Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Pasaman merupakan salah satu kabupaten di Sumatra Barat yang dikenal dengan tradisinya yang masih sangat kuat. Di kabupaten ini dapat dijumpai kepercayaan dan kebiasaan yang masih dipegang teguh oleh masyarakat setempat.
Salah satu tradisi dari Pasaman yang cukup jarang dibahas adalah tulak bola atau tolak bala. Tradisi ini biasanya dilakukan untuk menolak bala yang datang pada suatu kampung. Berikut ini fakta-faktanya yang menarik untuk disimak!
1. Dilaksanakan saat ada musibah yang menyerang kampung
ilustrasi orang sakit sedang minum obat (unsplash.com/Towfiqu barbhuiya) Tradisi tulak bola dilakukan saat ada bala atau musibah yang melanda suatu kampung. Musibah itu dapat berupa wabah penyakit yang menjangkit penduduk, terjadinya gagal panen, atau munculnya berbagai hama pada tanaman yang ditanam.
Tulak bola juga dilakukan apabila seorang atau sebagian penduduk melihat wujud balanya (api yang menyerupai bentuk-bentuk tertentu). Jadi, jika dirasa sudah ada yang melihat wujud bala, penduduk kampung biasanya akan mulai memikirkan bagaimana cara agar bala itu dapat diusir.
Baca Juga: 14 Tradisi Menyambut Ramadan di Berbagai Kota di Indonesia
2. Harus dilakukan oleh dua kampung secara bersama-sama
ilustrasi orang berunding (unsplash.com/Ave Calvar) Tradisi tulak bola harus dilakukan oleh dua kampung secara bersama-sama. Hal itu karena jika hanya satu kampung yang melakukannya, dikhawatirkan bala yang ditolak justru singgah ke kampung yang lain.
Tulak bola dilakukan setelah para sesepuh di kedua kampung berunding. Misalnya, kampung A berada di sebelah kampung B. Apabila kampung A ini menjadi kampung yang didatangi bala, maka sesepuh dari kampung A akan mengajak sesepuh dari kampung B berunding mengenai pelaksanaan tulak bola.
Setelah para sesepuh dari kedua kampung sepakat, pelaksanaan tulak bola kemudian akan diumumkan di surau-surau atau masjid. Jadi, penduduk dari kedua kampung akan berkumpul di satu titik, biasanya di hutan yang membatasi kedua kampung, lalu secara bersama-sama menolak bala yang ada.
3. Perempuan dan anak-anak dianjurkan untuk tetap berada di rumah
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
ilustrasi anak-anak tinggal di rumah (unsplash.com/Kelly Sikkema) Tulak bola tidak dapat dilaksanakan secara sembarangan. Tradisi ini biasanya hanya dilakukan oleh laki-laki, sedangkan anak-anak dan para perempuan lebih dianjurkan untuk tetap berada di rumah.
Setelah tulak bola diumumkan, penduduk di kampung akan berkumpul di lapangan dan mengelilingi kampung dan membacakan ayat-ayat suci Al-Qur'an. Setelah itu barulah mereka berkumpul dengan penduduk di kampung sebelahnya di perbatasan kedua kampung untuk menolak bala.
4. Selama tulak bola dilakukan, setiap rumah harus mematikan lampu dan menutup pintu
ilustrasi warga berkeliling kampung membawa obor (unsplash.com/firman fatthul) Penduduk yang melaksanakan tulak bola harus membawa obor ketika berkumpul. Masyarakat setempat percaya bahwa bala yang ditolak itu menyukai cahaya dan membawa obor adalah cara yang tepat untuk memancing bala tersebut.
Ketentuan yang sebaliknya berlaku untuk mereka yang tidak ikut melaksanakan tradisi ini. Penduduk yang berada di rumah harus mematikan setiap lampu dan menutup pintu rumah. Jika ada satu saja lampu yang dihidupkan, konon rumah itu akan didatangi oleh bala yang diusir.
Kedatangan bala ditandai dengan adanya suara orang yang memanggil dan mengetuk pintu sang empunya rumah ketika sudah tengah malam. Jika hal tersebut terjadi, sang empunya rumah tidak dibenarkan untuk menjawab atau membukakan pintu karena jika dilakukan ia akan sakit dan meninggal.
Baca Juga: 7 Tradisi Masyarakat Jawa untuk Menyambut Bulan Ramadan