ilustrasi perempuan berdemonstrasi (unsplash.com/Heather Mount)
Perjuangan kali ini melewati jalan yang berbeda dengan Mama Nela dan Suswaningsih yang membangun harmoni melalui restorasi alam dan pemberdayaan komunitas. Bukan perkara melawan kondisi alam, tetapi melawan sistem yang tidak adil dan merugikan banyak orang.
Di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, perampasan lahan petani oleh perusahaan kelapa sawit menghancurkan sumber penghidupan masyarakat sekaligus merusak lingkungan. Harmoni tak selalu datang dengan damai begitu saja, barangkali memang harus didapatkan dari perlawanan ketidakadilan.
Eva Bande memimpin Front Rakyat Advokasi Sawit (FRAS) membela hak-hak petani melalui demonstrasi dan jalur hukum. Pertaruhan ini sangat berisiko, sehingga membuat Eva harus berhadapan dengan kriminalisasi dan vonis penjara. Bertepatan dengan Peringatan Hari Ibu, ia mendapat grasi dari Presiden pada tahun 2014. Ini adalah simbol pengakuan atas kekuatan seorang perempuan yang berjuang untuk rakyat. Eva dengan berani memperjuangkan kesetaraan gender dan keadilan sosial untuk mencapai harmoni.
Perjuangan ketiga srikandi ini merupakan contoh hidup dan inspiratif dari semangat Asta Cita ke-4. Mereka menunjukkan bahwa penguatan peran perempuan dalam membangun sumber daya yang utuh bukan sekadar slogan, tetapi kunci harmoni sosial dan lingkungan. Pertahanan dan konservasi oleh Mama Nela, penerapan sains dan teknologi oleh Suswaningsih, serta perlawanan ketidakadilan oleh Eva Bande. Semua itu membuktikan bahwa Indonesia yang harmonis sedang dibangun di negeri ini, langkah demi langkah, oleh tangan-tangan perempuan yang perkasa.