TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Wanita Lebih Rentan Obesitas? Cek Faktanya Yuk! 

Efek sampingnya bisa luas banget lho!

ilustrasi pengidap obesitas (unsplash.com/AllGo - An App For Plus Size People)

Menjalani gaya hidup sehat merupakan lifestyle yang kerap diminati oleh banyak kalangan, terlebih di kalangan wanita. Salah satu dorongan menerapkan gaya hidup sehat dikalangan wanita adalah untuk menjaga bentuk tubuh agar tetap ideal dan jangan sampai mengalami obesitas. Obesitas adalah saat dimana seseorang kelebihan berat badan jika dibandingkan dengan tinggi badannya.

Dan nyatanya, tahukah kamu, kalau wanita justru lebih rentan terhadap obesitas? Ternyata, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 prevalensi wanita usia >18 tahun yang mengalami obesitas mencapai 29,3 persen. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan obesitas pada pria, yaitu sebesar 14,5 persen.

Faktor penyebab obesitas pada wanita

Freepic/subinpumson

Wanita lebih rentan terhadap obesitas dikarenakan dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya saja seperti: 

1. Metabolisme

Wanita memiliki lebih banyak lemak dan lebih sedikit otot daripada pria. Hal ini akan mempengaruhi metabolisme, atau lebih dengan kata lain kalori yang dipakai saat beraktivitas. Laju metabolisme dipengaruhi oleh massa otot. Semakin besar massa otot, akan semakin cepat laju metabolismenya.

2. Hormon

Estrogen adalah salah satu hormon wanita yang sangat mempengaruhi kenaikan berat badan. Terlalu tinggi atau rendahnya hormon estrogen pada seorang wanita, dapat menyebabkan kenaikan berat badan yang tidak diinginkan. 

Contoh lainnya adalah perubahan hormon saat menjelang dan saat menstruasi juga menyebabkan adanya retensi cairan serta menimbulkan malas untuk berolahraga.

Selain itu, Hormon testosteron yang merupakan hormon yang dimiliki oleh kaum pria berperan dalam membentuk massa otot. Hormon tersebut tidak banyak dimiliki oleh wanita. Hal ini berpengaruh ke risiko obesitas karena kurang massa otot menyebabkan metabolisme lebih lambat.

3. Menopause

Hormon testosteron yang merupakan hormon pria berperan dalam membentuk massa otot. Hormon tersebut tidak banyak dimiliki oleh wanita. Hal ini berpengaruh ke risiko obesitas karena kurang massa otot menyebabkan metabolisme lebih lambat.

Baca Juga: Obesitas Dapat Memengaruhi Kesuburan, Apa Penyebabnya?

Efek samping dari obesitas pada wanita

mirror.co.uk

Obesitas, khususnya yang dialami oleh wanita, menyebabkan beberapa efek samping yang berbahaya dan sangat mempengaruhi kesehatan. Salah satu hal yang sangat dipengaruhi adalah kondisi kesehatan reproduksi. Berikut ini beberapa kondisi terkait kesehatan reproduksi wanita yang muncul akibat obesitas: 

1. Ketidaksuburan

Wanita dengan Index Massa Tubuh (IMT) yang lebih tinggi membutuhkan waktu lama untuk hamil dan risiko infertilitas akan lebih tinggi dikarenakan adanya perubahan hormon seks yang terjadi saat mengalami obesitas. Perubahan yang dimaksud adalah sel lemak mengubah hormon pria bernama androstenedione menjadi hormon wanita bernama estrone. Nah, estrone ini akan mempengaruhi metabolisme bagian otak yang mengatur ovarium dan fungsi testikuler. Sehingga, hal ini dapat berpengaruh buruk pada fungsi reproduksi.

2. Peluang Keberhasilan Program Bayi Tabung Lebih Rendah

Wanita yang mengalami obesitas memiliki peluang keberhasilan lebih rendah dalam IVF (program bayi tabung). Obesitas akan mempengaruhi program IVF pada wanita yang obesitas, misalnya saja respon terhadap induksi ovulasi menjadi kurang baik.


3. Komplikasi Kehamilan

Wanita yang mengalami obesitas cenderung akan memiliki risiko komplikasi dalam kehamilannya, misalnya saja seperti diabetes dan hipertensi gestasional.

Cara pencegahan agar kamu gak rentan obesitas

polahidupsehat

Setelah mengetahui bahaya yang ditimbulkan oleh obesitas terhadap wanita, lalu bagaimana cara mencegahnya? Salah satu cara untuk menghindarinya, adalah dengan mengetahui solusi permasalahan gizi pada wanita. Beberapa masalah gizi seperti obesitas pada wanita dapat diatasi dengan beberapa hal ini:

1. Atur Pola Makan

Atur pola makan dengan menerapkan prinsip gizi seimbang dan defisit kalori untuk menurunkan berat badan. Jika awalnya suka mengonsumsi makanan tanpa kesadaran penuh atau hanya sekedar makan. Cobalah untuk memperhatikan baik-baik makanan yang dikonsumsi.

Pada prinsip defisit kalori, BMR, dan TDEE harus diketahui agar pemenuhan kebutuhan harian dapat dicapai, serta menghindari surplus kalori yang dapat menyebabkan penambahan berat badan. Ahli gizi bisa memberikan perhitungan dan menu diet yang tepat untuk defisit kalori.

2. Berolahraga

Olahraga adalah hal yang harus dilakukan saat sedang ingin menurunkan berat badan bersamaan dengan mengatur pola makan dalam defisit kalori. Jika kamu tidak berolahraga, maka energi yang masuk ke dalam tubuh dan tidak terpakai akan dikonversi tubuh menjadi lemak.

Menurut WHO, olahraga sebaiknya dilakukan dalam 150 menit per minggu dengan intensitas sedang atau 75 menit per minggu dengan intensitas berat atau campuran sedang berat.

3. Tidur yang Cukup

Kekurangan tidur akan menyebabkan perubahan hormon, termasuk hormon lapar dan stres. Hal ini akan mengakibatkan lapar palsu dan keinginan untuk makan yang menyebabkan kenaikan berat badan yang tidak diinginkan.

4. Kelola Stress

Tahukah kamu? Ada lapar asli dan palsu. Biasanya, lapar palsu dipicu oleh emosi, baik itu positif maupun negatif.

Mengelola stres menjadi kunci agar kamu tidak terperangkap lapar palsu yang dapat menyebabkan naiknya berat badan yang tidak diinginkan.

Baca Juga: Setengah Populasi Dunia Diprediksi Bakal Obesitas Pada 2035

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya