TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Merajut Cinta Kain Tenun Sumba, Mahakarya Wastra Nusantara

Setiap polanya memiliki makna

Pameran 'Merajut Cinta Melalui Tenun Sumba, pada Lembar-Lembar Tenun Kurajut Hidupku' oleh Dekranasda SBD di Alun-Alun Indonesia, Grand Indonesia pada Kamis (12/10/2023). (IDN Times/Nisa Zarawaki)

Jakarta, IDN Times - Pulau Sumba, sebuah wilayah eksotis di tengah Nusa Tenggara Timur, terkenal bukan hanya karena keindahan alamnya yang menakjubkan. Sumba juga dikenal karena warisan budaya yang kaya, terutama dalam seni tenun tradisional. Tenun bukan sekadar sehelai kain yang indah, tetapi merupakan sebuah dimensi waktu yang menghubungkan masa lalu, kini, dan masa depan.

Ternyata, kain tenun bagi masyarakat Sumba bukan hanya sekadar balutan busana. Akan selalu ada makna dan simbol yang mendalam. Banyak orang yang belum tahu bagaimana keindahan kain tenun Sumba, khususnya tenun Sumba Barat Daya. Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Sumba Barat Daya mengadakan pameran tenun Sumba bertajuk 'Merajut Cinta Melalui Tenun Sumba, pada Lembar-Lembar Tenun Kurajut Hidupku' di Alun-Alun Indonesia, Grand Indonesia pada 12-15 Oktober 2023. Di hari pertamanya, Kamis (12/10/2023), Dekranasda SBD menyajikan gelar wicara yang membahas terkait dimensi waktu kain Sumba.

1. Bagi masyarakat Sumba, tenun merupakan nilai leluhur dan cinta kasih

Pameran 'Merajut Cinta Melalui Tenun Sumba, pada Lembar-Lembar Tenun Kurajut Hidupku' oleh Dekranasda SBD di Alun-Alun Indonesia, Grand Indonesia pada Kamis (12/10/2023). (IDN Times/Nisa Zarawaki)

Di Sumba, tenun memiliki makna yang dalam. Ia adalah simbol nilai-nilai leluhur dan cinta kasih yang diwariskan dari generasi ke generasi. Tenun adalah bahasa simbolik bagi masyarakat Sumba. Setiap pola, warna, dan desain pada kain tersebut mengandung pesan-pesan budaya yang kaya, seperti status sosial, keberuntungan, dan bahkan cerita tentang leluhur. Bagi masyarakat Sumba, menenun bukanlah hanya sekadar aktivitas, tetapi sebuah perayaan budaya yang mendalam.

"Bagi masyarakat Sumba, tenun bukan hanya sebagai balutan busana. Namun, dalam setiap lembar tersirat makna cinta kasih dan nilai leluhur. Corak dan warna motifnya merupakan simbol dari kehidupan masyarakat Sumba. Contohnya ada motif Mamoli (simbolisasi rahim perempuan) untuk menghormati wanita," jelas Margaretha, Ketua Dekranasda SBD (Dewan Kerajinan Nasional Daerah Sumba Barat Daya).

Baca Juga: 9 Inspirasi Outfit Tenun NTB Karya Nalani X Cindy Lavina, Kece Abis!

2. Saat ini sudah muncul teknologi AI yang bisa membuat pola tenun Sumba

Pameran 'Merajut Cinta Melalui Tenun Sumba, pada Lembar-Lembar Tenun Kurajut Hidupku' oleh Dekranasda SBD di Alun-Alun Indonesia, Grand Indonesia pada Kamis (12/10/2023). (IDN Times/Nisa Zarawaki)

Salah satu tantangan besar yang dihadapi dalam melestarikan seni tenun Sumba adalah hilangnya minat generasi muda. Faktor seperti urbanisasi dan globalisasi telah menggeser perhatian anak muda ke hal-hal lain. Namun, seiring dengan perkembangan teknologi, ada juga inisiatif untuk memadukan warisan budaya dengan kemajuan teknologi. Beberapa program telah menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk membuat pola tenun Sumba yang kompleks dan indah. Hal ini, pada satu sisi, membantu menjaga seni warisan ini agar tetap hidup, tetapi juga memunculkan pertanyaan apakah penggunaan teknologi ini akan merusak esensi dari proses tradisional.

"Tenun Sumba sudah bisa dimasukkan ke AI, pola-polanya juga udah ada. Orang akan lebih mudah membuat di mana pun. Kalau itu dijadikan sebagai dasar di dalam AI, mereka akan mudah sekali membuat itu. Itu harus diantisipasi. Bahkan sekarang tenunan bisa membuat gradasi yang sangat halus dan natural hanya dengan menggunakan mesin," ujar Taufik Rahzen, seorang penulis, budayawan, dan peminat wastra nusantara.

3. Menggunakan pewarnaan dan proses yang masih alami

Pameran 'Merajut Cinta Melalui Tenun Sumba, pada Lembar-Lembar Tenun Kurajut Hidupku' oleh Dekranasda SBD di Alun-Alun Indonesia, Grand Indonesia pada Kamis (12/10/2023). (IDN Times/Nisa Zarawaki)

Setiap daerah di Sumba memiliki keunikan dalam corak dan pola tenunnya. Salah satu jenis tenun yang sangat istimewa adalah kain Kodi yang berasal dari Sumba Barat Daya. Kain Kodi memiliki warna yang mencolok dan pola yang rumit. Namun, semakin sulit mencari tenunan Kodi yang asli karena proses pembuatannya yang memakan waktu dan kerumitan yang tinggi. Sumba Barat Daya memiliki tiga jenis kain tenun antara lain Tenun Ikat (Makete), Tenun Songket (Lambaleko), dan Tenun Sulam (Humbi/Lumbi).

Pada Kain Sumba, pewarnaan masih dilakukan menggunakan pewarna alami, bukan pewarna sintetis yang digunakan di pabrik. Misalnya, akar mengkudu digunakan untuk menghasilkan warna merah, kayu untuk warna kuning, lumpur untuk warna cokelat, dan lain-lain.

4. Pembuatan kain sumba memiliki proses yang panjang dan rumit

Pameran 'Merajut Cinta Melalui Tenun Sumba, pada Lembar-Lembar Tenun Kurajut Hidupku' oleh Dekranasda SBD di Alun-Alun Indonesia, Grand Indonesia pada Kamis (12/10/2023). (IDN Times/Nisa Zarawaki)

Salah satu aspek yang membuat tenun Sumba begitu berharga adalah prosesnya yang panjang dan rumit. Mulai dari pemilihan benang, pembuatan pola, hingga tahap tenun itu sendiri, seluruh proses membutuhkan waktu yang lama dan keahlian yang tinggi. Untuk mencapai hasil akhir yang indah, perajin harus menjalani proses pembelajaran yang panjang.

"Pembuatan kain sumba ini sangat rumit. Harus berpuasa dulu ketika akan meramu warnanya, meredam daun-daunnya, lalu ditutup dari tempayan. Kalau sedang menstruasi itu bakal gagal. Banyak sekali aturan-aturan yang harus dipatuhi," pungkas Margaretha.

Baca Juga: Tenun Ikat Buatan Warga Lamongan Ini Banyak Dipakai Artis

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya