TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pameran Moralitas Perjalanan Karier dan Identitas Auguste Soesastro

Menampilkan kekuatan dalam balutan kelembutan lewat fashion

Multimedia fashion exhibition by Auguste Soesastro yang bisa dikunjungi di Plaza Indonesia. 14 Agustus 2023. (IDN Times/M. Tarmizi Murdianto)

Jakarta, IDN Times - Lima belas tahun setelah sukses meluncurkan jenama KRATON di New York Fashion Week, Auguste Soesastro mengeksplorasi berbagai pendekatan baru dalam dunia mode. Terbaru, dirinya dengan bangga mempersembahkan pameran tunggal skala besar perdananya dalam bentuk fashion and art exhibition bertajuk “ꦢꦪꦤꦶꦁꦧꦸꦢꦶ - force of subtleness” di Plaza Indonesia, Jakarta.

Pameran yang menilik perpaduan antara warisan budaya Jawa dan Cina serta pengaruh budaya Eropa dalam konteks abad ke-21 tersebut, digelar pada 15 Agustus-10 September 2023. Suguhan ragam bentuk mode lintas media yang mengaburkan batas antara fashion, seni, dan pertunjukan terpampang jelas di setiap sudutnya.

1. Sajian pameran tentang perjalanan hidup guna merobohkan stereotip identitas rasial dan kelas

Multimedia fashion exhibition by Auguste Soesastro yang bisa dikunjungi di Plaza Indonesia. 14 Agustus 2023. (IDN Times/M. Tarmizi Murdianto)

Berakar dari sejarah keluarga, perjalanan hidup pribadi dalam pergulatan identitas, migrasi dan asimilasi budaya, "ꦢꦪꦤꦶꦁꦧꦸꦢꦶ” (dibaca sebagai “Dayaningbudi") menjelmakan pertarungan yang hening untuk mengguncang konvensi sosial. Makna lainnya juga diperuntukkan demi merobohkan stereotip identitas rasial dan kelas.

"Di setiap section, saya bercerita tentang perjalanan, migrasi keluarga saya, membantu klarifikasi soal kelas dan streotip agar bisa luntur dan semua orang pun bisa menghargai satu sama lain," terangnya dalam Press Conference yang berlangsung pada Senin (14/8/2023) di Bistro Baron, Plaza Indonesia.

2. Usaha karier Auguste dipaparkan lewat tiga section karya yang berbeda

Multimedia fashion exhibition by Auguste Soesastro yang bisa dikunjungi di Plaza Indonesia. 14 Agustus 2023. (IDN Times/M. Tarmizi Murdianto)

Bersifat semi retrospektif, pameran ini merupakan bentuk re-interpretasi dan penilaian ulang dari koleksi Auguste terdahulu. Selain menampilkan berbagai rancangan baru yang inovatif, padanan busana miliknya dibagi dalam tiga tema terpisah namun saling berkaitan.

"Exhibition ini sebenarnya bukan representasi karena saya baru bekerja 15 tahun, melainkan seni representative dengan mengangkat 3 tema selama saya bekerja dan gak pernah saya pisah. Pertama njawani, lalu architecture, dan terakhir minimalism," ujar desainer yang kini menetap di Australia tersebut.

Baca Juga: 16 Fashion Terbaru Joy Red Velvet, Stylish Kekinian!

3. Njawani, architecture, dan minimalism menjadi highlight nilai yang diusungnya sebagai tema besar

Multimedia fashion exhibition by Auguste Soesastro yang bisa dikunjungi di Plaza Indonesia. 14 Agustus 2023. (IDN Times/M. Tarmizi Murdianto)

Njawani, architecture, dan minimalism merupakan karya dalam pameran yang tercipta melalui goresan rapi, pilihan tekstil mewah, dan siluet arsitektural yang selama ini menjadi ciri khas sang perancang. Di bagian Njawani, contohnya, Auguste merangkul budaya, gaya hidup, dan falsafah orang Jawa dan relasinya dengan kultur Peranakan serta keturunan pendatang lain.

Dibekali pemahaman sejarah transnasional seraya tetap menaruh hormat pada tradisi, rancangan Auguste dapat berevolusi, bebas dari konvensi yang statis. Terlihat beberapa padanan juga lepas dari batasan, politik, dan ketabuan yang tidak berdasar.

4. Konstruksi eksperimental mendorong batasan pada kesenian dan industri mode. “Sederhana itu mudah, minimalis itu rumit,” katanya

Multimedia fashion exhibition by Auguste Soesastro yang bisa dikunjungi di Plaza Indonesia. 14 Agustus 2023. (IDN Times/M. Tarmizi Murdianto)

Architecture meriwayatkan titik balik dalam riset Auguste untuk mencari diagram konstruksi yang eksperimental, yang mendorong batasan-batasan tradisional dalam pembuatan pola. Sementara, Minimalism menggarisbawahi obsesi dirinya untuk membuat pakaian dari pola tunggal.

"Batas gerak untuk seorang seniman itu selalu terlalu takut. Makanya, kita riset untuk menjelaskan kalau baju Indonesia sejarahnya ternyata transnasional, contohnya kebaya, yang masing-masing ada etimologinya dari tempat lain," menurutnya.

“Sederhana itu mudah, minimalis itu rumit,” lanjut Auguste. Pakaian dengan pola tunggal selalu ia sertakan dalam pergelaran busananya, yang tampil sangat bersih dan tidak mencolok walau nyatanya melibatkan pekerjaan tangan yang kompleks dan amat teliti setelah melewati masa uji coba yang gak terhitung banyaknya.

Baca Juga: 5 Alasan Kenapa Harus Datang ke Pameran Van Gogh, Impresif nan Memukau

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya