TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

10 Peribahasa Betawi Ini Bermakna Sindiran, Makjleb!

Tahu arti ngebalik mayat dalam kubur? 

unsplash.com/alexandra lammerink

Indonesia tak hanya kaya akan budayanya yang beragam nan melimpah. Di samping itu, juga terdapat peribahasa daerah dengan bahasa khasnya masing-masing yang sarat akan makna.

Peribase kate salah satunya. Berasal dari provinsi DKI Jakarta dan menyimpan begitu banyak ungkapan atau perumpamaan berupa pedoman hidup serta tingkah laku masyarakat Betawi.

Berikut sepuluh peribase kate bermakna sindiran atas perilaku buruk yang harus dihindari. Sebab, nantinya akan mendatangkan kemalangan bagi siapa pun yang mengerjakannya.

1. Jadi daon kagak nyibek, jadi aer kagak nyiduk (jadi daun tidak menyobek, jadi air tidak menciduk)

pexels.com/Ben White

Janganlah suka mencampuri urusan orang lain. Itulah maksud dari peribahasa daon kagak nyibek, jadi aer kagak nyiduk. Terlebih zaman sekarang, kecanggihan teknologi justru dijadikan sebagai ajang untuk sibuk mengurusi kehidupan orang lain.

Celakanya lagi, banyak orang yang pandai menasihati tanpa berkaca terlebih dahulu. Lebih tertarik mengomentari kehidupan orang lain daripada mengurusi permasalahan hidupnya sendiri.

2. Makan ikan kagak dibalik (makan ikan tidak dibalik)

pexels.com/Andrea Piacquadio

Apakah kamu termasuk tipe seorang yang makan ikan tidak dibalik? Padahal, sangat mubazir, bukan? Senada dengan pertanyaan di atas, peribahasa ini juga menekankan hendaknya dalam mengelola keuangan diatur secermat mungkin alias menghindarkan diri agar tidak boros.

Untuk itu, penting mempunyai list kebutuhan yang terencana dengan matang dan logis, rutin menyusun anggaran, disertai pula oleh komitmen sungguh-sungguh.

Baca Juga: Masih Jarang Digunakan, 9 Kosakata Bahasa Betawi Ini Terdengar Unik!

3. Nunggu ujan di langit, aer di tempayan ditumpain (menunggu hujan di langit, air di tempayan ditumpahkan)

pexels.com/Engin Akyurt

Peribahasa nunggu ujan di langit, aer di tempayan ditumpain berarti seseorang yang mengharapkan lebih banyak tapi belum tentu, sedangkan yang sudah ada disia-siakan. Hakikatnya, berharap itu memang indah, namun jangan sampai membuatmu menjadi lupa daratan hingga mengabaikan apa yang telah kamu punya sekarang.

Hal ini dilakukan agar ke depannya, saat harapan itu tidak dapat terwujudkan, kamu tidak akan kehilangan sesuatu yang sedang dimiliki. Jaga dan syukurilah apa pun yang kamu miliki kini. 

4. Tempayan gede tutupnye, anak perawan gede kentutnye (tempayan besar tutupnya, anak perawan besar kentutnya)

pexels.com/Jeys Tubianosa

Peribahasa tempayan gede tutupnye, anak perawan gede kentutnye ditujukan sebagai nasihat kepada seorang gadis yang tingkah lakunya kurang sopan. Tak dapat dimungkiri, perilaku seorang perempuan dalam menjalankan etika kerap dijadikan sebagai tolak ukur kesopanan.

Kebiasaan baik bisa dimulai dari hal sederhana seperti, tidak bermain smartphone terus menerus dalam sebuah pertemuan. Sebab, sikap sopan santun bukan hanya bakal menyenangkan banyak orang, melainkan juga keberadaanmu akan jauh lebih dihargai.

5. Gali kubur sendiri (menggali kubur sendiri)

Unsplash/Vince Fleming

Arti peribahasa tersebut ialah perbuatan yang akan mencelakakan diri sendiri. Tak sedikit orang, disadari atau tidak, seolah sedang menggali kuburannya sendiri.

Biasanya mereka berani berbuat melewati batas sekalipun dan parahnya sudah tidak peduli terhadap nasihat orang lain. Alhasil, cepat atau lambat pasti perbuatan tersebut akan menimbulkan kesusahan pada dirinya sendiri.  

Baca Juga: 9 Kosakata Bahasa Betawi yang Lucu tapi Jarang Digunakan

6. Tai cecek di belakang orang keliatan, tai kebo di depan mate nggak keliatan (tai cicak di belakang terlihat, tai kerbau di depan mata tidak terlihat)

pexels.com/Maggie Zhan

Ungkapan ini berupa nasihat agar dapat mengintropeksi diri sendiri, jangan hanya melihat kesalahan orang lain, tetapi lihat juga kesalahan sendiri. Tak ayal, memang lebih mudah menilai kesalahan seseorang. Akan tetapi sebaliknya, sering merasa lebih baik daripada orang tersebut. Untuk itu, perbaiki dan tingkatkan kualitas diri saja. Jadikan kesalahan diri sendiri dan orang lain sebagai pelajaran berharga untuk menempuh langkah selanjutnya.

7. Ngebalik mayat dalem kubur (membalik mayat dalam kubur)

pexels.com/Pixabay

Menyebut lagi kesalahan atau aib seorang yang sudah meninggal, itulah arti dari peribahasa di atas. Sungguh, tak elok jikalau kita masih mengungkit berbagai kesalahan orang yang sudah wafat.

Bukankah lebih baik serta diajurkan untuk mendoakannya? Perlu untuk diingat, pada dasarnya membicarakan keburukan orang lain baik itu saat masih hidup atau pun sudah tiada termasuk ke dalam perbuatan tercela yang sangat harus dihindari. 

8. Buang batu umpetin tangan (buang batu sembunyi tangan)

pexels.com/Andrea Piacquadio

Adapun maksud dari peribahasa buang batu umpetin tangan ialah tidak bertanggung jawab atas perbuatan yang dilakukan. Peribahasa ini senantiasa mengajarkan saat kita berani berbuat, sudah seharusnya juga berani bertanggung jawab. Sayangnya, hanya segelintir orang yang berani menerima dengan legawa atas resiko dari segala perbuatannya.

9. Nepok aer di bak, nyipret muke sendiri (menepuk air di bak, menciprati muka sendiri)

unsplash.com/Andrea Piacquadio

Adapun nasihat dalam peribahasa nepok aer di bak, nyipret muke sendiri diarahkan kepada seorang yang suka menjelek-jelekkan keluarga (kerabat sendiri), sebab nantinya akan mengenai dirinya sendiri.

Nasihat ini tampaknya sejalan dengan ungkapan mulutmu harimaumu, mengingatkan seseorang agar selalu berhati-hati dalam berbicara. Tentunya agar tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain. Tak hanya itu, selain dapat merusak reputasi diri juga membuat hubungan persaudaraan menjadi renggang. 

Baca Juga: 5 Kata Bahasa Betawi Ini Maknanya Tak Sesuai dengan Bayanganmu Lho!

Verified Writer

Shafira Arifah

...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya