagu galau bikin kegalauanmu jadi makin brutal, lho. Jadi, kenapa tidak mencoba mengganto lagunya dengan vibes yang lebih riang dan ceria? Dengan begitu, lantunan nada dan liriknya bisa menstimulasi otakmu untuk lebih bergembira.

3. Banyak berinteraksi dengan orang baru yang menyenangkan

ilustrasi berbahagia (pixabay.com/pexels)

Interaksi sosial merupakan pembelajaran dasar dalam ilmu sosiologi. Di dalamnya terjadi interaksi antara individu dengan individu lain, individu dengan kelompok, serta kelompok dengan kelompok lain, nih.

Interaksi sosial ini bisa menjadi cara untuk kamu keluar dari zona kegalauan hatimu. Bagaimana caranya? Jawabannya, yakni dengan kamu banyak berinteraksi atau bergaul dengan orang-orang, ya. Mulai dari ikut organisasi, event, komunitas, volunteer, dan sebagainya, ya.

Terlebih lagi, tak perlu kamu membatasi diri untuk berinteraksi dengan orang tertentu saja. Siapa tahu, dengan banyak bertemu orang baru, maka akan ada orang baru yang bisa mengobati kegalauanmu, nih. Jadi, jangan hanya berinteraksi dengan orang itu lagi, itu lagi, ya.

Baca Juga: 5 Dampak Negatif Sering Mendengarkan Lagu Galau, Kualitas Tidur Buruk!

4. Membangun relasi berdasarkan gemeinschaft of mind

ilustrasi berbahagia (pixabay.com/HuyNgan)

Ilmu sosiologi memiliki pembagian atas kelompok sosial menjadi beberapa klasifikasi, nih. Salah satunya, yakni gemeinschaft of mind. Apa itu? Yakni, kelompok sosial yang terbentuk karena kesamaan minat, hobi, pandangan, dan sejenisnya. Nah, kalau kamu merasa obat galaumu karena meras kesepian, maka mencari dan menemukan gemeinschaft of mind versi kamu ialah jawaban yang tepat, nih.

Dari mana bisa mendapatkan orang-orang yang satu frekuensi? Terlebih, jika orang terdekatmu tak ada yang cocok. Itulah gunanya banyak berinteraksi dengan orang baru. Setelah berinteraksi kamu jadi punya jaringan sosial atau relasi yang luas. Dari situ, saring untuk menemukan mana yang bisa jadi teman bekerja, teman bisnis, teman menjalankan hobi, pun sekadar teman ngobrol yang nyambung dengan bahasa apa pun.

Yakin dan percayalah, ketika telah menemukan gemeinschaft of mind versi kamu, maka menghabiskan waktu dengan mereka tak ada berasa, yang ada malah kurang. Dengan begitu, tak ada waktu untuk kamu larut dalam kegalauan. Hal tersebut karena gemeinschaft of mind yang kamu temukan itu bisa mengobati rasa penat dan kesedihanmu, hingga membuatnya tertawa terbahak-bahak karena satu frekuensinya kamu dengan mereka.

5. Tindakan rasional instrumental untuk memperhitungkan kerugian saat larut dalam kegalauan

ilustrasi evaluasi diri (pexels.com/Anete Lusina)

Seorang sosiolog bernama Max Webber membagi tindakan menjadi empat jenis. Salah satunya, yakni tindakan rasional instrumental yang bertindak dengan pertimbangan matang atas keuntungan dan kerugian yang ada. 

Dengan adanya tindakan rasional instrumental, maka seharusnya jika kamu terapkan, ya kamu tak ada terlarut dalam kegalauan secara jangka panjang. Hal tersebut karena jelas kamu memahami bagaimana kerugian luar biasa dari berduka yang sangat panjang untuk hal yang mungkin tidak layak untuk kamu sedihkan.

Sebagai bahan pertimbangan, apa saja kerugian yang mungkin terjadi jika larut dalam kegalauan? Tentu kerugian materi maupun non materi, mulai dari rugi waktu, pikiran, tenaga, fisik, mental, hingga finansial. Mengapa bisa begitu? Sederhananya, saat kamu galau besar peluangnya untuk kamu tidak fokus bekerja karena terus terpikirkan oleh kegalauanmu itu.

Puncaknya, jika kamu tak kuat dengan beban galau yang ada, pekerjaan menumpuk, mental jadi terganggu, hingga fisikmu jatuh sakit. Dengan semua ilustrasi itu, bukankah cukup menjadi gambaran untuk kamu bisa berpikir rasional dengan menerapkan tindakan rasional instrumental di setiap langkah yang kamu ambil saat ini? Coba pikirkan baik-baik.

Verified Writer

Melinda Fujiana

Have a nice day!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya