TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Pelajaran yang Dapat Diambil dari Buku Dunia Sophie

Buku filsafat tidak selalu membosankan, kok

cover buku dunia sophie (instagram.com/mizanpublishing)

Dunia Sophie merupakan salah satu buku bergenre filsafat karya Jostein Gaarder yang cukup populer. Buku ini berisi banyak hal tentang pemikiran para filsuf di zaman dahulu yang dibalut menjadi sebuah cerita hidup seorang gadis bernama Sophie.

Meski tampak populer, tak jarang orang-orang yang membaca buku ini mengeluhkan tentang isi buku yang cukup rumit dan kompleks untuk dipahami. Hal itu akhirnya membuat beberapa orang memutuskan untuk tidak melanjutkan membaca novel tersebut. Padahal, kalau dibaca secara saksama, ada banyak pelajaran berharga yang bisa kita petik loh!

1. Jangan sombong

ilustrasi orang sombong (pexels.com/SHVETS production)

Di dalam novel ini, kita akan disajikan sebuah konsep yang dikenal dengan Mitos Gua. Mitos Gua mengajarkan kita bahwa pemahaman yang dimiliki manusia sesungguhnya hanya sebagian kecil dari segala pengetahuan yang ada di dunia ini. Oleh karena itu, kita tidak perlu merasa tinggi hati atau sombong hanya karena ilmu yang telah dimiliki. 

Mitos tersebut juga mengingatkan para manusia untuk senantiasa mencoba berbagai peluang yang ada di sekitar, mengembangkan diri, keluar dari zona nyaman, dan berusaha melakukan yang optimal. Hal ini karena sesungguhnya masih banyak hal menarik yang dapat dipelajari di luar zona nyaman tersebut.

Baca Juga: 12 Pelajaran Hidup yang Bisa Diambil dari Komika Nopek Novian

2. Jangan berkecil hati

ilustrasi ibu meyakinkan anak untuk percaya diri (pexels.com/Artem Podrez)

Seorang filsuf bernama Aristoteles di dalam buku ini menjelaskan bahwa segala sesuatu yang terjadi pasti memiliki alasan dan tujuan tertentu. Contoh sederhananya, hujan turun untuk menyiram tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan yang nantinya akan dijadikan makanan oleh manusia. Tuhan senantiasa menciptakan sesuatu bukan tanpa alasan, termasuk menciptakan manusia itu sendiri, diri kita sendiri. 

Dengan demikian, bukankah kita hendaknya tidak merawat rasa rendah diri dan berkecil hati hanya karena tidak mampu memperoleh banyak prestasi seperti orang-orang di luar sana? Yang perlu kita lakukan sesungguhnya adalah mengenal diri sendiri lebih dalam, lalu menggunakan segala fasilitas yang telah Tuhan berikan berupa akal untuk berpikir, mata untuk membaca, dan lain sebagainya demi mencapai diri yang sesuai fitrah.

3. Berpegang teguh pada Tuhan

ilustrasi orang sedang beribadah (pexels.com/Monstera)

Meski filsafat seringkali dikaitkan dengan proses berpikir yang panjang dan mendalam serta memerlukan akal yang sehat, namun buku ini juga tak lepas untuk mengingatkan pentingnya agama dan Tuhan sang Pencipta. Meski Tuhan tidak dapat kita lihat sosok dan wujudnya secara nyata, namun alam semesta dan segala isinya sesungguhnya adalah bukti bahwa Tuhan itu nyata.

Seperti halnya kita dapat mengetahui kepribadian atau pemikiran seorang penulis melalui karya-karyanya, kita dapat percaya kebesaran dan keagungan Tuhan dengan melihat keindahan yang telah Dia ciptakan. Kebesaran dan keagungan-Nya membuat Ia mampu mengontrol segalanya termasuk tempat tinggal ini dengan mudah. Oleh karena itu, hendaklah kita senantiasa berpegang teguh pada ajaran-ajaran yang telah Dia wahyukan pada orang-orang pilihan agar dapat selamat sampai akhir hayat.

4. Terus belajar dan berusaha

ilustrasi orang gemar belajar (pexels.com/Artem Podrez)

Tingkatkan rasa ingin tahu dan gemar belajar untuk mencapai kebahagiaan sejati. Di dalam buku ini, kita didorong untuk terus meningkatkan semangat belajar dan memperluas wawasan sebab hal tersebut merupakan panggilan hidup.

Dengan terus belajar, kita artinya telah menggunakan akal yang telah Tuhan berikan sebagaimana mestinya. Jadi, jangan cepat puas ya!

5. Menghargai perbedaan

ilustrasi orang saling menghargai perbedaan (pexels.com/fauxels)

“Manusia itu unik dan berbeda-beda satu sama lain”, ungkapan ini sepertinya sudah sangat familiar di telinga kita. Meski demikian, lagi-lagi buku Dunia Sophie ini seakan-akan perlu mengingatkan kita (just in case you guys forget) bahwa setiap manusia sejatinya membawa kelebihan dan kekurangan di dalam diri masing-masing. Tidak ada yang lahir dengan kesempurnaan. 

Setiap manusia pun memiliki pandangan, pendapat, dan persepsi yang tidak selalu sama yang membuat kita akhirnya berbeda antar satu sama lain. Namun, alih-alih menjadikannya sebagai suatu pembatas atau alasan untuk bertikai, hal tersebut merupakan fasilitas bagi setiap kita untuk senantiasa belajar saling menghargai, saling memahami, dan saling memanusiakan antar satu sama lain.  

6. Hati-hati dalam bertindak

ilustrasi orang berpikir (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Manusia adalah makhluk yang bebas dan terikat. Artinya, ia bebas melakukan segala sesuatu tanpa paksaan dari mana pun. Ia bebas menentukan pilihan dan jalan untuk hidupnya sendiri.

Namun, perlu dipahami bahwa kebebasan tersebut tidak dapat digunakan semena-mena sebab ada aturan dan etika sosial yang mengikat dan perlu dipatuhi. Perlu dipahami bahwa setiap pilihan yang diambil akan dipertanggungjawabkan kelak, sehingga kita perlu berhati-hati dalam bertindak. Jangan gegabah, ya!

Baca Juga: Tertarik Filsafat? 5 Alasan Buku Dunia Sophie Wajib Kamu Baca

Verified Writer

Nur Tazkiyah Sejati

rarely found someone who wants to listen carefully, so i write to release what is inside my mind

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya