Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Minat baca masyarakat Indonesia terus meningkat setiap tahunnya, terlebih di masa pandemi ini. Hal tersebut tentu saja berbanding lurus dengan meningkatnya permintaan pasar akan banyaknya buku yang harus dicetak. Terlebih dengan perkembangan media sosial saat ini yang membuat banyak buku fiksi maupun nonfiksi bisa lebih cepat viral dan banyak dikenal.
Sayangnya, kesempatan ini sering disalahgunakan oleh banyak pihak untuk mencetak dan menjual buku bajakan agar dapat meraup untung yang lebih besar. Hal tersebut didorong oleh banyaknya tuntutan konsumen yang mencari buku dengan harga murah walaupun kualitasnya rendah.
Daripada membeli buku bajakan, ada baiknya kita menanamkan budaya untuk membeli buku bekas. Tak perlu malu ataupun gengsi, karena di balik membeli buku bekas ada banyak manfaat yang bisa didapatkan. Apa saja? Mari kita simak penjelasan di bawah!
1. Hemat di kantong
Unsplash/Sasun Bughdaryan Sama halnya dengan buku bajakan, buku bekas atau second-hand tentu saja dijual lebih murah di pasaran. Tak hanya di toko loakan, sekarang banyak juga orang yang menjual buku bekas mereka di situs jual online, base komunitas pecinta buku, atau akun pribadi media sosial mereka. Jadi, tak perlu lagi bingung mencari buku referensi walau uang pas-pasan, ya!
Baca Juga: Penjualan Buku Digital Meningkat, tapi Belum Geser Dominasi Buku Cetak
2. Buku bekas rasa baru
Walaupun buku bekas lebih murah dari aslinya, tentu saja statusnya lebih tinggi dari buku bajakan karena keorisinilannya. Maksudnya, kualitas kertas, cetakan dan sampulnya masih lebih bagus dari pada buku bajakan.
Mengingat buku bekas yang sudah pernah beralih tangan, tentu saja akan ada kekurangannya dibanding saat masih baru. Namun, kondisi minus dari buku juga akan sebanding dengan harga yang ditawarkan.
Jadi, semua tergantung ketelitianmu dalam memilah buku bekas sebelum membelinya. Jika kamu beruntung, bukan tidak mungkin untuk menemukan buku bekas yang murah dengan kualitas yang mendekati aslinya saat masih baru atau bahkan masih tersegel.
3. Mengurangi budaya pembajakan
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
Budaya pembajakan mirisnya masih marak terjadi di Indonesia, khususnya di industri kreatif seperti percetakan dan perfilman. Hal tersebut sangat memperihatinkan karena tak hanya merugikan penulis dan penerbit, tapi juga dapat berpengaruh buruk bagi moral bangsa.
Secara tidak langsung, kita mendorong oknum untuk melakukan tindakan melanggar hukum mengingat pembajakan adalah pelanggaran hak cipta yang diatur dalam Undang-Undang.
Oleh karena itu, meskipun terhalang dana, sebaiknya kita sedikit demi sedikit meninggalkan produk bajakan dan beralih ke barang bekas yang lebih terjangkau tapi tetap orisinil.
4. Ramah lingkungan
Banyak judul terkenal yang masih diminati khalayak ramai meskipun sudah diterbitkan sejak puluhan tahun yang lalu. Dengan begitu, otomatis permintaan pasar akan kesediaan buku tersebut tetap tinggi.
Dari segi prestasi dan royalti, hal tersebut memang luar biasa. Tapi pernahkah kalian terpikir berapa banyak pohon yang harus dikorbankan untuk mencetak jutaan eksemplar untuk satu judul setiap tahunnya?
Memang ada kesenangan tersendiri saat membeli buku baru. Namun, tak ada salahnya untuk sesekali membeli buku bekas, terlebih untuk buku yang sudah lama diterbitkan. Dengan begitu kita dapat ikut andil dalam mengurangi produksi buku baru, dan meminimalkan penggunaan kertas.
Baca Juga: 5 Perbedaan Menarik antara Buku Cetak dan Buku Digital, Pilih Mana?