TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Fakta Soal Narsis yang Perlu Diketahui, Bukan Soal Selfie Saja Lho!

Bisa gangguan kepribadian, bisa sekadar perilaku

Pexels/Vinicius Wiesehofer

Kata "narsis" tentunya sudah tidak asing lagi buat millennials. Bagaimana tidak? Ada seseorang berswafoto saja, sudah dibilang narsis. Kumpul bareng sama teman-teman dan berfoto grup pun, semua ramai-ramai bilang, "Narsis dulu, yuk!". Padahal, narsis sebenarnya punya makna yang lebih dalam lho!

Bukan sekadar perilaku suka berfoto-foto dan menyukai diri sendiri, ternyata narsis bisa menjadi gangguan kepribadian. Nah! Mari kita simak dulu enam fakta soal narsis yang perlu diketahui berikut ini!

1. Narsis bermula dari mitologi Yunani, di mana pemuda bernama Narcissus kerapkali melihat refleksinya di kolam & mulai mencintai diri sendiri

Pexels/Clem Onojeghuo

Istilah narsisme pertama kali digunakan dalam psikologi oleh Sigmund Freud. Ia mengambil tokoh dalam mitologi Yunani bernama Narcissus. Ia digambarkan memiliki paras yang amat tampan, sehingga banyak perempuan yang menggilainya. Sayangnya, Narcissus bergeming.

Gara-garanya, Narcissus dikutuk mencintai dirinya sendiri dengan cara selalu melihat bayangannya di kolam. Suatu saat, tanpa sengaja ia mengulurkan tangan ke air dan tenggelam ke dalamnya. Konon karena kejadian itu, tumbuhlah bunga yang disebut bunga narsis.

2. Selanjutnya, narsisme diartikan sebagai cinta diri sendiri secara berlebih atau punya kecenderungan seksual dengan diri sendiri

Pexels/Stokpic

Dalam ilmu psikologi, narsis termasuk dalam personality disorder. Artinya, seseorang akan dikatakan narsis jika ia melihat posisinya sendiri sebagai pusat segalanya. Beberapa tandanya adalah keinginan untuk selalu dikagumi dan punya penilaian yang tinggi atas dirinya sendiri.

Selain kedua hal tersebut, sifat seorang narsis yang terbilang amat mengganggu adalah mendominasi kualitas pertemanan lantaran selalu mendominasi pembicaraan. Tidak mudah mengalah dan selalu ingin jadi pusat perhatian adalah sederet sifat yang lain. Ia juga orang yang selektif dan kadang selalu punya label untuk orang-orang yang ada di sekitarnya.

Baca Juga: Narsis Banget, 5 Zodiak Ini Senang Pamer Kemesraan di Sosmed

3. Tidak sekadar senang memamerkan foto pribadi, narsis kerap diikuti dengan kebutuhan aktualisasi diri

Pexels/Rene Asmussen

Biasanya, orang mudah menyebut orang lain narsis ketika sering memotret dirinya sendiri secara sengaja ataupun tidak. Seiring dengan perkembangan teknologi, mereka membagikan itu di sosial media agar bisa dikonsumsi publik. Di balik itu, sebenarnya ada kebutuhan aktualisasi atau pembuktian diri dengan potensi yang ada.

Aktualisasi yang dibarengi sifat narsis inilah, yang kerap dinilai berlebihan oleh pihak lainnya. Yang mengerikan, seringkali kekuatan sosial media membuat aktualisasi diri dipandang negatif.

4. Narsis itu tetap perlu dan malah jadi positif kalau kamu berhasil menelurkan karya-karya menarik nan bermanfaat

Pexels/Kaique Rocha

Narsis itu tetap penting untuk diri sendiri. Karena sebelum kita mencintai orang/hal lain, minimal kita juga tahu caranya mencintai diri sendiri. Namun jangan sekadar mencintai diri sendiri dan berimbas pada sikap egoisme, narsis yang baik seharusnya memicu kita agar lebih baik daripada sebelumnya.

Asal kamu tahu, tidak semua orang bisa narsis lho! Narsis pun perlu bakat, kepercayaan diri, dan hal menarik yang bisa dinikmati banyak orang. Ambil contoh Kylie Jenner. Sekalipun ia kerap disorot karena sosoknya yang menikah muda, memiliki anak di usia belia, kebiasaan berbusana sensual, dan sensasi lainnya, ia bisa membuktikan kalau ia menjadi salah satu milyarder dan tercatat dalam majalah Forbes.

Contoh lainnya adalah kakak beradik Gamaliel dan Audrey Tapiheru. Awal mulanya, mereka narsis dengan mengabadikan video keduanya yang sedang bernyanyi. Diiringi kemampuan yang mumpuni, ternyata banyak orang yang terhibur. Kini, keduanya dikenal sebagai bagian dari grup musik GAC.

5. Baik perempuan dan laki-laki bisa mempraktikkan narsis dalam cara yang positif serta dengan caranya masing-masing

Pexels/rawpixel.com

Demi mencintai diri sendiri, berbagai upaya bisa dilakukan perempuan dan laki-laki. Perempuan, misalnya. Ia bisa menghabiskan waktu selama berjam-jam di salon untuk menata rambut atau facial. Sementara laki-laki bisa hampir setiap hari ke gym demi membentuk otot tubuh.

Semuanya sah-sah saja karena ditujukan untuk perkembangan diri yang lebih baik dan bermanfaat. Bahkan, bisa membangun personal branding yang kuat untuk kehidupan profesionalmu.

Baca Juga: Kenali 5 Tanda Ini Kalau Gak Mau Jadi Korban Cowok Narsistik

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya