TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Luncurkan Koleksi Resort Wear, Tobatenun Usung Teknik Pewarnaan Alam

Berkolaborasi dengan Jabu Borna

Peluncuran koleksi Resort Wear dari Tobatenun dan Jabu Borna pada Rabu (9/8/2023) di Alun-Alun Indonesia, Grand Indonesia Jakarta (IDN Times/Nisa Zarawaki)

Jakarta, IDN Times - Tobatenun, sebuah social enterprise atau perusahaan kain tenun yang karya-karyanya sudah sangat beragam. Tobatenun produktif mengeluarkan karya-karya kain tenun setiap tahunnya dengan berbagai inovasi yang kreatif. Kali ini, Tobatenun kembali mengeluarkan karya yang berkolaborasi dengan Jabu Borna (Rumah Pewarnaan Alam).

Karya terbarunya ini dinamakan sebagai koleksi resort wear dengan tema terBit, sedangkan koleksi kainnya dinamakan Pancarona. Pada Rabu (9/8/2023) di Alun-Alun Indonesia, Grand Indonesia Jakarta, Tobatenun bersama Jabu Borna menampilkan berbagai koleksi terbarunya. Selain itu, ada juga filosofi dan teknik baru dari koleksinya kali ini.

1. Penamaan terBit dan pemilihan warnanya terinspirasi dari suasana di pagi hari

Peluncuran koleksi Resort Wear dari Tobatenun dan Jabu Borna pada Rabu (9/8/2023) di Alun-Alun Indonesia, Grand Indonesia Jakarta (IDN Times/Nisa Zarawaki)

Di koleksi terbarunya, Tobatenun-Jabu Borna mengusung tema terBit untuk koleksi resort wear. Tema ini ternyata terinspirasi dari suasana di pagi hari. Karena menurut Melvi, Partner dan COO Tobatenun, suasana di pagi hari itu penuh dengan motivasi dan rasa optimis.

"Awalnya, pada saat merencanakan kolaborasi dengan Jabu Borna, itu muncul koleksi terBit dulu. Inspirasinya karena saat bangun pagi, itu banyak optimisme dan positivisme, sehingga banyak rencana-rencana, jadi dinamakan terBit. Kebetulan di ulang tahun kita yang ke-5, kita mau kasih kado ke masyarakat, kita bikin koleksi yang menggambarkan optimisme dan positivisme itu saat matahari terbit," jelasnya.

Sedangkan untuk kombinasi warnanya, terlihat ada perpaduan antara warna biru, putih, dan krem. Tentunya, warna yang dipilih pun bukan asal-asalan. Karena warna ini senada juga dengan tema utama yang diusung.

"Nah, itu kan tema besarnya terBit, lalu kan kombinasi warna saat matahari terbit itu diturunkan menjadi biru, putih, dan krem. Sehingga, warnanya campuran indigo dan tingi," lanjutnya.

2. Menggunakan teknik baru untuk pewarnaan alami

Peluncuran koleksi Resort Wear dari Tobatenun dan Jabu Borna pada Rabu (9/8/2023) di Alun-Alun Indonesia, Grand Indonesia Jakarta (IDN Times/Nisa Zarawaki)

Di beberapa koleksi sebelumnya, biasanya Tobatenun menggunakan teknik pewarnaan untuk benang saja. Sedangkan di koleksi terBit ini, ada teknik baru untuk menciptakan warna yang alami. Teknik baru ini juga merupakan hasil kolaborasi antara Tobatenun dan Jabu Borna.

"Jadi tekniknya ini kainnya dicelup. Jabu Borna itu baru diresmikan bulan Juli tahun lalu. Namun, sebenarnya meramu pewarnaan alam (meramu antar bahan satu dengan bahan lain) itu udah sejak 2020. Kemudian, kita biasanya hanya mewarnai benang untuk diolah menjadi kain tenun. Tahun ini, kita challenge, kita bikin teknik yang lain. Jadi kita coba untuk mewarna kain, kita menggunakan kain linen craft, 100 persen katun dan breathable (menyerap warna lebih cepat)," ujar Melvi.

Teknik pencelupan warna alam ini dikenal juga sebagai teknik Shibori. Teknik Shibori berasal dari Jepang dan akhirnya diaplikasikan oleh Jabu Borna untuk koleksi terbaru Tobatenun. Teknik ini berhasil menciptakan variasi motif dan warna yang lebih alami.

Baca Juga: 12 Potret Rumah Komunitas Tobatenun, Jabu Bonang dan Jabu Borna

3. Ada 4 macam model, mulai dari menggunakan pipa paralon hingga stik

Peluncuran koleksi Resort Wear dari Tobatenun dan Jabu Borna pada Rabu (9/8/2023) di Alun-Alun Indonesia, Grand Indonesia Jakarta (IDN Times/Nisa Zarawaki)

Koleksi terBit ini memperkenalkan adanya akulturasi akan setiap seni dan budaya. Dalam teknik pewarnaan alam, kain akan diikat dan dicelup untuk menghasilkan warna yang diinginkan. Ada 4 model yang digunakan, yakni menggunakan pipa paralon, gundu (kelereng), kuas, dan stik.

"Kita eksplorasi teknik tersebut di tahun ini, tekniknya macam-macam, ada pipa paralon, gundu (kelereng) sampai 600, kuas, dan stik. Berbagai teknik itu jadi challenge buat tim pewarnaan alam, jadi bisa menciptakan motif-motif yang lebih menarik dan bagus," kata Agus Handoyo, Lead of Rumah Pewarnaan Alam (Jabu Borna).

Contoh penerapan teknik ini adalah mengikat gundu dan kain dengan karet. Sehingga, saat dibuka itu warnanya bisa pecah dan menciptakan motif beragam. Begitu juga yang menggunakan stik, pipa paralon, dan kuas, semuanya menggunakan teknik serupa.

4. Prosesnya cukup panjang dan memakan banyak waktu

Peluncuran koleksi Resort Wear dari Tobatenun dan Jabu Borna pada Rabu (9/8/2023) di Alun-Alun Indonesia, Grand Indonesia Jakarta (IDN Times/Nisa Zarawaki)

Dengan teknik ini, sebenarnya proses pembuatan koleksi terBit memang terkesan panjang dan memakan banyak waktu. Karena setelah kain berhasil diwarnai, Tobatenun masih perlu mengombinasikannya dengan kain tenun bermotif kontemporer.

"Kalau tantangan, tentunya gak bisa mencapai warna yang dominan sekali. Mungkin bisa, tetapi proses celupnya bisa sampai puluhan kali. Lalu, teknik ini secara keseluruhan prosesnya juga luar biasa lama," kata Melvi.

Walau begitu, jika untuk pengguna atau pemakai, sebenarnya ada banyak keuntungan dalam menggunakan kain ini. Terutama karena bahan yang digunakan memang alami, sehingga akan lebih aman.

"Kelebihan itu kan gak pakai bahan kimia, jadi nyaman dan aman untuk kulit. Terus kalau peduli terhadap lingkungan, itu bisa menunjukkan kecintaan kita, kita pakai warna yang gak terlalu ngejreng," ucap Melvi.

Baca Juga: Tobatenun Kembangkan Komunitas Jabu Bonang di Sumut

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya