TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Ternyata Indonesia Bukan Negara Terbaik untuk Ditinggali Anak Perempuan

Baca dulu, ya...

M Agung Rajasa/Antara Foto

Ini bukan opini penulis atau tim editorial IDNtimes, melainkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Save The Children. Pada Selasa (11/10) lalu, organisasi yang fokus pada perlindungan anak ini merilis laporan yang berisi Girl's Opportunity Index atau Indeks Kesempatan Anak-anak Perempuan.

Baca Juga: 10 Pekerjaan yang Cocok Banget Buat Orang Indonesia

Dengan meneliti 144 negara, Save The Children menggunakan beberapa kriteria sebagai tolak ukur negara mana yang paling baik untuk anak-anak.

qz.com

Girl's Opportunity Index dirilis secara luas bertepatan dengan Hari Anak-anak Perempuan International yang jatuh pada 11 Oktober. Laporan tersebut merinci beberapa kriteria yang digunakan untuk mengukur negara mana yang menjadi tempat terbaik untuk ditinggali perempuan.

Adapun kriteria-kriteria yang digunakan antara lain kondisi sosial untuk anak-anak perempuan, persentase pernikahan dini, tingkat kesuburan, tingkat kesehatan ibu, persentase perwakilan perempuan di parlemen, serta angka putus sekolah.

Negara-negara Skandinavia mendominasi ranking negara terbaik untuk ditinggali perempuan.

Vincent Kessler/Reuters.com

Sebagian orang mungkin sudah bisa menebak negara-negara Skandinavia akan berada di jajaran 10 besar. Swedia menduduki peringkat pertama yang diikuti oleh Finlandia dan Norwegia. Sedangkan Denmark berada di peringkat keenam.

Tidak semua negara-negara maju yang tergabung dalam The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) berhasil mencatatkan nilai yang memuaskan dalam laporan ini. Misalnya, Amerika Serikat. Negara Paman Sam harus puas berada di urutan ke-32. Jepang bahkan harus bersaing dengan Montenegro dan Mongolia.

Mengapa bisa demikian? Secara umum, jawabannya ada pada angka perwakilan perempuan di parlemen. Swedia memiliki skor terbaik untuk ini dengan jumlah perempuan di badan legislatif mencapai 44%. Meski demikian, kriteria ini tidak menjamin sebuah negara akan otomatis menjadi tempat terbaik bagi perempuan.

Persentase perempuan di parlemen di Rwanda menyentuh 64%. Namun, negara yang pernah memiliki sejarah kelam terlibat genosida ini jeblok di kriteria yang lain seperti angka putus sekolah.

Baca Juga: 23 Hal yang Bikin Sistem Pendidikan di Finlandia Maju Pesat Dibandingkan Indonesia

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya