TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

IWF 2020: Judul Menarik Jadi Filter Pertama bagi Editor

Isi artikel dan pemilihan gambar tak kalah penting #IWF2020

Para editor yang mengupas tuntas tentang penulisan artikel (Sumber: YouTube IDN Times)

Gelaran Indonesia Writers Festival (IWF) 2020 baru saja usai dilaksanakan. Totalnya, ada 14 sesi dan 24 pembicara yang berlangsung dari tanggal 21-26 September 2020. Salah satu sesi yang menarik adalah Editor's Talk, sesi bincang-bincang bersama enam editor IDN Times Community pada Jum'at (25/9/2020) pukul 16:00 WIB.

Sesi Editor's Talk mengulik seputar dinamika tulis-menulis di platform IDN Times Community. Mulai dari bagaimana cara menulis yang benar, syarat agar artikel diterbitkan, dan apa suka duka yang dialami oleh para editor sehari-hari. Let's get closer with them!

1. Salah satu trik agar dilirik editor adalah membuat judul yang catchy

Diana Hasna, salah satu editor membeberkan tipnya agar artikel dilirik oleh editor (Sumber: YouTube IDN Times)

Sebagai platform menulis, semua orang bebas mengirimkan artikelnya ke IDN Times Community. Setelah submit, artikel akan dimoderasi atau dikurasi oleh editor. Jika layak, maka artikel akan diterbitkan. Bagaimana tips supaya artikel dilirik oleh editor?

"Triknya adalah kalau judul kalian menarik, itu menjadi filter pertama kita untuk mengklik artikel. Misalnya, artikel kalian membahas tentang Korea, dari judul harus spesifik bahas Korea yang seperti apa," terang Diana Hasna, salah satu editor IDN Times Community.

Setelah dari judul, editor akan melihat dari segi isi artikel dan foto yang disertakan. Kalau menarik, tanpa menunggu lama, artikel tersebut bisa langsung diterbitkan. Diana juga menyarankan agar penulis memperhatikan panduan dan revisi yang diberikan oleh editor.

Sementara, menurut Siantita Novaya, editor IDN Times Community lainnya, penulis wajib paham soal Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), cara menulis dengan bahasa Indonesia yang benar, dan memperhatikan peraturan yang ada di dashboard IDN Times Community. Jika sudah memenuhi syarat tersebut, artikelmu pasti diterbitkan, kok!

2. Ketika mendapat revisi, pahami dengan baik, kerjakan revisinya, dan submit ulang

Tita, editor IDN Times Community menyarankan agar penulis tidak panik saat mendapatkan revisi artikel (Sumber: YouTube IDN Times)

Tidak semua artikel bisa langsung terbit begitu saja. Ada sebagian artikel yang masih membutuhkan perbaikan atau revisi.

Sayangnya, tidak semua penulis paham bagaimana cara menyikapi tulisan yang membutuhkan revisi. Bahkan, tak sedikit pula penulis yang protes dan tidak terima kalau artikelnya harus direvisi.

"Ketika artikel dapat revisi, please banget tolong dibaca revisinya dengan baik. Jangan buru-buru di-submit ulang, dipahami dengan benar kalimatnya dan revisian dari editor seperti apa. Jangan buru-buru pokoknya," saran Tita.

Ketika mendapat revisi dari editor, ini tandanya editor tertarik dengan artikel itu dan berniat untuk menerbitkannya. Jangan panik atau marah, lebih baik segera dibaca baik-baik, ditelaah, dan diperbaiki. Setelahnya, submit ulang artikel tersebut.

Terkait revisi, editor Arifina Budi Aswati atau yang lebih akrab disapa Upik, memiliki pengalamannya sendiri. Saat memberi revisi pada penulis, ia selalu menyertakan catatan supaya mereka bisa belajar dari kesalahannya.

Tetapi, di submission atau artikel selanjutnya, tidak terlihat adanya perubahan dan penulis masih mengulangi kesalahan yang sama. Padahal, menurut Upik, sebenarnya tulisannya bagus dan ia yakin penulis ini bisa mengembangkan dan memperbaiki tulisannya.

Baca Juga: IWF 2020: Artikelmu Gagal Terbit di IDN Times? Pahami 8 Hal Dasar Ini

3. Riset mendalam sangat diperlukan agar menghasilkan artikel yang berbobot

Kurang improvisasi dan minim riset adalah hal yang harus dihindari oleh penulis (Sumber: YouTube IDN Times)

Salah satu kesalahan umum pada penulis adalah kurang improvisasi dan minim riset. Akibatnya, artikel yang dihasilkan pun tidak memiliki news value (nilai berita) dan kurang menarik untuk dibaca karena terlalu flat.

"Misalnya, di artikel galeri foto, penjelasannya hanya 'potret menawan sedang bahagia bersama anaknya'. Kayak nulis caption di Instagram, kurang ada nilai berita atau news value-nya," ungkap Diana yang mengatakan bahwa tulisan tersebut masih bisa dikembangkan lagi.

Ia pun menjelaskan pada penulis supaya tetap menyertakan riset yang berbobot agar nilai beritanya tetap ada. Hal ini penting, tidak hanya untuk artikel galeri foto atau entertainment, tetapi juga untuk kategori lainnya. Menurutnya, setelah mendapatkan saran seperti itu, rata-rata penulis akan memperbaiki dan menghasilkan tulisan yang berbobot di artikel selanjutnya.

4. Usahakan untuk menggunakan gambar dari pemilik foto pertama

Merry, editor IDN Times Community, memberikan saran terkait gambar yang digunakan untuk artikel (Sumber: YouTube IDN Times)

Selain isi artikel, gambar yang digunakan juga tak kalah penting untuk diperhatikan. Khusus untuk cover, pilih gambar yang horizontal dan pastikan gambar tidak terpotong.

Jika gambarnya vertikal, bisa disiasati dengan dikolase. Untuk mengecek, gunakan fitur preview untuk melihat tampilan artikel saat diterbitkan.

"Agar tidak kena copyright, bisa mengambil gambar dari Unsplash atau dari sosial media orang, asalkan dengan izin terlebih dahulu. Jangan mengambil dari media nasional lain atau dari Pinterest," tegas Merry Wulan, salah satu editor IDN Times Community.

Mengapa Pinterest tidak diperbolehkan? Karena orang yang mengunggah gambar di Pinterest sumbernya beragam. Kita tidak tahu siapa pemilik foto tersebut.

Pastikan gambar tersebut berasal dari pemilik foto pertama. Bisa juga menggunakan foto atau grafis dari Unsplash, Pexels, Getty Images, Pixabay, dan sejenisnya.

Baca Juga: IWF 2020: 5 Hal yang Harus Diperhatikan Jika Ingin Jadi Penulis

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya