TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Musuh Besar Millennial dan Gen Z di Serba Kemajuan Teknologi

Jangan mau kalah dengan zaman!

rawpixel.com/56585

Setelah mengalami masa penjajahan dulu kita pasti tahu siapa musuh terbesar kita. Yaitu para penjajah yang mengambil hak-hak warga jajahan. Sekarang masa-masa kelam tersebut telah lama usai dan menjadi sejarah, apakah itu artinya musuh kita juga telah hilang?

Nyatanya tidak, musuh terbesar justru semakin bermunculan di era generasi millenials dan generasi Z. Kita sekarang mungkin saja sedang dijajah oleh waktu dan diri sendiri. Hanya belum menyadarinya saja. Seperti 7 musuh terbesar para generasi millenial dan gen Z berikut!

1. Mager alias malas gerak

pixabay/Free-Photos

Mager bisa disebabkan karena kurang minat dan motivasi dalam diri, sehingga malas untuk melakukan kegiatan. Mager bisa menjadi kebiasaan jika tidak segera diatasi. Dan bisa menghambat kerja keras untuk mencapai tujuan. Biasanya mager terjadi karena suka menunda-nunda pekerjaan hingga waktu habis.

Daripada mager terus kamu bisa mendorong diri dengan minat dan motivasi untuk menumbuhkan perasaan suka terhadap kegiatan. Lebih baik menulis semua rencana dan menjalankannya secara runtut agar lebih semangat saat bekerja.

 

2. Kehilangan jati diri

pixabay/1388843

Kehilangan jati diri sama saja seperti kehilangan tujuan dalam hidupmu. Kamu harus menemukan jati dirimu untuk bisa menentukan tujuan dalam hidupmu. Apakah kamu seorang ayah? seorang ibu? atau seorang bos, karyawan, dan bisa jadi seorang pengangguran?

Apapun dan siapapun dirimu, penting untuk mengenal diri sendiri untuk menemukan tujuan dalam hidup ini. Jangan hanya bisa hidup biasa-biasa saja yang mencari uang hanya untuk makan dan memenuhi kehidupan sehari-hari. Tapi carilah sesuatu yang bernilai dan berjiwa dengan jati dirimu hingga kamu bisa bermanfaat untuk orang lain.

3. Menyukai sesuatu yang instan

pixabay/Free-Photos

Sesuatu yang instan bukan hanya berbentuk mie instan. Kamu yang suka mencari bahan kuliah lewat browsing di intenet saja bisa dikatakan sebagai pekerjaan instan yang dilakukan sehari-hari. Ketimbang membaca buku tebal, akan lebih mudah mencari informasi dari internet.

Dalam beberapa hal sesuatu yang instan dapat mempermudah hidup seseorang. Tetapi dilain hal akan membuatmu kepayahan di akhirnya. Biasanya sesuatu pekerjaan yang dihasilkan secara instan tidak akan maksimal dan memuaskan. Lebih baik melakukan sesuatu yang memiliki nilai lebih lewat cara-cara manual yang biasa dilakukan orang tua kita dulu.

Baca Juga: Generasi Millennial Tidak Tertarik Miliki Rumah

4. Hidup penuh pencitraan

pixabay/laura6

Teknologi yang semakin maju menuntut semua pihak untuk tampil sempurna dan hebat di depan semua orang. Tidak terkecuali media sosial Pencitraan yang baik kerapkali kita temui di medsos dan menjadikannya sebagai ukuran kebahagiaan seseorang.

5. Berhenti belajar saat hidup mapan

pixabay/Free-Photos

Kenyamanan bisa membuat seseorang lupa untuk terus belajar. Hidup yang sudah mapan bisa jadi tolak ukur untuk seseorang berhenti belajar. Padahal belajar tidak terbatas pada semua orang yang kaya maupun yang miskin.Semua orang tidak boleh berpuas diri hanya sedikit ilmu yang dimilikinya.

6. Mudah terprovokasi berita hoaks

pixabay/rawpixel

Berkembangnya teknologi dan informasi menjadi jalan masuknya berita-berita hoaks yang tidak bertanggung jawab. Berita hoaks bisa saja memprovokasi suatu golongan dengan merendahkan golongan yang lain. Beredarnya berita-berita hoaks menjadi tantangan tersendiri bagi generasi millenials maupun gen Z saat menghadapinya.

Verified Writer

yenny anggraini

Berusaha menjadi lebih baik

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya