TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

4 Cara Sosiologi untuk Ikhlas Memaafkan Kesalahan Orang Tersayang

Selagi kesalahannya tidak di luar batas, ya

ilustrasi kesedihan (pixabay.com/vdnhieu)

Intinya Sih...

  • Belajar ikhlas memaafkan kesalahan orang tersayang dengan konsep simpati dalam ilmu sosiologi
  • Tindakan afektif: pertimbangkan rasa kesal dan kasih sayang, serta apakah kesalahan itu disengaja atau tak disengaja
  • Disfungsionalitas kehidupan akibat terus terlarut dalam luka, tindakan berorientasi nilai sebagai pedoman memberikan maaf

Siapa sih yang tidak sakit hati saat orang yang disayang berbuat kesalahan? Terlebih memberikan kerugian secara langsung untuk dirimu, ya. Jika kesalahan tersebut dilakukan oleh orang asing, atau tak seberapa dekat, mungkin lukanya tak akan sedalam itu, nih.

Dengan begitu, tentu proses untuk bisa berlapang dada memberikan maaf itu tak mudah. Wajar apabila kamu merasa sulit untuk ikhlas melepas maaf, meski untuk orang tersayangmu sendiri.

Namun, selagi kesalahannya tidak di luar batas toleransimu, maka perlahan tapi pasti, belajarlah untuk ikhlas memberikannya maaf, ya. Nah, untuk membantu kamu belajar ikhlas memaafkan kesalahan orang tersayang, ada cara versi ilmu sosiologi, nih.

Ilmu sosiologi yang mempelajari kehidupan manusia dalam kehidupan masyarakat ini memiliki beberapa konsep yang bisa menjadi cara untuk ikhlas memaafkan sebuah kesalahan. Mulai dari konsep simpati, tindakan afektif, disfungsional, hingga tindakan berorientasi nilai bisa menjadi jawabannya, nih. Penasaran bagaimana penjabaran konsep tersebut? Langsung simak ulasan di bawah ini, ya.

1. Bersimpati dengan memahami faktor penyebab kesalahan

ilustrasi kesedihan (pixabay.com/Pexels)

Dalam ilmu sosiologi, simpati artinya perhatikan dengan memahami apa yang dirasakan oleh orang lain. Yang mana dalam kasus memberikan maaf ke orang tersayang, coba pahami apa yang menjadi faktor penyebabnya.

Ibaratnya, tidak akan ada asap jika tidak ada api, maka kesalahan yang dilakukan orang orang tersayangmu itu ialah hubungan sebab-akibat, ya. Coba kamu posisikan diri sebagai dia, siapa tahu kamu jadi memahami mengapa dia bisa bersikap maupun bertindak yang berujung kesalahan padamu itu.

Terlebih lagi, mungkin dengan kamu memposisikan diri sebagai dia, kamu jadi belajar introspeksi diri juga. Siapa tahu, mungkin kamu juga ada kesalahan di dalamnya. Secara lebih lanjut, semua kepahaman dan kesadaranmu itu bisa mempermudah dirimu untuk bisa memberikan maaf secara tulus kepada orang tersayangmu, ya.

2. Mengingat tindakan afektif yang pernah dilakukan orang tersayang

ilustrasi berbahagia (pixabay.com/pexels)

Tindakan afektif secara sosiologis bermakna tindakan yang berlandaskan atas dasar emosional. Dengan begitu, dalam hubungan yang penuh kasih sayang, tentu dalam sikap dan tindakan setiap harinya penuh dengan emosi cinta, ya.

Lantas, apakah dengan satu kesalahannya bisa membuatmu melupakan sejuta cinta dan kasih yang pernah diberikan dengan tulus olehnya? Coba pikirkan baik-baik. Bukankah sejujurnya kamu juga rindu untuk memiliki hubungan baik dan mesra kembali dengan orang tersebut? Pada akhirnya, pikirkan apakah rasa kesalmu atas kesalahannya itu jauh lebih besar daripada rasa kasih sayangmu kepadanya. 

Dengan mengetahui betapa dia sangat menyayangimu, pun kamu begitu menyayanginya. Terlebih, jika kesalahan yang dilakukan itu tak disengaja, diluar kendali, hingga sudah meminta maaf dengan begitu tulus. Seharusnya, semua itu bisa lebih mudah membuat kamu berlapang dada memaafkannya, ya.

Baca Juga: 3 Fakta Orangtua dengan Luka Inner Child, Berdampak pada Pengasuhan

3. Menyimpan luka hanya akan membuat kehidupan berjalan disfungsional

Ilustrasi kehidupan sosial (pixabay.com/geralt)

Tentunya, kamu sadar bahwa luka yang ada di hatimu saat ini disebabkan oleh orang kesayanganmu. Yang mana orang tersebut besar pengaruhnya dalam kehidupanmu. Jadi, jangan heran apabila permasalahan kesalahannya ini bisa mengganggu aktivitas keseharianmu lainnya.

Sederhananya, ketika kamu larut dalam luka karena kesalahannya, kamu jadi tak fokus bekerja. Pada akhirnya, semua pekerjaanmu jadi terbengkalai. Nah, beban kerja yang tak terselesaikan ini menjadi indikator bahwa hidupmu telah berjalan disfungsional.

Yang mana disfungsional sendiri secara sosiologis bermakna kehidupan sosial yang tidak berjalan sesuai fungsinya. Begitu pula dengan kehidupan pribadimu, tak bisa berjalan fungsional karena terus memikirkan luka yang diberikan oleh orang tersayangmu.

Jadi, daripada terus terlarut di dalamnya, bukanlah lebih baik dilepaskan saja beban tersebut supaya hati bisa lega? Coba pikirkan. Lantas, bagaimana caranya melepaskan? Yakni, dengan memaafkan semuanya dan memulai lembaran kehidupan yang baru.

Verified Writer

Melinda Fujiana

Have a nice day!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya