TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Stereotip yang Kerap Melekat pada Orang Madura, Cek Faktanya!

Ternyata gak sepenuhnya benar, lho!

karapan sapi (instagram.com/reng.odik)

Madura merupakan pulau tersendiri yang dipisahkan oleh Selat Madura dengan Pulau Jawa. Pada 2009, Jembatan Suramadu akhirnya diresmikan sebagai penghubung dari dua pulau tersebut. Meski saat ini aksesnya kian mudah, masih banyak orang dari budaya lain yang salah dalam menggambarkan budaya Madura.

Mayoritas dari mereka hanya memandang bahwasanya orang Madura memiliki perangai yang keras, sulit beradaptasi, terbelakang, dan kasar. Hal ini tentu saja menunjukkan bahwa berbagai stereotip yang menjurus ke sisi negatif sejak dulu sudah dibebankan di pundak orang Madura tanpa tahu fakta yang sebenarnya. Namun, saat pergi ke mana pun, kamu pasti akan menemui orang Madura yang sedang berdagang.

Berikut ini beberapa stereotip yang selalu melekat pada orang Madura. Yuk, cek faktanya di bawah ini!

1. Sering dianggap berperangai keras dan kasar

ilustrasi seseorang yang berbicara dengan intonasi suara yang tinggi (pexels.com/Moose Photos)

Dalam kehidupan sosial, stereotip terhadap budaya lain muncul dari proses sosial yang panjang dan kompleks. Cara terbaik untuk menjernihkan cara pandang orang-orang terhadap budaya Madura adalah dengan menghimpun informasi yang bersifat objektif untuk disebarkan.

Kalau kamu menilai orang Madura berperangai keras dan kasar karena intonasi suara mereka yang tinggi dan keras saat berbicara, maka kamu salah besar. Ini merupakan salah satu stereotip yang keliru.

Terdapat beberapa alasan yang kuat mengapa mereka terkenal dengan orang-orang yang kasar. Tanpa banyak yang tahu, alam Madura dikenal sangat keras. Madura dikelilingi laut, ladang garam, dan tanah yang tandus yang pada akhirnya membentuk orang yang tinggal di sana menjadi sosok yang kuat dan tangguh.

Baca Juga: 6 Makanan Khas Sampang Madura yang Sedap, Sayang buat Dilewatkan!

2. Bermatapencaharian sebagai penjual satai

ilustrasi satai yang sedang dipanggang (pexels.com/Said Mpinga)

Sejak dulu, Madura dikenal dengan budaya yang mengharuskan seorang laki-laki merantau untuk belajar bagaimana cara hidup mandiri dan mencari nafkah. Tak heran kalau ke mana pun kamu pergi, kamu akan menemui orang Madura yang sedang berdagang di suatu daerah itu.

Kalau menyebut kata Madura, kamu pasti langsung teringat dengan satai. Dengan banyaknya orang Madura yang menjual sate sampai ke berbagai daerah, muncul stereotip bahwa mereka bermatapencaharian sebagai penjual satai.

Tak bisa dimungkiri, memang banyak dari mereka yang menjajakan kuliner ini. Bahkan satai yang mereka jual terkenal dengan cita rasanya yang lezat. Namun tak sedikit pula yang menekuni bidang-bidang lainnya.

3. Pengumpul barang rongsokan

ilustrasi barang rongsokan (pexels.com/Pamela Marie)

Barang rongsokan atau barang bekas tidak selalu berdampak negatif bagi orang Madura. Berkatnya, mereka bahkan mampu membuka lapangan pekerjaan untuk sebagian orang di Jawa Timur. 

Saat ini, orang Madura kian sukses menjadi pemilik usaha jual dan beli barang rongsokan yang memiliki banyak pekerja. Ini karena mereka mampu mengumpulkan, mengelola, dan menjual barang rongsokan dengan tepat. 

Dengan ini, sudah tidak bisa diragukan lagi bahwa orang Madura memiliki semangat yang tinggi dalam bekerja. Kepandaian orang Madura dalam memanfaatkan barang bekas dengan baik, telah membantu banyak orang di tengah perekonomian Indonesia yang tidak stabil akibat pandemik.

4. Agamis

ilustrasi anak-anak yang sedang mengaji (pexels.com/Michael Burrows)

Karena mayoritas orang Madura memeluk agama Islam, sejak kecil mereka sudah terbiasa dengan ajaran akidah-akidah Islam yang kental di masjid ataupun madrasah. Di Madura, peran tokoh agama atau ulama pun bukan hanya membimbing dan menuntun dalam ajaran agama, melainkan juga berperan penting dalam kehidupan sosial dan kemasyarakatan.

Bahkan bukan rahasia umum kalau Madura menjadi salah satu destinasi wisata religi yang paling banyak dikunjungi mendekati bulan Ramadhan, seperti makam Syaihona Kholil dan Air Mata Ibu di Bangkalan, serta Batu Ampar di Pamekasan. Banyak tokoh-tokoh agama terkemuka yang lahir dan besar di Pulau Garam ini.

Selain itu, orang Madura juga punya tradisi Maulid Nabi atau Molodan yang tidak hanya dilaksanakan di masjid, tetapi bahkan di rumah masing-masing secara bergantian dan dirayakan sebulan penuh, lho. Ini tentu saja menunjukkan betapa orang Madura sangat antusias dalam merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Baca Juga: 5 Aktivitas Seru saat Liburan ke Madura, Dijamin Gak Bakal Bosan!

Verified Writer

Anis

من صبر ظفر

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya