TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Bukti Kamu Terseret dalam Social Climbing, Suka Pamer!

Sensasi dianggap lebih penting daripada prestasi 

ilustrasi selfie (pexels.com/Anna Shvets)

Apakah kamu mengenal sebutan social climbing? Ini menjadi kata yang sering dijumpai di media sosial maupun obrolan sehari-hari, terutama dalam lingkup pergaulan para generasi muda. Banyak orang yang secara tidak sadar mulai terseret dalam perilaku kurang baik tersebut.

Social climber atau orang yang suka panjat sosial sendiri merupakan sebutan bagi seseorang yang terlalu berlebihan dalam menonjolkan dirinya. Mereka yang hobi panjat sosial akan berusaha mati-matian menunjukkan bahwa dirinya adalah sosok dengan status sosial tinggi. Lantas apa sajakah ciri yang menunjukkan bahwa seseorang terjebak dalam perilaku panjat sosial? Berikut lima buktinya.

1. Suka membuat sensasi

ilustrasi orang berdandan nyentrik (pexels.com/Gordon Simpson)

Pernahkah kamu menjumpai beragam ulah memancing perhatian di media sosial? Ini menjadi fenomena yang lumrah terjadi. Jika cara yang dilakukan untuk memancing perhatian bersifat positif dan penuh inspirasi tidak masalah. Tapi, apa jadinya jika apa yang kamu lakukan justru menuai kecaman dan komentar negatif dari banyak orang?

Suka membuat sensasi dengan tujuan memancing perhatian dari banyak pihak merupakan salah satu bukti yang menunjukkan bahwa kamu mulai terseret social climbing. Alih-alih menjadi sosok inspiratif dan mencetak prestasi membanggakan, kamu justru suka membuat sensasi yang memancing beragam komentar negatif dari banyak orang.

Baca Juga: 5 Tips Aman Melakukan Panjat Tebing, Butuh Persiapan Matang!

2. Hobi pamer secara berlebihan

ilustrasi pamer belanjaan (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Di era sekarang ini, pamer bukan lagi hal yang tabu. Banyak dari kita berlomba-lomba menyombongkan pencapaian, seragam, jabatan, maupun nama besar orang-orang di sekitarnya. Kamu beranggapan pamer akan membuat eksistensimu diakui dan dihormati oleh orang-orang di sekitar.

Tapi, tahukah kamu? Pamer menjadi salah satu perilaku yang wajib dihindari, lho. Bukan tanpa alasan, sikap pamer menjadi bukti bahwa kamu mulai terjebak dalam social climbing. Kamu ingin jadi orang yang paling menonjol dan selalu menarik perhatian banyak orang dengan beragam cara. Termasuk cara-cara yang tidak pantas. 

3. Terlalu membangga-banggakan nama besar orang lain

ilustrasi selfie (pexels.com/Asad Photo Maldives)

Memang tidak dapat dipungkiri jika pencapaian orang-orang terdekat turut memberi kebanggaan tersendiri. Kamu turut bahagia dan lebih percaya diri ketika memiliki teman dekat yang sukses, orangtua dengan bisnis yang berkembang pesat, maupun kerabat atau pasangan yang punya profesi dianggap terhormat.

Tapi yang jadi pertanyaan, apakah berbangga apalagi sampai menyombongkan diri atas nama besar orang lain adalah suatu perilaku yang tepat? Jawabannya sudah pasti tidak. Terlalu membanggakan diri atas pencapaian orang terdekat merupakan bukti bahwa kamu adalah individu yang mulai terseret dalam perilaku social climbing.

4. Haus pujian 

ilustrasi membuat konten media sosial (pexels.com/ron Lach)

Pujian menjadi sebaris kalimat yang sering didengar. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan pujian. Hal itu merupakan bentuk apresiasi terhadap orang lain. Tapi yang perlu digaris bawahi adalah ketika kamu mulai haus pujian bahkan melakukan hal-hal yang di luar batas wajar.

Perilaku seperti ini merupakan bukti bahwa kamu mulai terseret dalam perilaku panjat sosial atau pansos. Demi sebuah pujian, kamu sampai nekat melakukan hal-hal yang tidak sepantasnya. Padahal belum tentu apa yang kamu lakukan dianggap sebagai sesuatu yang menarik di mata masyarakat.

Baca Juga: 6 Tanda Bahwa Kamu Butuh Detoks Media Sosial, Jangan Cuek!

Verified Writer

Mutia Zahra

Let's share positive energy

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya