Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apa itu Sindrom Imposter? Pahami Definisi, Ciri, dan Cara Identifikasi

Ilustrasi perempuan (Pixels.com/Andrea Piacquadio)

Kamu pernah merasa tak layak berada di lingkungan sekitarmu, sampai kamu harus selalu berusaha membuktikan kepada orang lain bahwa kamu berkompeten? Hal tersebut merupakan satu tanda kamu mengalami imposter syndrome. Lalu, apa itu imposter syndrome? Berikut penjelasannya!  

1. Apa itu imposter syndrome

Ilustrasi pribadi yang sulit ditebak (pexels.com/Alex Green))

Imposter syndrome yaitu sindrom mengenai kepercayaan diri seseorang yang menganggap dirinya tidak kompeten dibanding orang lain. Seseorang yang memiliki imposter syndrome menganggap dirinya tidak lebih baik dari orang lain di sekitarnya. Di mana, orang lain belum tentu menganggap dirinya seperti yang dia kira. 

Seseorang yang memiliki imposter syndrome memiliki kesulitan untuk sadar bahwa apa yang ia raih berasal dari dirinya sendiri. Sebenarnya dirinya layak untuk menerima kesuksesannya, tetapi ia menganggap segala yang ia raih hanya karena faktor eksternal seperti keberuntungan saja, atau karena bantuan orang lain.

Alih-alih mengapresiasi diri atas apa yang sudah diraih, ia cenderung merasa malu atau takut terhadap orang lain, karena apa yang ia dapatkan ia merasa tidak sesuai dengan kompetensi yang ia punya. Sehingga, ia merasa seolah-olah penipu. Itulah kenapa sindrom ini disebut sindrom penipu (imposter syndrome).

2. Ciri-ciri imposter syndrome

ilustrasi menangis (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Beberapa tanda ketika kamu mengalami imposter syndrome yaitu:

  • Ketidakmampuan untuk menilai kompetensi dan keterampilan diri secara realistis;
  • Selalu menghubungkan kesuksesanmu dengan faktor eksternal seperti keberuntungan, dan lain-lain;
  • Selalu takut tidak sesuai ekspektasi. Sering meragukan diri sendiri;
  • Selalu cemas karena takut melakukan kesalahan.

3. Cara mengidentifikasi imposter syndrome

Ilustrasi malu (pexels.com/@pixabay)

Cara mengindentifikasi dirimu apakah kamu memiliki imposter syndrome. Jika kamu berpikir kamu memiliki imposter syndrome kamu bisa menanyakan pertanyaan-pertanyaan pada dirimu sendiri. Berikut pernyataan-pernyataannya! 

  • Apakah kamu menderita ketika kamu melakukan kesalahan kecil atau kekurangan kecil dalam pekerjaan atau lainnya? 
  • Apakah kamu selalu menghubungkan setiap pencapaianmu dengan faktor keberuntungan atau faktor eksternal lainnya? 
  • Apakah kamu selalu meremehkan kemampuan atau keahlian dirimu? Bahkan kemampuan yang kamu benar-benar kuasai;
  • Apakah kamu selalu berusaha membuktikan ke orang lain bahwa dirimu mampu dalam suatu bidang?

4. Dampak imposter syndrome

Meratapi nasib buruk hanya akan membuatmu down dan sulit untuk bangkit (Pexels.com/Pixabay)

Bagi sebagian orang, memiliki imposter syndrome mungkin dijadikan motivasi, tapi biasanya harus dibayar dengan rasa cemas yang terus menerus. Dia yang memiliki sindrom imposter mungkin akan bekerja lebih keras untuk membuktikan bahwa dia layak berada dalam suatu posisi. Namun, akhir dari kecemasan yang berlebihan akan menyebabkan depresi.

Mindset yang selalu mengaitkan kesuksesan dengan faktor eksternal, akhirnya akan membentuk lingkaran setan, di mana seterusnya kamu tidak percaya pada dirimu sendiri, dan menggantungkan harapanmu pada faktor eksternal. Sehingga, bahaya karena kamu akan kehilangan percaya diri.

5. Contoh pernyataan-pernyataan seseorang yang memiliki imposter syndrome

ilustrasi sedih (pexels.com/Engin Akyurt)

Contoh-contoh pernyataan seseorang yang memiliki imposter syndrome, seperti berikut ini:

"Aku kayanya gak pantes ada di sini, deh,"
"Aku bisa, karena pasti orang di luar sana juga bakal bisa,"
"Temen-temenku masih setia sama aku karena mereka kasian kayanya," 

Memiliki pikiran negatif, keraguan diri, dan sabotase diri akan berdampak pada banyak bidang pada kehidupan sehari-hari, yang bahkan dapat menghambat kegiatanmu. Jika kamu memiliki imposter syndrome dan ingin keluar dari sindrom tersebut, kamu bisa menghubungi terapis atau psikolog, agar dirimu menjadi lebih baik lagi. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Merry Wulan
EditorMerry Wulan
Follow Us