Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Berani Bersuara! 5 Nasihat dari Buku Selamat Tinggal Tere Liye

Buku Tere Liye Selamat Tinggal (Instagram/thismybook)

Tere Liye merupakan salah satu penulis besar Indonesia yang banyak berkontribusi dalam perkembangan literasi Nusantara berkat karya-karya beliau yang luar biasa. Salah satu karya yang memberikan banyak pembelajaran karena menggangkat banyak isu sosial yang sekarang marak terjadi di masyarakat seperti pembajakkan dan bungkamnya orang-orang yang mengetahui kebenaran yaitu, buku Selamat Tinggal.

Buku yang diterbitkan pada tahun 2020, terdiri dari 32 bab dengan 325 halaman menyuguhkan cerita tentang Sintong Tinggal seorang mahasiswa akhir yang masih belum selesai mengerjakan skripsinya dan dihadapkan dengan situasi yang menggelitik hati nuraninya.

Di dalam buku ini terdapat banyak kutipan tentang ajakan untuk menyuarakan kebenaran dan ajakkan untuk jangan bersedih serta berkecil hati kalau tulisan baik kita sepi pembaca. Simak selengkapnya yuk. 

1. Tulislah sesuatu yang harus dibaca banyak orang, bukan ingin dibaca banyak orang

Merenung (pixabay/kaboompics)

Kutipan ini merujuk pada kita semua sebagai penulis untuk menuliskan hal-hal yang perlu orang ketahui. Menuliskan sesuatu untuk ingin dibaca orang memang tidak salah, tapi akan lebih membawa banyak manfaat saat kita menuliskan sesuatu yang harus diketahui orang banyak.

2. Jangan sedih, diantara suara-suara dingin akan selalu ada yang memahami tulisan kita

Smile (Pexels/Andrea Piacquadio)

Sebagai seorang penulis, sering kali kita merasa sedih karena tulisan kita sepi, baik tulisan yang diniatkan untuk memberikan informasi penting maupun hiburan. Di dalam buku ini, Sintong memberitahukan kita untuk tidak bersedih saat tulisan kita sepi. Sebab di luaran sana, meski kita tidak tahu, ia tidak meninggalkan bekas pada tulisan kita, mereka memahami apa yang ingin kita sampaikan melalui tulisan kita dan boleh jadi mereka menerapkan kebaikkan yang kita tuliskan di kehidupan sehari-harinya.

3. Jangan berkecil hati, akan selalu ada orang yang mengerti kita

Overthinking (pixabay/JerzyGorecki)
Overthinking (pixabay/JerzyGorecki)

Dalam setiap fase kehidupan setiap manusia membutuhkan orang-orang yang mendukungnya, termasuk orang-orang yang menulis untuk menyuarakan kebenaran. Sayangnya lebih sering setiap dari kita berjalan sendirian saat kita berjuang menyuarakan kebenaran melalui tulisan. Itupun yang dirasakan oleh Sintong pada awalnya di buku ini.

Namun, di tengah perjalanannya, Sintong dilihat kan bahwa ia tidak benar-benar sendirian dalam berusaha meluruskan segala hal yang salah. Ia percaya dan meminta kita semua untuk tidak berkecil hati bahwa orang-orang yang mendukung kita akan ada.

“Jangan berkecil hati, akan selalu orang mengerti kita, lantas bahu membahu dan sungguh-sungguh ingin mengubah dunia menjadi dalam naungan kebenaran.”

4. Sungguh, jika kamu bersedia memikirkan, mengambil inspirasi dan merenungi hal sederhana

Meditasi Pinggir Danau (Pixabay/Leninscape)
Meditasi Pinggir Danau (Pixabay/Leninscape)

Sering kali yang menjadi masalah bagi para penulis adalah kehilangan inspirasi atau gairah untuk menuliskan sesuatu. Dalam buku ini, Sintong juga pernah menghadapi hal yang sama. Baik dalam menulis berita, opininya ataupun untuk menulis tugas akhirnya. Namun, ia akhirnya menyadari bahwa inspirasi itu akan selalu ada jika kita bersedia memikirkannya barang sejenak, merenungi hal-hal sederhana yang ada di sekitar kita.

“Sesederhana melihat lembah di gunung, awan di langit, bahkan kecebong di air kamu akan bisa memahami kehidupan ini.”

5. Beranilah untuk mengucapkan selamat tinggal pada keburukan, tinggalkan kebodohan dan ketidakpedulian

Drive (Pexels/Andrea Piacquadio)

Setelah melalui perjalanan panjang, melawan banyak hal yang sebenarnya salah dalam kehidupan. Namun, dianggap lumrah oleh masyarakat kebanyakan.

Sintong akhirnya mengerti bahwa hidup akan terus berjalan diporos yang salah jika kita tidak berani menyuarakan hal yang benar. Oleh sebab itu ia berpesan kepada semua yang membaca buku tersebut untuk berani meninggalkan yang buruk, meninggalkan kebodohan dan mulailah menjadi pribadi yang peduli. Kepedulian itu bisa dimulai dari menyuarakan hal-hal yang baik dan benar, bisa dengan suara kita ataupun tulisan kita.

Itu dia lima kutipan dari buku Selamat Tinggal Tere Liye, ada yang sudah membaca bukunya? Kalau belum ayo segara baca. Untuk yang sudah, ayo bagikan juga kutipan favorit kalian dan mari mulai untuk bersikap pemberani seperti Sintong.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Eriana Widya Astuti
EditorEriana Widya Astuti
Follow Us