TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Mindset Ini Perlu Diperbaiki oleh Para Pengidap Avoidant

Buat kamu yang susah bersosialisasi, padahal sangat ingin!

Unsplash/AlexanderKrivitskiy

Avoidant atau lebih lengkapnya avoidant personality disorder merujuk pada gangguan kepribadian berupa rasa minder yang berlebihan, ketakutan ekstrem terhadap penolakan dan menganggap orang lain akan terus meremehkan dirinya hingga menghindari interaksi sosial. Adapun gangguan ini bersifat menetap dalam jangka waktu lama hingga melekat erat pada kepribadian penderitanya. 

Penyebabnya bisa berasal dari faktor keturunan, lingkungan dan masa kecil yang juga dipenuhi dengan kultur penolakan dan kurang menghargai sesama. Itu sebabnya, pendidikan masa kecil pada anak-anak mesti diberi perhatian penuh dan pihak orangtua perlu banyak belajar dari berbagai referensi.

Gangguan kepribadian avoidant yang bercokol dalam diri seseorang tentu memberi pengaruh negatif dalam kehidupan sosialnya bersama keluarga, teman, kerabat dan tetangga. Utamanya, probelem yang dialami penderit terletak pada mindset atau pola pikir.

Berikut ini pola pikir yang perlu dibenahi oleh para penderita avoidant personality disorder agar tetap mampu menjalani hidup secara ideal. Yuk, simak!

1. Takut akan kritik dan penolakan

Unsplash/MichaelMroczek

Seorang penderita avoidant memiliki ciri ketakutan berlebih terhadap penolakan orang lain dalam bentuk apapun. Dampaknya, pengidapnya akan mudh terluka akan kritikan yang terlontar padanya.

Meskipun kritik tersebut bersifat membangun, pengidapnya akan mengalami trauma hingga tak mau berhadapan muka lagi dengan orang-orang yang berpotensi menyerangnya dengan masukan, saran dan kritikan.

Tentu saja,  ini tidak baik jika berlangsung lama. Kita membutuhkan kritikan sepanjang hidup agar taraf dan kualitas diri membaik. Ada kalanya juga, kita bisa khilaf dan minim berpikir jernih. Di sanalah kritikan itu sangat membantu diri kita.

Baca Juga: 7 Kelakuan yang Bisa Hancurkan Kepribadianmu Sendiri, Sudah Tahu?

2. Hilang kepercayaan diri

unsplash/ArickaLewis

Pengidap avoidant juga cenderung punya level percaya diri yang sangat rendah. Hal itu ditandai dengan perasaan tidak kompeten, rendah diri dan takut terlihat bodoh. Jika terlalu memikirkan hal sesederhana itu, hidup kita tak akan mengalami peningkatan.

Saran pertama yang mesti direnungkan oleh pengidapnya adalah seseorang pasti memiliki sisi kekurangan dan kelebihan. Semestinya, dia sibuk mengembangkan diri melalui kelebihan yang dimiliki dan tidak fokus menyalahkan diri melalui kekurangannya.

3. Berlebihan dalam menginterpretasikan setiap peristiwa

Pixabay/StockSnap

Kesalahan pola pikir pengidap avoidant juga terletak pada interpretasinya terhadap peristiwa yang terlalu berlebihan. Ada orang yang menahan tawa saat dia presentasi sudah dianggap sebagai bentuk penolakan orang lain terhadap dirinya. Tiba-tiba saja, dia merasa tidak berharga, melakukan kekonyolan, dan kesalahan yang tak termaafkan.

Hal lain yang mesti diubah pelan-pelan oleh pengidap gangguan ini adalah setiap orang pernah keliru dan selalu punya kesempatan untuk memperbaikinya di lain waktu. Momen kesalahan bisa menjadi pelajaran yang sangat berharga. Jadi, tak perlu menyikapi segalanya dengan berlebihan. 

4. Memiliki rasa malu hingga level tak wajar

Pexels/Min An

Rasa malu hingga level tidak wajar juga rentan dialami oleh pengidap avoidant. Hal ini disebabkan rasa percaya diri mereka yang sangat rendah dan merasa dirinya tak punya keunggulan apapun. Rasa malu itu menarik mereka dari keramaian dan susah berkomunikasi dengan lancar. Tentu, situasi itu membawa kesulitan tersendiri bagi penderita. 

Penderita sebaiknya didampingi oleh seseorang baik dari keluarga, pasangan atau teman dekat untuk mengikis mindset semacam itu. Karena rasa malu tak perlu ditunjukkan pada kondisi yang mengharuskan kita banyak belajar. 

Baca Juga: 5 Cara Agar Mudah Bersosialisasi bagi Kamu Si Pemalu

Verified Writer

Uswatun Niswi

Penyuka fiksi dan animasi

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya