TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Fase yang Akan Dilewati Jika Kamu Kehilangan Orang yang Disayangi

Kamu pasti bisa melewati semua!

pixabay.com/wokandapix/

Ketika seseorang kehilangan sosok yang dicintainya, diperlukan waktu untuk ikhlas. Elisabeth Kübler Ross dalam bukunya yang berjudul On Grief and Grieving, mengemukakan lima fase yang akan dilewati jika kamu kehilangan orang yang disayangi.

Apa sajakah itu? Berikut rangkumannya!

1. Fase penyangkalan atau denial

pixabay.com/mandyme27/

Pada fase ini, seseorang masih belum percayai akan hal yang telah dilaluinya. Contoh kasusnya adalah kehilangan orang tua atau kekasih. Semua itu dianggap sebagai hal yang mustahil.

Sayangnya, kejadian ini adalah sesuatu yang nyata dan harus diterima. Lantas, mereka yang kehilangan akan terguncang dan mati rasa. 

Sebenarnya, penyangkalan adalah cara alami seseorang untuk memberi batasan tentang seberapa banyak kesedihan yang dapat ditampung. Ini menjadikan seseorang lebih tegar dan kuat dalam menerima fakta yang menyedihkan.

Sayangnya, perasaan sedih yang ditolak, justru akan berubah menjadi kemarahan yang tampak.

2. Fase marah atau angry

unsplash.com/@vincefleming

Meski kematian adalah takdir Tuhan yang tidak bisa ditawar lagi, manusia tetap memiliki emosi. Manusia akan tetap merasa sedih, bahkan marah apabila seseorang yang tersayang harus pergi untuk selamanya.

Di tahap ini, seringkali seseorang menyalahkan Tuhan. Mereka merasa Tuhan tidak menyayanginya karena sudah membuatnya bersedih.

Namun, ada dampak positifnya juga dari fase ini. Marah justru memudahkan seseorang untuk meluapkan emosi negatif yang ditekan di masa denial. Hal ini akan membuat seseorang merasa lebih lega.

Pernah mendengar apabila emosi negatif terus dipendam, maka akan menjadi bom waktu? Emosi negatif justru lebih baik dikeluarkan, namun dengan cara yang tepat.

Baca Juga: 5 Tanda Kamu Sudah Kehilangan Jati Diri Dalam Sebuah Hubungan

3. Fase tawar menawar atau bargaining

pixabay.com/jacksondavid/

Seseorang di tahap ini, akan berupaya untuk bernegosiasi dengan siapa pun, terutama kepada Tuhan. Berbagai kalimat seperti "andaikan", "seandainya", "kalau saja", akan terus bermunculan dalam pikiran seseorang yang tengah kehilangan.

Ia masih berusaha mengubah keadaan yang mustahil untuk diubah. Fase ini juga dapat disebut fase penyesalan, di mana seseorang yang ditinggalkan, merasa kurang memperhatikan atau berbuat semestinya kepada orang yang meninggalkan. 

4. Fase kesedihan mendalam atau depression

pixabay.com/stocksnap/

Seusai fase tawar-menawar dilakukan, berikutnya adalah fase kesedihan. Seseorang mulai menyadari bahwa tawar-menawar yang dilakukannya, tidak akan mengubah keadaan.

Pada kondisi ini, orang yang ditinggalkan mulai merasa ada yang hilang, kesepian, dan merasakan kehampaan. Apalagi jika yang meninggalkannya adalah seseorang yang amat dicintai dan berharga di hidupnya.

Menurut Elisabeth, ini disebut fase depresi. Akan tetapi, fase ini tidak akan berlangsung selamanya. Fase ini hanya memberikan waktu bagi "pesertanya" untuk bisa menerima keadaan dan bangkit. 

Baca Juga: 5 Alasan untuk Tetap Tegar Saat Kamu Kehilangan Orang Tersayang

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya