TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Sebab Seseorang Gagal Meromantisasi Hidup, Jarang Bersyukur?

Terlalu haus dengan ambisi

ilustrasi merasa sedih (pexels.com/Karolina Grabowska)

Ketika seseorang sudah merasakan romansa hidup, kenyamanan lebih mudah tercapai. Bahkan hal kecil dan sederhana saja mampu menjadi sumber kebahagiaan. Tapi pada faktanya, tidak semua orang memperoleh pola hidup sedemikian rupa.

Beberapa dari kita justru gagal dalam romantisasi hidup. Bahkan cenderung mengalami keterpurukan dan merasa takdir tidak adil. Segala sesuatu yang terjadi pasti ada penyebab dibaliknya. Barangkali kamu selalu gagal meromantisasi hidup karena enam sebab berikut.

1. Standar yang tidak realistis

ilustrasi sosok ambis (pexels.com/Mikael blomkvist)

Jika kita membahas tentang peluang meraih keberhasilan, tentu tidak bisa dipisahkan dari standar. Segala sesuatunya harus memiliki target yang terukur. Tapi menjadi permasalahan tersendiri saat kita terjebak dalam standar tidak realistis.

Jika sudah seperti ini, jangan heran dengan kehidupan yang terasa carut-marut. Standar yang terlalu tinggi membuat seseorang kerap mengalami kekecewaan berulang. Waktu, energi, dan kesempatan banyak yang terbuang sia-sia.

Baca Juga: 5 Tips Menyusun Anggaran Mudik Lebaran agar Pengeluaran Tidak 'Boncos'

2. Masih mempertahankan kebiasaan toksik

ilustrasi bergosip (pexels.com/SHVETS Production)

Sudah keharusan bagi kita agar mampu meromantisasi hidup. Karena ini menjadi kunci kebahagiaan dan kesuksesan. Tapi yang menjadi masalah, berapa orang justru memperoleh kehidupan yang carut-marut.

Tentu menjadi sebuah pertanyaan. Apa yang membuat seseorang ke kolam romantisasi hidup? Bisa jadi disebabkan oleh sikap dan kebiasaan toksik dalam diri. Seperti kebiasaan bergosip, maupun sifat gemar mengkambing hitamkan orang lain. Akibatnya, kita gampang terjerumus dalam perilaku kurang baik.

3. Ketidak sesuaian dengan nilai dan tujuan

ilustrasi bingung (pexels.com/engin akyurt)

Dalam menjalani kehidupan, nilai dan tujuan diibaratkan sebagai pondasi. Kita harus mampu menjaga keduanya dengan baik agar kehidupan tidak terombang-ambing. Namun demikian, bagaimana jika nilai dan tujuan justru berjalan tidak selaras?

Kondisi demikian menjadi sebab seseorang gagal meromantisasi hidup. Akibat nilai dan tujuan yang tidak berjalan selaras, kehidupan terasa berantakan. Bahkan untuk hal kecil dan sederhana saja tidak bisa terselesaikan secara tuntas.

4. Meletakkan ambisi di atas segalanya

ilustrasi sosok ambis (pexels.com/Karolina Grabowska)

Manusia seringkali terlena oleh ambisi. Bahkan terang-terangan terkecoh oleh standar di luar batas wajar. Sampai-sampai rela melakukan segala cara demi meraih ambisi sesaat. Ternyata sikap ambisius juga berpotensi merugikan diri.

Untuk kamu yang terlalu ambis, jangan heran selalu gagal romantisasi hidup. Karena sosok ambisius tidak pernah bisa menikmati setiap momen. Pikirannya hanya tertuju pada keinginan dan standar-standar yang tidak masuk akal. Bahkan rela terlibat konflik hanya demi meraih ambisi sesaat.

5. Kurangnya keterampilan berpikir realistis

ilustrasi sedih (pexels.com/Liza Summer)

Seseorang yang memiliki keterampilan berpikir realistis selalu mempertimbangkan situasi nyata. Sebelum bertindak segala kemungkinan dipertimbangkan dengan matang. Termasuk melihat risiko dan kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi.

Lantas, apa jadinya jika seseorang memiliki keterampilan berpikir realistis yang kurang? Salah satu yang mungkin terjadi adalah gagal meromantisasi hidup. Mereka tidak mampu mempertimbangkan situasi dengan cermat dan teliti. Bahkan kerap mengambil tindakan secara gegabah.

Verified Writer

Mutia Zahra

Be grateful for everything

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya