TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Jangan Mau 'Burnout' di Usia Muda, Hindari dengan 5 Kebiasaan Ini

Salah satunya, dengan me time

unsplash/AhmadGunnaivi

Bekerja di usia muda memang merupakan pencapaian yang membanggakan. Namun, kamu juga harus berhati-hati dengan situasi burnout.  Dalam dunia medis, burnout syndrome merupakan tekanan jiwa yang dialami seseorang dalam bekerja akibat tuntutan yang terlalu membebani tenaga dan kemampuannya. Stres akibat bekerja terlalu keras dan hasilnya tidak sesuai dengan ekspektasi juga rentan menimbulkan gangguan jiwa semacam ini.

Jika stres tersebut dibiarkan tanpa adanya penanggulangan, kamu bisa kehilangan minat dan semangat terhadap pekerjaanmu. Akhirnya, kamu tidak maksimal dalam bertugas, kewajiban terbengkalai, gajimu bermasalah dan tim dalam pekerjaanmu merasa kecewa. Apalagi di usia muda, kamu pasti memiliki ambisi tinggi, ekspektasi besar dan impian yang mengalahkan kedudukan langit. 

Nah, sebelum dampak bahaya itu datang padamu, sebaiknya ketahui cara menghindari sejak dini. Yuk, simak tips berikut!

1. Sadari segala alasan di balik tindakanmu secara utuh

unsplash/AlvinMahmudov

Hal pertama yang penting sekali kamu lakukan sejak awal adalah mengetahui dan menyadari setiap alasan dari tindakan yang kamu pilih. Begitu juga dengan pilihan bekerja di ranah tertentu.

Jika kamu merasa lelah, stres dan ingin berhenti, itu sah-sah saja. Ketahui alasan terbesar kamu melakukannya. Sekiranya, alasan tersebut tidak mengikatmu untuk bertahan, kamu boleh berganti pekerjaan atau merasakan suasana baru di ranah lain.

Tapi jika sebaliknya, kamu akan selalu tahu caranya membangkitkan semangat untuk bertahan dan membangun kembali tangga impian dari pilihan yang telah kamu ambil. 

Baca Juga: 5 Cara Mencegah Diri Agar Tidak Terkena Sindrom Burnout

2. Luangkan waktu untuk 'me time'

unsplash/KatyaAustin

Jangan paksakan dirimu untuk merasakan lelah dalam bekerja. Jika memang sudah pada limitnya, berhentilah sejenak dan putuskan untuk mengambil jeda demi me time. Tidak perlu jauh atau mahal, yang penting bikin kamu nyaman, bahagia dan lega. 

Kamu bisa gunakan waktu santaimu sejenak dengan bermain game, nonton acara favorit, cuci mata di olshop atau pusat perbelanjaan dan mengunjungi kolam renang atau taman terdekat. 

Setelah menikmati waktu santai sejenak, kamu bisa kembali melanjutkan kesibukanmu, berburu dengan waktu dan menyelesaikan urusan satu persatu.

3. Sering mengkaji ilmu agama atau konsultasi dengan psikolog

unsplash/ZacDurant

Dalam satu unit manusia tidak hanya ada fisik dan pikirannya. Dalam tubuh manusia juga terdapat sisi spiritual atau jiwa yang juga membutuhkan input sebagaimana tubuh kasat mata membutuhkan makanan. Jiwa yang sehat mesti diasup dengan komponen yang tepat. Mempelajari agama dan kepercayaan masing-masing adalah bentuk asupan nutrisi bagi jiwa. 

Faktanya, manusia memang banyak keterbatasan karena sejak awal dia tercipta demikian. Dia butuh sandaran pada zat maha besar agar ketenangan menghampiri. Dia butuh pelampiasan kesedihan, suka dan duka maupun sekadar bicara pada pihak yang tak pernah meninggalkannya sedetikpun. 

Itu sebabnya, seimbangkan hidupmu dengan mengkaji agama. Atau, kamu juga bisa mengandalkan psikolog untuk berkonsultasi seputar masalah kejiwaanmu, ringan maupun berat. 

4. Jadi diri sendiri tanpa merasa terintimidasi dengan harapan orangtua

unsplash/BrookeWinters

Millenials memang punya gaya pemikiran berbeda dengan generasi yang telah hidup sebelumnya. Contohnya antara anak dan orangtua. Banyak ahli memprediksi, millenials akan kesulitan memiliki rumah atas hasil usahanya sendiri. Ketimbang generasi sebelumnya, mereka lebih mudah menyicil rumah, properti maupun tanah. Pekerjaan dan gaji mereka cukup persisten. 

Adapun milenials yang bersemangat memulai karirnya sesuai dengan passion, tidak selalu berhasil atau sukses dengan uang berlimpah. Apalagi jika sudah berhubungan dengan bisnis. Tidak semua jenis bisnisnya berhasil. Beberapa kasus di antaranya justru memiliki hutang besar yang tidak sesuai dengan jumlah penghasilan. Ditambah, dampak ekonomi global yang berkembang saat ini juga turut memengaruhi pertumbuhan ekonomi negara-negara lainnya. 

Baca Juga: Bahaya, 5 Tanda Kalau Stress yang Kamu Rasakan Sudah di Tahap Kronis

Verified Writer

Uswatun Niswi

Penyuka fiksi dan animasi

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya