TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Belajar Teknik Memeluk Emosi ala Gobind Vashdev, Penting nih!

Bisa membantu kita memahami diri sendiri dengan lebih baik

Liputan MyndfulAct Event: "Your Future is Created NOW", Sabtu (27/11/2021). IDN Times/Tyas Hanina

Sejak kasus pertama COVID-19 diumumkan di Indonesia pada awal tahun 2020, kita dihadapkan dengan banyak perubahan dalam kehidupan. Momen yang penuh ketidakpastian itu membawa banyak dampak kepada kesehatan, mulai dari mental sampai fisik.

Dalam acara MyndfulAct Event: "Your Future is Created Now" sesi 'Emosi, Sahabat Sejatiku' yang dilaksanakan pada Sabtu (27/11/2021) pukul 17.30 WIB, Gobind Vashdev (Trauma Releasing Exercises Provider) membagikan banyak insight seputar pentingnya memahami pengelolaan emosi dari dalam diri. Pembahasan lebih lanjut bisa kamu simak dalam artikel berikut ini!

1. Menurut Gobind, kehidupan itu berjalan dinamis seperti alam

Liputan MyndfulAct Event: "Your Future is Created NOW", Sabtu (27/11/2021). IDN Times/Tyas Hanina

Pada awal acara, Gobind membagikan pengalaman pribadinya. Penulis buku "Happiness Inside" ini bercerita bahwa sudah 9 tahun ia gak memakai alas kaki ke mana pun pergi. Teknik ini disebut grounding, yaitu kondisi yang mengacu ketika ada kontak kulit langsung dengan permukaan bumi.

Menurutnya, grounding memiliki sejumlah manfaat untuk kesehatan dan bisa membuat kita jadi lebih dekat dengan alam. Gobind mengatakan, "Alam itu bersifat dinamis seperti juga kehidupan. Kehidupan kita itu ada senang dan sedih. Bagaimana kita bisa aware dan menikmati setiap roller coaster yang ada? Itu yang akan kita pelajari."

Ia menuturkan bahwa ada banyak pelajaran yang kita serap di bangku sekolah. Sayang, gak semua keilmuan itu bisa kita terapkan secara langsung dalam kehidupan. "Namun, emosi yang selalu kita gunakan dalam kehidupan malah sama sekali gak dipelajari. Bahkan kita gak tahu emosi itu apa sebenarnya," tambahnya.

2. "Emosi adalah komunikasi dari alam bawah sadar kepada kesadaran kita," ujar Gobind

Liputan MyndfulAct Event: "Your Future is Created NOW", Sabtu (27/11/2021). IDN Times/Tyas Hanina

"Emosi adalah komunikasi dari alam bawah sadar kepada kesadaran kita," tutur Gobind. Ia menganalogikan emosi sebagai lampu-lampu peringatan yang bisa dilihat pada dashboard mobil.

Gobind mengatakan, "Nah, ketika lampu-lampu yang berwarna merah itu nyala, berarti ada sesuatu yang gak beres dengan mobil kita." Menurutnya, hal itu juga terjadi dalam kehidupan manusia. Emosi memberi petunjuk atau indikator tentang hal yang terjadi dalam diri kita.

"Alam bawah sadar kita itu luar biasa. Cara mereka berkomunikasi dengan kesadaran kita adalah lewat emosi," ujar dia. Menurut pria paruh baya ini, emosi gak hanya berupa perasaan negatif seperti marah atau kesal, tapi juga merujuk pada perasaan positif seperti senang atau bersemangat.

Baca Juga: 5 Sikap Ini Menunjukkan Kamu Belum Miliki Kecerdasan Emosi yang Baik

3. Bagaimana emosi terbentuk? Ini penjelasannya

Liputan MyndfulAct Event: "Your Future is Created NOW", Sabtu (27/11/2021). IDN Times/Tyas Hanina

Ungkapan "kita adalah apa yang kita makan" sudah sering digaungkan. Menurut Gobind, kata-kata mutiara itu gak bisa diartikan secara harfiah saja. Sebab, yang kita konsumsi bukan cuma makanan, tapi juga bisa berupa konten-konten yang kita terima setiap hari.

"Gimana kita bisa tenang dalam kehidupan kita? Kita perlu menyaring 'makanan' yang baik dan buruk. Dari mata dan telinga, kita dapat jatah begitu banyak. Itulah yang perlu disaring," jelasnya. Ia pun memberi contoh konten yang bisa kita atur, mulai dari lagu, film, hingga berita.

Selain itu, Gobind mengatakan bahwa banyaknya jumlah informasi yang kita terima setiap hari bisa meningkatkan rasa kecemasan dalam diri. Ini juga terjadi di tengah pandemik. Ia menyebut, "Karena setiap hari kita gak bergerak dan melahap berita yang sangat banyak. Dan, beritanya bukan berita yang sifatnya tenang."

Gobind pun menjelaskan tentang proses emosi yang bisa terbentuk dari dalam diri. Menurutnya, ada program-program yang sudah masuk ke dalam diri seseorang sejak kecil. "Ketika ada satu kejadian yang masuk ke dalam diri kita, posisinya kan selalu netral. Namun, setelah kena 'program' itu, kita baru bisa memaknai kejadian tersebut. Dari pemaknaan itu muncul emosi," tuturnya.

Karena setiap orang memiliki pengalaman hidup dan program yang berbeda, suatu kejadian yang sama bisa dimaknai seccara berbeda pula untuk setiap manusia. "Orang lain melihat saya itu sesuai dengan apa yang ada di dalam programnya. Kalau ada yang menghina, mereka mendefinisikan siapa dirinya, bukan mendefinisikan siapa saya," katanya.

4. Kita perlu banyak belajar dari diri sendiri

Liputan MyndfulAct Event: "Your Future is Created NOW", Sabtu (27/11/2021). IDN Times/Tyas Hanina

Selama ini, kita berkutat dengan pelajaran yang ada pada luar diri. Mulai dari diskusi dan percakapan dengan orang lain, kurikulum sekolah, sampai informasi di internet. Menurut Gobind, pelajaran itu juga harus kita ambil dari dalam diri sendiri.

Ia mengatakan, "Belajar yang paling oke itu adalah belajar dari dalam diri kita sendiri. Bisa melalui meditasi, saat teduh, merenung, duduk hening, kontemplasi, sampai tafakur." Hal itu akan membantu kita untuk mempelajari program yang kita miliki dan bisa membentuk emosi.

"Zaman dulu data itu sedikit. Untuk mendapat kebijaksanaan itu, kita bisa masuk lebih mudah. Tetapi, hari ini kita dapat mendapat super banyak data dan akhirnya kebijaksanaan itu susah sekali untuk ditemukan dalam diri kita," tuturnya. Untuk mendapat pencerahan dari dalam diri, pria yang berdomisili di Bali ini memberi saran agar kita meluangkan waktu bermeditasi setiap hari.

"Setiap hari kita perlu luangkan waktu 5-10 menit dengan mindful. Duduklah bermeditasi dan mencari program-program itu," katanya. Wah, bisa dipraktikkan nih sarannya!

Baca Juga: Terapkan 5 Cara Ini agar Tidak Emosi Berlebihan, Segera Hentikan

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya