TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Terdampak COVID-19, Pengusaha Travel Sarwoko Kini Jadi Pembisnis Lele

Bisni lele lebih stabil, apalagi di tengah pandemik

Kolam budidaya lele milik Sarwoko, di Kabupaten Aceh Besar (IDN Times/Muhammad Saifullah)

Aceh Besar, IDN Times - Pandemik Virus Corona atau COVID-19 tidak hanya berpengaruh terhadap kesehatan saja, namun sejak virus tersebut mewabah berbagai sektor kehidupan lainnya juga berdampak. Sektor ekonomi adalah salah satu yang paling terasa terkena imbasnya.

Banyak perusahaan berhenti beroperasi dan kemudian berujung dengan pemecatan tenaga kerja di perusahaan yang telah tutup. Angka pengangguran terus meningkat setiap harinya, sementara Virus COVID-19 belum diketahui entah sampai kapan berakhir.

Sarwoko, adalah salah seorang yang terkena dampak langsung dari wabah COVID-19. Pria berusia 37 tahun warga Gampong Rima Keuneurum, Kecamatan Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar ini, mau tidak mau harus menggulung usaha travel miliknya.

Baca Juga: Pilot Afwan Minta Maaf ke Keluarga Sebelum Terbangkan Sriwijaya Air

1. Harus menutup usaha travel yang telah dijalani sejak 2014

Sarwoko ketika berada di kolam budidaya lele miliknya, di Kabupaten Aceh Besar (IDN Times/Muhammad Saifullah)

Sebelum COVID-19 mewabah, Sarwoko bekerja sebagai pengusaha biro penjaja jasa perjalanan atau travel. Usahanya itu telah ia jalani sejak 2014 silam atau sejak dirinya memilih untuk berhenti sebagai salah seorang komisioner di Komisi Perlindungan Anak Indonesia untuk daerah Aceh.

“Kemudian pandemik efek ini menyebar ke mana-mana. Artinya travel itu satu usaha yang paling terdampak,” kata Sarwoko menceritakan.

2. Banting setir menjadi peternak lele dan memanfaatkan rawa kosong milik desa

Kolam budidaya lele milik Sarwoko, di Kabupaten Aceh Besar (IDN Times/Muhammad Saifullah)

Usai berhenti menekuni bisnis travel, pria lulusan Magister Hukum Universitas Syiah Kuala ini pun sempat menganggur. Tak ingin kehidupan ekonomi keluarganya mati, Sarwoko pun coba menyambangi beberapa rekannya yang memiliki usaha peternakan lele.

“Saya datang ke kawan-kawan. Saya datangi orang yang sejak 1993 berbisnis lele,” ujarnya.

Dari pemilik kolam satu dan berlanjut ke pemilik kolam lainnya, Sarwoko perlahan mulai pemahaman bagaimana cara membudidayakan ikan air tawar tersebut. Menggelontorkan jutaan rupiah, ia pun memberanikan diri membuka usaha yang tergolong baru baginya.

Terbilang jauh dari rumah, Sarwoko lalu memilih untuk memindahkan tempat usahanya ke perkampungan tempat ia tinggal. Lahan kosong bekas rawa yang ada di Gampong Rima Keuneurum, dimanfaatkannya.

“Saya ini baru tiga bulan. Luas lahan untuk kolam dua ribuan meter,” kata Sarwoko ketika dijumpai IDN Times di kolam budidaya lele miliknya.

3. Hasil budidaya lele sampai ratusan juta dan telah memperkejakan lima orang

Kolam budidaya lele milik Sarwoko, di Kabupaten Aceh Besar (IDN Times/Muhammad Saifullah)

Kolam besar di lahan seluas lebih kurang dua hektar, dibagi Sarwoko menjadi beberapa kerambah yang hanya dibatasi dengan jaring. Kerambah-kerambah itu diisi berbagai jenis ukuran dan kualitas lele.

Awal membudidayakan di tempat tersebut, Mantan komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia ini hanya memasukan sekitar 300 ribuan ekor bibit lele. Bibit-bibit itu kemudian mampu menghasilkan 200-300 killogram lele dalam sekali panen per harinya.

“Pendapatan capai 100 juta per tiga bulan, itu jika harga jual Rp18 ribu dengan dikali 6 ton,” ungkap Sarwoko.

Sarwoko tak sendiri dalan mengelola tempat budidaya lele tersebut. Ia kini telah mempekerjakan lima orang yang membantunya. “Jumlah pekerja ada 5 orang,” tambahnya.

4. Bisnis lele dipilih karena termasuk yang paling stabil

Kolam budidaya lele milik Sarwoko, di Kabupaten Aceh Besar (IDN Times/Muhammad Saifullah)

Bukan tanpa sebab mantan pengusaha travel ini memilih lele sebagai bisnis barunya. Hasil pembelajaran yang ia dapatkan dari para peternak lele lainnya, dikatakan bahwa bisnis ikan air tawar ini terbilang paling stabil dibandingkan bisnis lainnya ketika dalam situasi pandemik seperti saat ini.

“Oleh karena itu saya melihat, lele ini harga stabil, pasar juga bagus dan saya belajar sedikit demi sedikit dengan niat,” jelas Sarwoko.

Tak hanya harganya yang selalu stabil, mengenai teknis pemeliharaannya pun dikataka pria 37 tahun ini, terbilang gampang.

“Lele ini dapat hidup di air tawar dan ada sedikit lumpurnya sudah bisa hidup dia. Termasuk dengan air mengalir malah tambah bagus dan rasanya juga berbeda,” imbuhnya.

Baca Juga: Gegara COVID-19, Uddin Kontraktor Banting Setir Jadi Petani Melon

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya