TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Alasan Mengapa Gak Perlu Pencitraan, Apa Adanya Lebih Baik!

Bisa membuatmu dianggap tidak tulus 

potret berkumpul teman (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Pencitraan termasuk salah satu sikap kurang baik. Seseorang yang gemar pencitraan selalu menunjukkan kepalsuan. Kebaikan yang ditunjukkan tak lebih dari sekadar kepura-puraan. Mereka mengesankan orang-orang sekitar bahwa dirinya sosok bijaksana, padahal di balik kebaikannya bisa jadi ada maksud lain.

Sikap pencitraan seperti ini tidak seharusnya dilakukan. Kamu tidak perlu memalsukan sikap hanya untuk meraih kekaguman orang-orang sekitar. Menjadi orang yang apa adanya tanpa sikap pencitraan itu lebih baik. Lima alasan ini merupakan pertimbangan mengapa gak perlu serba pencitraan.

Baca Juga: 5 Sebab Si Dia Berani Membelamu di Depan Banyak Orang, Gak Pencitraan!

1. Berlindung di balik sikap pencitraan membuat hati tidak tenang 

ilustrasi cemas (pexels.com/Mental Health America (MHA))

Pencitraan lekat dengan kebaikan palsu. Mungkin kamu pernah bertemu dengan teman-teman yang memiliki kebaikan terselubung. Di balik sikapnya yang dermawan dan murah hati ia memiliki maksud lain. Bahkan tujuannya berkemungkinan merugikan banyak pihak.

Pencitraan harus dijauhi. Salah satu alasan mengapa gak perlu pencitraan yaitu bisa membuat hati tidak tenang. Kamu selalu cemas dan takut jika pencitraan itu terbongkar. Belum lagi jika apa yang kamu lakukan tidak sesuai harapan. Tujuan dan keinginanmu justru tidak tercapai.

Baca Juga: 5 Ciri Rekan Kerja yang Sering Melakukan Pencitraan, Bikin Kesal?

2. Pencitraan menjadi salah satu perilaku menyebalkan 

ilustrasi berkumpul teman (pexels.com/Polina Tankilevitch)

Melihat orang yang kebaikannya tidak tulus pasti bikin kamu risih. Belum lagi jika kebaikan tersebut memiliki maksud tersembunyi. Sekilas ia memang terlihat sangat ramah dan senang membantu. Namun sikap berbeda akan ditunjukkan ketika ia jauh dari pandangan mata banyak orang.

Hal yang sama juga akan terjadi ketika kamu melakukan pencitraan. Orang-orang dibuat sebal atas perilaku tersebut. Mungkin sekali dua kali orang-orang yang tahu sifat aslimu tersebut masih bisa menahan diri. Tapi jika tidak segera memperbaiki diri, kamu akan dibuang dari pergaulan.

3. Saat pencitraan itu terbongkar, kamu akan diremehkan orang-orang sekitar 

ilustrasi berkumpul teman (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Apa yang ditanam pasti akan dituai. Memiliki perilaku yang tidak tulus pasti ada konskuensinya. Orang-orang tidak akan lagi merasa segan dan hormat atas kebaikan yang kamu tunjukkan. Justru sebaliknya, kamu  dianggap remeh dan tidak dimanusiakan.

Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa sebaiknya tidak pencitraan. Daripada mempermalukan diri sendiri, lebih baik berperilaku apa adanya. Belajarlah menjadi orang yang tulus tanpa berpura-pura. Kebaikan murni dari hati tidak akan pernah menjerumuskan.

4. Sikap pencitraan mendorongmu untuk melakukan kebohongan-kebohongan lain 

ilustrasi bertemu teman (pexels.com/Gustavo Fring)

Sikap yang penuh pencitraan akan memicu rangkaian kebohongan. Takut satu kebohongan terbongkar, pada akhirnya kamu berusaha menutupi dengan kebohongan-kebohongan lain. Padahal hidup penuh kebohongan semakin membuatmu tertekan.

Alasan utama mengapa sebaiknya tidak pencitraan yaitu demi menghindari kebohongan tersebut. Hidup dalam kebohongan membuat hati selalu risau. Kamu tidak pernah bisa merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya.

Baca Juga: 5 Alasan untuk Setop Pencitraan di Media Sosial demi Kebaikanmu, Bro!

Verified Writer

Mutia Zahra

Let's share positive energy

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya