TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Generasi Stroberi: Definisi, Karakter, dan Pemicunya!

Generasi stroberi disebut kreatif tapi rapuh, benarkah?

Ilustrasi anak-anak muda (pexels.com/cottonbro studio)

Zaman yang semakin berkembang, kini muncul banyak istilah-istilah baru yang mewakili fenomena tertentu. Salah satunya adalah generasi stroberi. Buat kamu yang belum tahu, secara sederhana generasi stroberi adalah generasi muda yang kreatif namun rapuh, mudah menyerah, dan sakit hati.

Lalu seperti apa sih awal mula istilah ini muncul hingga bagaimana peran mereka di dunia kerja sekarang? Yuk, simak penjelasannya sampai selesai, ya!

1. Awal mula muncul istilah generasi stroberi

Ilustrasi generasi stroberi (Pexels.com/Trần Long)

Sebelum membahas lebih jauh, kamu juga perlu tahu bagaimana awal mula istilah ini muncul di masyarakat. Mengutip laman Kemenkeu.go.id, konon istilah generasi stroberi pertama kali muncul di Taiwan.

Ketika itu istilah generasi stroberi ditujukan bagi orang yang lahir setelah tahun 1981. Namun dalam perjalanannya, penggunaan istilah ini bergeser. Sekarang generasi stroberi merujuk pada generasi baru di bawah millennial.

2. Makna generasi stroberi

Ilustrasi generasi stroberi (Pexels.com/Andrea Piacquadio)

Mungkin kamu bertanya-tanya, kenapa sih menggunakan istilah stroberi bukan yang lain? Tentunya ada alasan untuk ini. Penggunaan stroberi untuk menggambarkan generasi yang lahir antara tahun 1997 sampai 2002, dianggap ‘lunak’ seperti buah stroberi.

Selain itu, stroberi diibaratkan buah yang indah dan eksotis, tapi begitu ditekan atau dipijak akan mudah hancur. Itulah kenapa, generasi stroberi disebut sebagai generasi yang penuh dengan gagasan kreatif, tapi mereka dianggap mudah menyerah dan gampang sakit hati.

Baca Juga: 5 Fenomena Psikologis Penyebab Keletihan Mental pada Generasi Z

3. Karakter positif dan negatif generasi stroberi

Ilustrasi anak-anak muda (pexels.com/cottonbro studio)

Ada beberapa hal yang membuat generasi muda disebut sebagai generasi stroberi. Salah satu pemicunya adalah karakteristik atau perilaku mereka di kehidupan sosial maupun di dunia kerja. Lalu seperti apa karakter negatif dan positif mereka? Simak penjelasan masing-masing.

Karakteristik negatif:

  • Rasa memiliki hak atas dirinya sendiri, tapi tidak sadar pada realitas yang terjadi. Hal ini dipengaruhi pola asuh orangtua yang diduga mereka terlalu memanjakan atau lingkungan pengasuhan mereka ‘terlalu nyaman’.
  • Tidak mau bertanggung jawab dan tidak ada upaya memperbaikinya. Ada kecenderungan mereka untuk mengandalkan orang lain yang menyelesaikan persoalannya.
  • Generasi stroberi dianggap mudah rapuh dalam realitas kehidupan. Biasanya hal ini disusul dengan sifat yang mudah mengeluh, mudah menyerah, bahkan mudah tersinggung.
  • Memiliki harapan yang tidak realistis terutama dalam dunia kerja. Mereka sering dipandang sebagai pribadi yang lambat bekerja, membangkang, manja, egois, dan sombong.

Karakteristik positif:

  • Mereka bekerja tidak hanya demi uang. Misalnya bekerja sesuai passion sehingga bisa fokus pada pengembangan diri. Itulah kenapa mereka pintar memunculkan ide-ide brilian, kreatif, dan lebih unggul dari generasi sebelumnya.
  • Menyukai tantangan untuk mengasah kemampuan mereka. Hal ini akan membantu mereka dalam pengembangan karier dan kehidupan profesional di masa depan.
  • Tidak takut menyampaikan pendapat. Mereka lugas, tidak takut, dan berani menyampaikan ide-ide cemerlang serta dan mendorong inovasi baru demi kemajuan.
  • Update dengan perkembangan zaman dan teknologi. Mereka aktif menggunakan internet dan teknologi terkini, sehingga bisa membantu pengembangan perusahaan pada inovasi hingga teknologi agar semakin kompetitif.

4. Pemicu tumbuhnya generasi stroberi

Peran pola asuh (Pexels/Emma Bauso)

Generasi stroberi memang diasosiasikan ke hal yang rapuh atau negatif. Meski demikian, tetap saja mereka memiliki karakter positif yang sangat berguna, terutama dalam dunia kerja. Lalu sebenarnya apa saja sih pemicu tumbuhnya generasi stroberi? Berikut di antaranya:

Diagnosis diri secara dini

Hal ini karena banyaknya informasi yang beredar di media sosial. Terkadang mereka belum bijak menerima informasi. Jadi saat mereka stres, tertekan, mereka kemudian mencocoklogikan. Padahal belum ada diagnosis resmi dari dokter.

Narasi orangtua yang kurang pengetahuan

Mereka juga bisa mengakses media sosial. Pasalnya ini dunia baru bagi mereka. Misalnya, mereka menyebut anaknya moody dan ketika mereka besar nanti, mereka akan mudah menyebut dirinya moody atau percaya dengan label tersebut.

Karakter generasi yang saat ini tumbuh dengan teknologi yang masif

Setiap generasi punya karakter yang berbeda-beda tergantung lingkungan pembentuknya. Lingkungan dengan teknologi yang masif memengaruhi generasi yang mudah menyerah dan lari dari kesulitan dengan dalih kesehatan mental.

Didikan orangtua

Orangtua yang pola didiknya suka memanjakan, membuat anak tak perlu berusaha lebih ketika menginginkan sesuatu. Jadi anak kurang terlatih menghadapi tekanan di lingkungan mereka tumbuh.

Baca Juga: Ini Perbedaan Generasi Baby Boomer, Gen Z hingga Generasi Alpha

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya