TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Bangga! 4 Animator Asal Indonesia Ini Sukses Menembus Film Hollywood

Kamu pasti pernah nonton filmnya

Youtube/Alvinology

Siapa sih yang gak tahu film “Iron Man”, “Kung Fu Panda”, “Moana”, “Star Wars”, atau “Transformer”? Beberapa dari kalian pasti sudah menonton film-film di atas.

Pembuatan sebuah film bukanlah perkara yang mudah. Dibutuhkan waktu, gagasan, dana, hingga kerjasama tim demi menciptakan sebuah film yang berkualitas dan sukses di pasaran. Pembuatan film tentu saja membutuhkan kru yang profesional dan solid, karena masing-masing dari mereka memegang peranan penting di dalam pembuatan film, mulai dari sutradara, produser, script supervisor, make up artist, stuntman, costum designer, ilustrator, cinematographer, dan masih banyak lagi.

Tapi tahu gak sih, di balik suksesnya beberapa film box office, ada ‘sentuhan tangan’ dari para animator asal Indonesia, loh! Beberapa dari karakter film tersebut pasti sudah gak asing lagi, deh bagi kalian.

1. Rini Sugianto.

https://daily.oktagon.co.id

Rini terbilang sudah makan asam garam di dunia animasi. Alumnus Universitas Parahyangan, Bandung jurusan arsitektur ini awalnya belajar teknologi digital 3D untuk membuat bangunan, namun akhirnya ia tertarik pada seni animasi. Rini kemudian melanjutkan studinya pada bidang animasi di Academy of Art University di San Fransisco.

Setelah menyelesaikan pendidikan di tahun 2005, Rini mengaku sempat kesulitan mencari pekerjaan. Untungnya ia kemudian mendapatkan kesempatan untuk magang di sebuah perusahaan game di San Fransisco dan langsung diangkat menjadi karyawan setelah 3 bulan menjalani magang. Sejak tahun 2010, Rini bergabung dengan Weta Digital di Selandia Baru.

Sepanjang kariernya, Rini terhitung telah menggarap beberapa film seperti “The Adventure of TinTin”, “The Desolation of Smaug”, “Ted 2”, dan film-film laris lainnya seperti “The Avengers”, “Iron Man 3”, dan “The Hunger Games: Catching Fire.”

Meski sudah terbilang sukses, Rini tetap tidak jumawa lho. Baginya, masih banyak tantangan yang harus dihadapi. Ia juga berpesan kepada animator di tanah air untuk terus bekerja keras dan tidak mudah menyerah, serta tidak ragu untuk menerima kritikan guna mengembangkan kemampuan.

 

2. Griselda Sastrawinata.

Okezone

Sejak kecil, wanita kelahiran 1982 ini menyukai film-film Disney, seperti The Little Mermaid, Sleeping Beauty, Aladdin, hingga Lady in Tramp. Pengalaman tersebut membuatnya terinspirasi untuk berkarier di industri animasi, khususnya di Disney.

Griselda memutuskan pindah ke AS ketika ia masih duduk di bangku kelas 2 SMA dan kemudian melanjutkan kuliah di Art Center College of Design di Pasadena, California. Selepas kuliah, ia dikontrak oleh DreamWorks Animation, sebuah studio film ternama di California. Namun ia tetap menyimpan keinginannya untuk bekerja di Disney.

Selang 9 tahun menunggu, akhirnya kesempatan untuk bekerja di Disney datang menghampirinya. Film “Moana” menjadi debut pertamanya bersama Disney. Saat ini ia tengah menggarap beberapa judul film seperti “Frozen Holiday Special” dan “Wreck it- Ralph”. Sebelum bekerja di Disney, Griselda juga telah berkontribusi dalam 17 film animasi, diantaranya “Shrek Forever After”, “Puss in Boots”, “How to Train Your Dragon 2”, “Kung Fu Panda 2”, “The Croods”, dan “Home”.

Saat dirinya diwawancarai oleh The Jakarta Post tentang bagaimana tips agar bisa bekerja di Disney, ia mengatakan bahwa “You have to be as good as you can be. Disney memberikan kesempatan yang sama bagi semua orang tanpa memandang gender maupun asal. Semuanya tergantung pada kemampuan dirimu.”

Tercatat sebagai orang Indonesia pertama yang bekerja di Disney, Griselda nggak pelit untuk membagikan ilmunya, lho. Melalui akun instagram miliknya “@grizandnorm” ia membagikan teknik menggambar dan melukis secara gratis setiap hari Selasa.

3. Andre Surya.

http://www.vistaeducation.com

Dari pengalaman Andre kita dapat belajar untuk jangan pernah meremehkan sebuah hobi. Siapa sangka, Andre yang dulunya harus ‘kucing-kucingan’ tengah malam dengan orangtua demi untuk bermain video game, kini telah memiliki karier yang cemerlang dari hobinya tersebut.

Sejak kecil ia mengaku kecanduan dengan video games 3D. Ia bahkan rela menunggu sampai tengah malah hingga orangtua nya tertidur untuk dapat bermain game sembari belajar grafis 3D. Ia pernah berkuliah di jurusan Desain Komunikasi Visual Universitas Tarumanegara, namun hanya bertahan 1 tahun karena ia diterima bekerja di Polaris 3D, sebuah perusahaan Advertising dan Architectural Visualization.

Kemudian ia melanjutkan pendidikan diploma jurusan film dan special effect di Vancouver, Kanada. Setelah menyelesaikan diploma, ia bekerja di Industrial Light and Magic (ILM) Lucasfilm Singapura, yang merupakan salah satu rumah produksi film terkemuka di dunia yang didirikan oleh sutradara film Star Wars, George Lucas.

Di sana, Andre menjadi satu-satunya orang Indonesia yang menjadi bagian dari tim digital artist. Beberapa film yang pernah ditangani Andre diantaranya Iron Man, Indiana Jones, Star Trek, Transformers: Revenge of Fallen, Terminator Salvation, Avatar: The Last Airbender, dan masih banyak lagi.

Kini Andre telah kembali ke Indonesia dan mendirikan sebuah studio animasi dan sekolah ilmu digital art. Uniknya, Andre juga memililki program sosial dengan membuka kelas bagi anak-anak jalanan utuk mendalami animasi 3D dengan menggunakan perangkat software. Bahkan ia tidak segan untuk menawarkan siswanya untuk magang dan bekerja di studio miliknya jika telah dirasa mahir.

Verified Writer

darajingga

Underdog

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya