Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi berdebat
ilustrasi berdebat (pexels.com/Yan Krukau)

Intinya sih...

  • Tetap tenang dan jangan terpancing emosi saat teman bertanya dengan nada agresif

  • Fokus pada isi pertanyaan, bukan nada bicara, untuk mengarahkan kembali diskusi ke jalurnya

  • Gunakan jawaban yang singkat, jelas, dan padat untuk menutup kemungkinan munculnya pertanyaan tambahan yang bernada lebih tajam

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Dalam dunia perkuliahan, diskusi dan debat sudah jadi bagian penting dari proses belajar. Namun, ada kalanya suasana terasa menegangkan ketika ada satu teman yang selalu melontarkan pertanyaan atau komentar dengan nada agresif. Situasi ini bisa bikin tidak nyaman, apalagi saat giliran kelompok kita presentasi.

Sikap seperti ini sering kali membuat suasana diskusi terasa lebih seperti “serangan” daripada pertukaran pendapat. Meski begitu, bukan berarti kita tidak bisa menghadapinya dengan bijak. Ada beberapa cara menghadapi teman yang debat dengan nada agresif agar suasana tetap tenang, profesional, dan tidak terjebak konflik emosional.

1. Tetap tenang dan jangan terpancing emosi

ilustrasi gestur tangan (pexels.com/SHVETS production)

Ketika ada teman yang bertanya dengan nada agresif, reaksi pertama yang muncul biasanya adalah rasa kesal atau ingin membalas dengan nada serupa. Namun, yang terbaik adalah tetap tenang dan tidak menunjukkan reaksi berlebihan. Dengan menjaga ekspresi dan intonasi suara tetap stabil, kita bisa memperlihatkan bahwa kita mampu mengendalikan diri.

Sikap tenang ini juga akan memberi kesan bahwa kita percaya diri dengan materi yang disampaikan. Jika terpancing emosi, justru akan membuat suasana semakin panas dan bisa mengalihkan fokus dari isi presentasi ke drama perdebatan. Jadi, biarkan lawan bicara terlihat “panas” sementara kita tetap profesional. Selain itu, audiens juga biasanya lebih menghargai orang yang bisa menahan diri daripada yang ikut tersulut emosi.

2. Fokus pada isi pertanyaan, bukan nada bicara

ilustrasi mendengarkan (pexels.com/fauxels)

Terkadang, agresivitas seseorang bukan berasal dari substansi pertanyaannya, melainkan dari cara penyampaiannya. Oleh karena itu, cobalah untuk fokus pada inti pertanyaan yang diajukan. Jangan terlalu memikirkan nada atau gestur yang bisa memicu emosi.

Dengan menanggapi substansi pertanyaan secara jelas dan logis, kita bisa mengarahkan kembali diskusi ke jalurnya. Hal ini menunjukkan bahwa kita tidak mudah diganggu oleh gaya komunikasi orang lain, sekaligus membuktikan bahwa kita lebih mementingkan isi daripada drama. Dengan begitu, audiens akan lebih fokus mendengarkan jawaban kita ketimbang memperhatikan nada agresif yang digunakan si penanya.

3. Gunakan jawaban yang singkat, jelas, dan padat

ilustrasi diskusi kelompok (pexels.com/Yan Krukau)

Menghadapi pertanyaan agresif bukan berarti harus memberikan jawaban panjang yang bertele-tele. Justru, semakin ringkas dan tepat jawaban kita, semakin kecil celah untuk dipelintir atau diserang balik. Jawaban yang singkat, jelas, dan padat juga menunjukkan penguasaan materi yang baik.

Selain itu, cara ini bisa membantu menghemat energi dan menjaga ritme presentasi tetap berjalan. Kalau jawabannya terlalu panjang, biasanya orang yang agresif akan mencari-cari celah untuk kembali menyerang. Dengan memberi jawaban seperlunya saja, kita bisa menutup kemungkinan munculnya pertanyaan tambahan yang bernada lebih tajam.

4. Tunjukkan sikap terbuka dan apresiasi pendapat

ilustrasi diskusi kelompok (pexels.com/SHVETS production)

Meskipun pertanyaannya disampaikan dengan nada yang agak menyerang, tetaplah tunjukkan sikap terbuka. Ucapkan terima kasih atas pertanyaan yang diajukan sebelum memberikan jawaban. Dengan begitu, kita bisa menurunkan tensi perdebatan yang awalnya tegang.

Menghargai pendapat orang lain tidak berarti kita setuju dengan cara mereka bertanya. Tapi sikap ini membuat suasana diskusi terasa lebih sehat dan profesional. Bahkan, seringkali teman yang awalnya terlihat agresif akan sedikit melunak jika melihat kita menanggapinya dengan sopan. Lebih jauh lagi, sikap ini juga bisa membuat dosen atau audiens melihat kita sebagai pribadi yang dewasa dalam berdiskusi.

5. Jadikan pengalaman sebagai bahan evaluasi diri

ilustrasi diskusi (pexels.com/fauxels)

Menghadapi teman yang sering berdebat dengan nada agresif memang menguras energi, tapi di sisi lain bisa menjadi pelajaran berharga. Dari situ, kita belajar bagaimana mengendalikan diri, memilih kata dengan tepat, dan menghadapi tekanan dengan elegan. Ini adalah soft skill yang sangat berguna, bukan hanya di kampus tapi juga di dunia kerja.

Alih-alih menganggap situasi ini sebagai masalah, cobalah melihatnya sebagai kesempatan untuk melatih kemampuan komunikasi. Semakin sering kita berhadapan dengan tipe orang yang “menyerang”, semakin kuat pula mental dan kepercayaan diri kita dalam berbicara di depan umum. Dengan begitu, pengalaman menghadapi debat agresif bisa berubah menjadi bekal berharga untuk masa depan.

Cara menghadapi teman yang debat dengan nada agresif memang gak mudah, apalagi kalau terjadi berulang kali. Walau begitu, dengan strategi yang tepat, kita bisa menjaga diri tetap tenang, fokus, dan tidak kehilangan arah. Ingatlah bahwa tujuan utama diskusi adalah bertukar ilmu, bukan adu emosi. Jadi, tetaplah profesional dan gunakan pengalaman ini sebagai bekal untuk menghadapi tantangan yang lebih besar di luar kampus.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team