Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
rekomendasi buku BUDI
rekomendasi buku BUDI (dok. Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra/Buku Digital)

Intinya sih...

  • Ansuang Bakeng mengisahkan tiga saudara yang hidup rukun di pesisir Sangihe: Panggelawang, Wanggaia, dan Nabai.

  • Gunung Lokon dan Gunung Kalabat menceritakan tentang keharmonisan dengan alam hingga pemindahan sebagian puncak gunung.

  • Keke Panagian bercerita tentang anak perempuan dari Sulawesi Utara yang lahir dari harapan dan perjuangan panjang orang tuanya.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Sastra daerah berupa cerita rakyat bukan hanya menyimpan kisah lama, melainkan juga merekam cara pandang masyarakat terhadap alam, keluarga, dan nilai-nilai kehidupan. Dari Sulawesi Utara, ada beragam legenda yang menarik untuk ditelusuri, mulai dari perjuangan tiga saudara melawan raksasa, nasib seorang gadis remaja yang menentang aturan orang tuanya, hingga kisah sakral mengenai asal-usul leluhur Minahasa.

Membaca kisah-kisah berikut membuat kita menyadari bahwasanya dongeng tradisional bukan sekadar hiburan masa kecil. Ada berbagai pelajaran penting yang relevan, seperti keberanian, tanggung jawab, hingga keselarasan dengan alam. Koleksi buku cerita rakyat dari Sulawesi Utara di situs BUDI membuka kesempatan bagi siapa saja untuk kembali mengenal warisan sastra Nusantara ini dengan cara yang praktis dan mudah diakses. Yuk, simak koleksinya!

1. Ansuang Bakeng

Ansuang Bakeng (dok. Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra/Buku Digital)

Ansuang Bakeng mengisahkan tiga saudara yang hidup rukun di pesisir Sangihe: Panggelawang, Wanggaia, dan Nabai. Singkat cerita, Nabai diculik oleh sepasang raksasa tatkala kedua kakaknya tengah membantu penyelamatan korban kapal tenggelam. Kedua kakak pun berupaya menyelamatkan sang adik dengan melewati berbagai rintangan demi mengalahkan sepasang raksasa tersebut.

Buku ini menyiratkan betapa pentingnya persatuan, pengorbanan, dan keteguhan hati dalam menghadapi tantangan. Selain itu, cerita ini juga menyoroti nilai kearifan lokal dan kekeluargaan yang erat. Keteguhan Panggelawang dan Wanggaia menjadi inspirasi tentang arti tanggung jawab dan perlindungan terhadap orang yang dikasihi.

2. Gunung Lokon dan Gunung Kalabat

Gunung Lokon dan Gunung Kalabat (dok. Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra/Buku Digital)

Pada mulanya, Makawalang hidup harmonis dengan alam hingga perlahan menjadi serakah dan merusak lingkungan. Akibat ulahnya, ia digantikan oleh Pinontoan dan Ambilingan yang bijaksana, sementara Makawalang harus turun ke bumi dan menebus kesalahannya. Cerita ini juga memuat permintaan Gunung Kalabat yang iri dengan ketinggian Gunung Lokon hingga berujung pada pemindahan sebagian puncaknya dan terciptanya gunung-gunung kecil baru di sekitar.

Buku ini sarat akan nilai-nilai luhur seperti tanggung jawab terhadap kelestarian alam, yang tercermin dari konsekuensi yang diterima Makawalang akibat perbuatannya. Pembaca juga diajak untuk memahami pentingnya kerelaan berbagi dan hidup harmonis. Selain itu, cerita ini mengajarkan tentang penebusan kesalahan dan pewarisan nilai-nilai baik kepada generasi penerus supaya keseimbangan alam tetap terjaga.

3. Keke Panagian

Keke Panagian (dok. Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra/Buku Digital)

Keke Panagian bercerita tentang Keke, seorang anak perempuan dari Sulawesi Utara yang lahir dari harapan dan perjuangan panjang orang tuanya. Ia pun tumbuh sebagai anak berbudi pekerti dan disayang banyak orang di kampungnya. Cerita ini mengangkat tradisi dan budaya daerah sekaligus menyoroti dinamika hubungan keluarga.

Buku ini mengandung nilai-nilai penting seperti kasih sayang, ketaatan pada orang tua, serta dampak dari sikap keras kepala yang kurang disertai pengertian. Kisah Keke mengajarkan pentingnya komunikasi dan belas kasih dalam keluarga. Simbolisme akhir cerita memberikan pesan abadi mengenai kenangan dan cinta yang selamanya hidup.

4. Putri Lumimuut

Putri Lumimuut (dok. Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra/Buku Digital)

Buku ini mengisahkan Putri Lumimuut, seorang penari dari Jepang yang dihukum lantaran menentang perintah kaisar. Ia terdampar di tanah Minahasa dan bertemu dengan Karema, seorang wanita paruh baya yang kemudian merawatnya hingga pulih. Bersama Toar, anak yang diperoleh melalui doa, mereka menjadi leluhur masyarakat Minahasa.

Kisah ini mengajarkan tentang ketabahan, penerimaan, dan keyakinan akan takdir. Hubungan antara manusia, alam, dan kepercayaan lokal pun tergambar kuat dalam setiap alur. Buku ini juga menyampaikan pesan mengenai pentingnya melestarikan warisan budaya dan nilai-nilai kearifan lokal.

Beberapa buku cerita rakyat dari Sulawesi Utara di situs BUDI memperlihatkan betapa kayanya kearifan lokal yang diwariskan turun-temurun. Di balik alurnya yang sederhana, tersimpan pesan moral yang menuntun kita pada sikap bijaksana dalam menjalani hidup.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team