TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

IWF 2021: 8 Kiat Menulis Skenario Film Box Office ala Gina S. Noer

Kolaborasi adalah kunci #IWF2021

Gina S. Noer menjadi pembicara di Indonesia Writers Festival 2021. (YouTube.com/IDN Times)

Film yang bagus adalah hasil kolaborasi, itulah yang dikatakan oleh Gina S. Noer, penulis skenario film Ayat-Ayat Cinta, Dua Garis Biru, dan puluhan film populer Indonesia lainnya. Sepanjang kariernya di dunia perfilman, ia telah menyabet berbagai penghargaan bergengsi, seperti Penulis Skenario Asli Terbaik dan Penulis Skenario Adaptasi Terbaik pada Festival Film Indonesia 2019. 

Senin (25/10), Gina S. Noer menjadi pembicara di sesi pertama Indonesia Writers Festival 2021. Mengusung topik "Merintis Karier sebagai Penulis Skenario Film", ia membagikan pengalamannya, beserta kiat menulis skenario film yang meledak di pasaran.  

Mau tahu bagaimana pengalaman Gina dan apa saja kiat yang ia bagikan di sesi yang mengundang antusiasme peserta ini? Berikut ini rangkumannya! 

1. Penulis skenario film terbiasa mencatat ide

Gina S. Noer menjadi pembicara di Indonesia Writers Festival 2021. (YouTube.com/IDN Times)

Menurut Gina, mencatat ide adalah poin yang wajib menjadi kebiasaan seorang penulis skenario film. Sebab, tidak semua ide dapat langsung direalisasikan, misalnya, seperti ide cerita Dua Garis Biru. Tahukah kamu, kalau ternyata ide ceritanya telah dipikirkan Gina sejak sembilan tahun sebelum film tersebut diproduksi? Cukup lama juga, ya! 

Cobalah untuk mulai menyiapkan buku catatan, agar saat ide muncul, kamu bisa segera mencatatnya. Atau, kamu juga bisa menggunakan fitur catatan di HP. Kita tidak pernah tahu kapan dan dari mana inspirasi akan datang, kan

2. Skenario film bukan hanya dialog

ilustrasi menulis skenario film (pexels.com/Ivan Samkov)

Berangkat dari sebuah ide, penulis skenario kemudian menentukan premis, yaitu dasar jalan cerita. Misalnya, tokoh utama menginginkan sesuatu, dalam upaya memenuhi keinginannya itu tentu saja ia menemui berbagai masalah yang menghalangi. Perjalanannya inilah yang akan disajikan menjadi tontonan. 

Penentuan karakter juga harus dilakukan di awal, lho. Penulis skenario harus menjaga konsistensi watak tiap karakater dari awal hingga akhir. Bagaimana rasanya menonton sebuah film yang tokohnya berbicara logat Jawa di awal, lalu berubah menjadi logat Batak di akhir film, jadi aneh, kan

Setelah ide dan karakter ditentukan, saatnya mengembangkan sinopsis, atau alur film secara garis besar. Sederhananya, penulis akan menentukan awal cerita, kapan masalah muncul, dan bagaimana penyelesaiannya. 

Langkah selanjutnya adalah menuangkan sinopsis menjadi sebuah alur adegan, dan termasuk pula dialog tiap tokoh. Jadi, kalau kamu berpikiran bahwa menulis skenario film hanya membuat dialog, itu sepenuhnya salah, ya! 

3. Penulis skenario film peka pada fenomena 

ilustrasi menulis skenario film (pexels.com/Vlada Karpovich)

Menurut Gina, seorang penulis skenario film harus peka terhadap fenomena sekitar, misalnya, hubungan antara ibu dan anak. Sekilas, ini adalah hal yang biasa, namun akan menjadi kompleks saat dibumbui dengan masalah-masalah yang menarik. 

Tantangan juga akan kamu rasakan saat menulis skenario film yang berangkat dari novel. Penulis harus mengendapkan jalan cerita dari awal hingga akhir, untuk kemudian dipilih bagian mana yang akan ditonjolkan menjadi adegan. 

Inilah hebatnya seorang penulis skenario film. Ia jeli dan kreatif dalam mengolah hal sederhana menjadi kompleks, namun tetap menarik. Bagaimana, tertantang untuk menjadi seorang penulis skenario film?

Baca Juga: IWF 2021: 5 Tips Menulis Skenario Film untuk Pemula ala Gina S. Noer 

4. Penulis mengolah emosi penonton lewat skenario 

ilustrasi orang menonton film (pexels.com/Ketut Subiyanto)

"Skenario film ibarat surat cinta", Gina S. Noer

Selain alur yang menarik, penonton juga menyukai film yang memiliki nilai dan dekat dengan kehidupannya. Itulah rahasia yang dibagikan Gina S. Noer di Indonesia Writers Festival 2021. Pertanyaannya, nilai seperti apa yang harus terkandung dalam sebuah film? 

Penonton menyukai film yang menarik sebagai cerita, sekaligus menyenangkan untuk ditonton. Tidak harus berkiblat pada industri Korea atau Hollywood sekalipun, yang penting, kamu bisa membawa penonton seolah-olah mereka benar-benar mengalami apa yang diceritakan di dalam film. 

Gina menggambarkan skenario film bagai sepucuk surat cinta. Penulis harus membuat penonton merasakan emosi cerita lewat medium yang terbatas. Makanya, di dalam dialognya, penulis skenario juga mengeksplorasi pemilihan kata, tanda baca, hingga ekspresi tokoh. 

5. Penulis skenario berbesar hati untuk revisi

ilustrasi menulis skenario film (pexels.com/Ron Lach)

Kamu yang menekuni dunia penulisan pasti tidak asing dengan revisi, kan? Jangan berkecil hati, penulis skenario ternama seperti Gina pun juga dituntut dengan berbagai perbaikan, kok. Menurut Gina, seseorang dapat dianggap penulis yang baik bila ia mampu memperbaiki dan merevisi tulisannya sendiri. 

Membaca ulang tulisan dapat membawa pandangan baru untuk menyajikan hasil yang lebih baik. Contohnya, saat Gina menggarap film Dua Garis Biru, dimana ia bertindak sebagai penulis skenario, sutradara, sekaligus produser. Ada beberapa bagian yang ia revisi saat proses syuting, karena ia merasa jalan cerita akan lebih baik bila beberapa bagian diubah. 

Jadi, jangan mengikuti ego karena merasa tulisanmu sudah sempurna, lalu tidak bersedia melakukan revisi. Sebab, sikap cepat puas ini bisa saja menghambat kemajuanmu. 

6. Film yang bagus adalah hasil kolaborasi

ilustrasi proses syuting film (pexels.com/Lê Minh)

Skenario film bukanlah karya akhir, melainkan fondasi sebuah film. Setelah menyelesaikan skenario, penulis akan menyerahkannya kepada sutradara, aktor, dan pihak-pihak lain yang ada di dalam proses produksi. Inilah yang dinamakan kerja kolaborasi. 

Pada dasarnya, film mengandung 50% kreativitas dan 50% bisnis. Baik penulis, sutradara, maupun produser mempunyai sudut pandang, keinginan dan kepentingannya masing-masing.

Menyelaraskan interpretasi, selera, keterampilan dan komitmen tiap komponen yang terlibat adalah tantangan tersendiri di dunia perfilman. Diperlukan kebesaran hati seorang penulis skenario bila eksekusi film tidak sesuai ekspektasi, belum lagi bila ada adegan-adegan yang dihilangkan. 

Gina sendiri sempat hampir putus asa karena hasil akhir film yang gak sesuai dengan keinginannya. Namun, ia menyadari bahwa karya yang bagus adalah hasil kolaborasi. 

7. Pendidikan adalah modal dasar kesuksesan film

ilustrasi belajar menulis skenario film (pexels.com/ Startup Stock Photos)

Gina S. Noer berpendapat bahwa prestasi industri perfilman sebuah negara kembali pada dasarnya, yaitu pendidikan. Inilah yang ia lihat dari kemajuan perfilman Korea Selatan hingga mendunia seperti hari ini. 

Masyarakat Korea Selatan dibekali dengan pendidikan yang baik, maka dari itu industri perfilmannya juga diisi oleh sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Ditambah dengan keseriusan pemerintah yang dibuktikan dengan regulasi dan dukungan, wajar saja bila kini filmnya menguasai pasar dunia. 

Jadi, kalau kamu benar-benar ingin menekuni profesi penulis skenario, jangan lelah untuk belajar. Apalagi saat ini sudah banyak kursus, pelatihan dan seminar daring untuk mengasah keterampilan menulis. 

Baca Juga: IWF 2021: 5 Tips Kirim Naskah Film ala Salman Aristo dan Gina S. Noer

Verified Writer

Ratumas Ovvy

Find me on Instagram @ratumasovvy

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya