TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

3 Cara Menyikapi Konflik yang Rumit dengan Pasangan

Selalu bicarakan semuanya dengan kepala dingin, ya!

ilustrasi pasangan yang sedang bertengkar (pexels.com/MART PRODUCTION)

Hubungan romantis yang “ideal” sering kali digambarkan sebagai situasi yang penuh rasa bahagia. Setiap hari, hati terasa berbunga-bunga karena adanya limpahan cinta dan kasih sayang dari pasangan.

Sayangnya, kondisi tersebut tidak seutuhnya benar. Pasalnya, interaksi antarmanusia bisa menjadi sangat kompleks, bahkan pada suatu titik dapat melahirkan konflik yang begitu rumit untuk diurai.

Tidak dapat dimungkiri bahwa hadirnya konflik dengan pasangan dapat menjadikan seseorang begitu frustrasi. Keadaan ini memberikan tekanan yang berat dan membuat hari-hari yang dijalani seolah kelabu. Lantas, apa yang bisa dilakukan pada situasi semacam ini? Pelajari cara menyikapi konflik yang diulas dalam artikel berikut.

Baca Juga: 5 Keindahan Hubungan Romantis yang Bermakna sebagai Bagian Hidup

1. Bicaralah dari hati ke hati

ilustrasi orang yang sedang mengobrol (pexels.com/Kindel Media)

Tidak dapat dimungkiri bila sedang ada konflik, terlebih bila hal ini terasa rumit, memang akan selalu muncul keinginan untuk menutup diri dari pasangan. Rasanya seperti tidak sanggup untuk membahas situasi yang dihadapi, karena ada kekecewaan atau sakit hati yang sudah telanjur parah. Namun, memilih diam juga bukan pilihan bijak karena justru dapat membuat keadaan semakin tidak terkendali.

Alangkah baiknya bila kamu dan pasangan belajar berbesar hati dan menekan ego masing-masing agar mampu membuka jalan komunikasi. Duduklah bersama dan bicarakan segalanya dari hati ke hati. Saling mengungkapkan apa yang sebenarnya dirasakan bisa memudahkan untuk mengurai akar permasalahan. Langkah ini diharapkan jadi titik terang untuk menyudahi konflik yang terjadi.

2. Jangan menolak untuk dievaluasi

ilustrasi pasangan bertengkar (pexels.com/Keira Burton)

Salah satu alasan konflik dengan pasangan terasa sulit untuk disudahi, karena salah satu atau kedua pihak sama-sama keras kepala dan tidak bersedia untuk dievaluasi. Tindakan “menguliti” ini dianggap seolah-olah membuka keburukan diri, sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman. Padahal, melalui cara inilah keresahan dapat diungkapkan.

Oleh sebab itu, jangan menolak untuk dievaluasi. Pasalnya, pasangan itu harus seperti sebuah tim yang bekerja sama dan saling mengingatkan bila ada yang keliru. Kalau semuanya egois dan merasa paling benar, sampai kapan pun konflik yang terjadi tidak akan pernah selesai. Bukankah situasi ini jauh lebih menyiksa?

Baca Juga: 5 Konflik Batin yang Kerap Mengganggu Kestabilan Emosi, Pernah Alami?

Verified Writer

Ratna Kurnia Ramadhani

Sometimes a Vet, sometimes a writer

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya