Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Hidup kadang tidak semulus kelihatannya. Di balik sebuah senyuman, ternyata teman yang kita kenal sebagai sosok yang periang, memiliki sebuah mental illness. Ketika ia mempercayakan hal tersebut kepada kita dan mulai bercerita tentang kondisinya, tolong jaga kepercayaan itu baik-baik. Be a good listener and don't judge!
Nah, ternyata menjadi caregiver, atau pendamping seseorang dengan mental illness pun tidak sesimpel itu. Ada banyak hal yang harus kita pelajari dan kuasai sebelum memutuskan berkomitmen penuh untuk menjadi caregiver. Apa saja kah itu?
1. Being good listener is a must!
Hal yang paling mendasar yang wajib dikuasai oleh para caregiver adalah menjadi pendengar yang baik. Ketika ia mulai menceritakan permasalahannya pada kita, berarti kita merupakan sosok yang bisa dipercaya olehnya. Don't break their trust, karena kepercayaan nilainya lebih berharga dari apapun.
Biarkan ia berkeluh-kesah pada kita, cukup siapkan telinga yang siap mendengar dan bahu yang siap untuk merangkul. Jangan sesekali menyela pembicaraan, memberikan saran yang tidak dibutuhkan, apalagi memberikan komentar negatif atau men-judge mereka. It's a big NO. Alih-alih membuatnya pulih, hal itu justru membuat mereka merasa tertekan dan makin terpuruk, lho.
2. Latih kesabaran kita sendiri
Sebagai manusia yang juga memiliki perasaan, wajar-wajar saja jika kita merasa lelah dalam mendampingi teman yang memiliki mental illness. Kadang, kita lelah dengan permasalahan kita sendiri dan juga ingin dimengerti. Namun, ketika kita telah memutuskan untuk menjadi caregiver, jadilah sosok yang memiliki kesabaran lebih.
Meskipun merasa jenuh, tunjukkan bahwa kita sabar dan mau mendampingi hingga mereka merasa lebih baik. Memang, waktu kita akan tersita cukup banyak dan kita kadang-kadang juga merasa terbebani oleh permasalahan mereka. Namun, percayalah bahwa kebaikan itu layaknya air: terus mengalir dan akan kembali kepada kita dalam wujud yang lain di masa yang akan datang.
Baca Juga: 7 Rekomendasi Film tentang Mental Illness, Sudah Nonton?
3. Jaga komentar dan tidak meremehkan
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
Hal yang harus diperhatikan ketika menjadi pendamping bagi orang dengan mental illness adalah menjaga komentar kita. Jangan pernah mengeluarkan kalimat bernada meremehkan seperti, "Ah gitu aja kok dipikirin" "Gitu doang, banyak orang yang masalahnya lebih parah" atau "Kamu tuh kurang bersyukur, makanya lihat ke bawah dong" dan lain sebagainya. Bukannya membuat mereka feeling better, justru komentar tersebut akan memperparah kondisi mereka, lho!
Akan lebih baik jika kita memberi komentar yang positif atau kalimat yang bernada ajakan seperti: "Kamu kenapa? Cerita aja gak papa, aku siap dengerin kok" "It's okay, we will figure out this together" atau "Aku gak bakal ninggalin kamu sendirian, bilang aja kalau butuh apa-apa". Hal sesederhana pelukan atau genggaman tangan pun bisa memperkuat mereka. Hal ini akan membuat mereka diterima seutuhnya dan merasa bahwa masih ada yang peduli dengannya.
4. Memiliki pengetahuan tentang mental lllness
Kalau kita sudah menjadi sosok pendengar yang baik dan tidak judgemental, tambah pengetahuanmu soal mental illness yang temanmu alami. Yup, di era serba digital seperti sekarang, nggak sulit kok buat mencari informasi tersebut. Tinggal mengetikkan kata di kolom pencarian, maka kamu sudah bisa mendapatkan hasilnya.
Jika kamu sudah memiliki basic knowledge terkait mental illness yang sedang dialami temanmu, maka kamu pun akan tahu apa yang akan kamu perbuat jika dalam situasi krisis. Misalnya, jika tiba-tiba temanmu menarik diri atau menunjukkan gelagat yang berbeda, kamu bisa mengatasinya dengan baik karena sudah mempersiapkan diri sebelumnya.
Baca Juga: Ada 7 Gangguan Mental di Dunia, Kamu Mengidap yang Mana?