TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

IWF 2020: 5 Kiat Difalitera Bantu Difabel Netra Menikmati Sastra

#IWF2020 Setiap orang punya hak dan kesempatan yang sama

YouTube.com/IDN Times

Selama ini distribusi karya sastra hanya terbatas pada medium visual, seperti cerita pendek yang dimuat di koran atau majalah. Tentu, kondisi tersebut kerap kali membuat difabel netra kesulitan mengakses karya sastra favoritnya.

Namun sejak Difalitera hadir, difabel netra kini tak perlu lagi khawatir. Indonesia Writers Festival yang diselenggarakan oleh IDN Times berkesempatan mengundang founder Difalitera Indah Darmastuti, Rabu (23/9/2020). Pada sesi “Inklusivitas dalam Sastra”, Indah menceritakan pengalamannya mengelola Difalitera, serta membocorkan proyek terbaru yang sedang dikerjakan. 

Yuk, simak penuturan Indah!

1. Mengaudiokan karya sastra 

Difabel netra memiliki hambatan dalam penglihatannya, termasuk saat akan mengakses karya-karya sastra. Untuk mengatasi masalah tersebut Difalitera telah mengaudiokan ratusan karya sastra, seperti cerita anak, cerita pendek, dan puisi. Dengan begitu teman-teman difabel netra sekarang bisa, lho ‘membaca’ lewat telinga.

Menurut penuturan Indah, Difalitera dibantu oleh beberapa rekan yang sama-sama tergerak membantu proyek pendokumentasian ini. Tugas mereka di antaranya, sebagai narator, dan ilustrator musik.

2. Menyediakan music digital platform agar lebih mudah diakses 

spotify.com/difalitera

Karya sastra yang telah diaudiokan perlu diunggah ke laman khusus agar dapat diakses oleh semua orang, khususnya para difabel netra. Bagi teman-teman yang sudah tidak sabar mendengarkan, kalian dapat langsung meluncur ke akun spotify Difalitera. Dalam rentan waktu 2018 hingga 2020 ini, Difalitera telah mengunggah ratusan episode yang sayang jika dilewatkan.

Selain spotify, rekaman audio juga dapat diakses melalui laman difalitera.org. Di sana teman-teman difabel netra juga bisa mengunduh rekaman tersebut secara gratis! Wah, mudah sekali ya.

Baca Juga: IWF 2020: Ini 5 Harapan Difabel Netra agar Bisa Menikmati Karya Sastra

3. Memberikan pilihan karya sastra yang tidak hanya terbatas pada satu bahasa  

pexels.com/jonasmohamadi

Biasanya, penikmat sastra hanya sebatas membaca karya-karya yang menggunakan satu bahasa saja, seperti bahasa Indonesia. Padahal ada banyak bahasa yang dapat dieksplor dan digali.  

Sejauh ini, Indah dan teman-teman Difalitera telah menyediakan ruang bagi karya sastra berbahasa Indonesia, Jawa, dan Inggris. Selain mendapat kesenangan dan hiburan, pendengar difabel netra juga bisa sekaligus belajar bahasa lain yang mungkin selama ini kurang dikuasai.

4. Mengenalkan ragam bahasa daerah nusantara melalui proyek terbaru

Difalitera terus berkembang dan menjangkau khalayak luas. Dari Sabang sampai Merauke, karya-karya sastra berbahasa daerah pun dikumpulkan untuk memperkaya wawasan kita sebagai penikmat.

Menurut Indah, saat ini telah terkumpul sebanyak 30 bahasa daerah nusantara yang mewarnai karya-karya sastra tersebut. Karya tersebut berupa tulisan dan audio.

Lanjut Indah, ia mensyaratkan agar audio dibaca dan direkam oleh penutur asli sebelum dikirim. Langkah ini diambil agar tidak mengurangi warna dialek dari daerah asalnya. Duh, jadi nggak sabar mau dengerin.

Baca Juga: IWF 2020: 5 Tips Berpendapat di Twitter ala Kalis dan Ligwina

Writer

Teresia Belawati Sugiarto

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya