- Sadar akan risiko bencana di lingkungan tempat tinggalnya, terutama jika tinggal di daerah rawan,
- Tahu apa yang harus dilakukan saat terjadi keadaan darurat (ke mana evakuasi, barang penting apa yang dibawa, kontak darurat, dsb),
- Sudah menyiapkan langkah dasar untuk menyelamatkan diri,
- Gak hanya bergantung pada bantuan saat bencana datang.
Belajar dari Bencana: Pentingnya Emergency Mindset bagi Anak Muda

- Emergency mindset adalah pola pikir siaga darurat yang penting dimiliki anak muda.
- Bencana merusak tidak hanya fisik, tapi juga mental, dan emergency mindset membantu mempersiapkan diri secara mental.
- Anak muda perlu memiliki emergency mindset karena sering berada di luar rumah, rentan panik, dan bisa menjadi penyambung informasi.
Indonesia termasuk negara dengan risiko bencana alam yang tinggi. Selain berada di kawasan Cincin Api Pasifik (Ring of Fire), cuaca ekstrem hingga kerusakan lingkungan menjadi faktor utama yang menyebabkan terjadinya bencana alam di negeri ini. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat bahwa bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, dan puting beliung mendominasi kejadian bencana di Indonesia setiap tahunnya. Artinya, risiko ini bukan lagi kemungkinan kecil, tapi sudah jadi bagian dari realitas hidup kita.
Sayangnya, banyak penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesiapsiagaan masyarakat, termasuk generasi muda di Indonesia terhadap bencana masih tergolong rendah, padahal itu sangat menentukan keselamatan. Banyak yang baru panik setelah kejadian terjadi, bukan bersiap sebelumnya. Pendidikan kesiapsiagaan sejak usia muda menjadi penting karena remaja atau anak muda justru bisa menjadi agen perubahan. Ketika mereka tahu apa yang harus dilakukan, mereka bisa menyelamatkan diri sendiri, keluarga, atau teman.
Dengan kondisi seperti ini, jelas bahwa mengandalkan “kebetulan aman” saja gak cukup. Kita membutuhkan kesiapan aktif. Salah satu konsep penting yang masih sering dianggap sepele oleh anak muda adalah "emergency mindset".
1. Apa itu "emergency mindset"?

Secara sederhana, emergency mindset adalah pola pikir siaga darurat. Artinya, kita menyadari bahwa risiko bencana itu nyata, lalu mempersiapkan diri secara mental, pengetahuan, dan tindakan dasar untuk menghadapinya.
Ini bukan soal hidup dalam ketakutan, tapi hidup dengan kesiapan. Orang yang punya emergency mindset biasanya:
Mindset ini bukan cuma untuk yang tinggal di daerah rawan karena bencana bisa datang kapan dan di mana saja tanpa kita duga.
2. Emergency mindset juga soal mental yang siap

Bencana gak hanya merusak rumah dan harta, tapi juga mental dan rasa aman pada diri kita. Banyak korban mengalami trauma, kecemasan, bahkan depresi pasca bencana. Dengan emergency mindset, kita akan lebih siap menerima kondisi darurat, lebih kuat secara mental saat kehilangan, juga gak merasa sendirian karena sudah membangun kesiapan bersama.
3. Manfaat memiliki emergency mindset

Ini adalah beberapa manfaat ketika kita memiliki emergency mindset:
- Bereaksi cepat dan tepat. Kita bisa menyelamatkan diri sendiri dan orang sekitar dengan lebih cepat dan tepat karena bekal persiapan dan pengetahuan.
- Mengurangi kepanikan. Panik di saat darurat bisa bikin situasi makin buruk. Jika sudah mengetahui langkah dasar, kita bisa tetap tenang.
- Menjadi inspirasi dan penyebar kesadaran. Kita bisa jadi agen penyadaran sosial. Teman, keluarga, atau komunitas bisa ikut belajar dari kita.
- Meminimalisir dampak negatif setelah bencana. Rumah rusak, kehilangan harta, hingga trauma bisa berkurang jika sudah ada langkah antisipasi swjak awal.
- Membangun solidaritas dan kesadaran kolektif. Bencana bukan cuma masalah individu, emergency mindset bisa memperkuat rasa peduli dan gotong royong antar masyarakat.
4. Kenapa emergency mindset penting dimiliki anak muda?

- Anak muda sering berada di luar rumah
Aktivitas anak muda seperti kuliah, kerja, nongkrong, atau traveling, sering membuat mereka berada jauh dari keluarga saat bencana terjadi. Tanpa emergency mindset, kondisi ini bisa bikin mereka semakin rentan terhadap dampak buruk bencana.
- Panik adalah musuh terbesar saat darurat
Banyak korban bencana yang diakibatkan karena kesalahan pengambilan keputusan saat panik. Dengan emergency mindset, kita akan lebih tenang, tahu langkah dasar menyelamatkan diri, dan gak bertindak sembarangan.
- Anak muda bisa jadi penyambung informasi
Melalui media sosial, anak muda kerap menjadi sumber informasi tercepat di lingkungannya. Kalau punya mindset siaga, mereka bisa membantu menyebarkan info yang benar, bukan hoaks yang justru menambah kepanikan.
- Bukan cuma soal selamat, tapi juga pulih
Emergency mindset juga mencakup kesiapan pasca bencana, seperti halnya kesehatan, mental, ekonomi, dan solidaritas sosial.
Harapannya, anak muda Indonesia menjadi motor kesiapsiagaan komunitas yang menggerakkan edukasi, simulasi, hingga relawan digital.
5. Cara memulai emergency mindset

Membangun emergency mindset itu gak serumit yang dibayangkan. Berikut beberapa langkah sederhana yang bisa dimulai sekarang:
- Kenali risiko lingkungan sekitar
Apakah tempat tinggalmu rawan banjir? Longsor? Gempa? Ini pengetahuan dasar tapi sering diabaikan.
- Siapkan tas siaga bencana versi realistis
Isinya bisa dibuat sederhana, seperti air minum, masker, senter, power bank, obat-obatan pribadi, salinan dokumen penting dalam plastik anti air.
- Tahu jalur evakuasi
Ketika berada di rumah, kos, kampus, atau tempat kerja, kita perlu tahu ke mana harus menyelamatkan diri saat kondisi darurat.
- Simpan nomor penting
Nomor keluarga, fasilitas kesehatan, hingga layanan darurat lokal sebaiknya mudah diakses.
- Bicarakan kesiapsiagaan dengan orang terdekat
Bencana bukan urusan satu orang. Kesepakatan keluarga soal titik kumpul dan komunikasi sangatlah penting.
Punya emergency mindset bukan berarti kita hidup dalam rasa takut, tapi justru hidup dengan kesadaran, kesiapan, dan kepedulian. Bencana banjir dan longsor yang dialami oleh saudara-saudara kita di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat menjadi pengingat bagi kita bahwa siap siaga itu justru adalah bentuk paling realistis dari peduli pada diri sendiri dan orang lain.
Emergency mindset bukan hanya soal bertahan hidup, tapi juga tentang solidaritas, kepedulian sosial, dan tanggung jawab sebagai generasi masa depan. Anak muda yang punya kesiapan adalah yang paling tenang dalam mengambil langkah saat bencana datang.


















