ilustrasi buku fisik dan tablet e-buku (Pexels.com/Perfecto Capucine
“Ayahku adalah penjual ikan hias, ibuku adalah guru ngaji yang juga membuka warung kecil di rumah, sedangkan kakakku adalah pekerja bangunan. Aku sekarang berstatus sebagai mahasiswi baru di Universitas Andalas dengan program studi Sastra Indonesia. Aku dan keluargaku berasal dari provinsi Jawa Tengah, tepatnya dari Kabupaten Boyolali. Namun, saat ini, kami berdomisili di Sarolangun, Jambi,” cerita Nunung di awal perbincangan.
Menulis, bagi Nunung, adalah ajang mencari jati diri. Dari gaya bahasa yang ia pakai untuk menulis, ia dapat mengetahui karakter dirinya yang sesungguhnya. Menulis juga bisa dijadikan pelampiasan dari segala emosi. “Aku baru bisa duduk di bangku kuliah setelah dua kali gagal masuk PTN. Itu sangat menguji mental. Berbagai emosi yang aku rasakan saat itu pun akhirnya aku lampiaskan ke dalam bentuk tulisan. Di saat senang maupun sedih, aku bisa mengekspresikan emosi tersebut melalui kalimat yang telah aku rangkai sedemikian rupa. Contoh sederhananya, misal saat aku sedang sedih. Biasanya, aku cenderung mendengarkan lagu-lagu galau. Nah, momen seperti ini bisa dijadikan inspirasi untuk menulis. Artikel berjudul ‘5 Rekomendasi Lagu yang Cocok Didengar Saat Sedih’ pun aku tulis,” katanya.
Hingga sekarang, Nunung sudah berhasil menerbitkan kurang lebih 900 artikel. “Kalau diuangkan, sudah lebih dari 20 juta aku dapatkan dari menulis. Sangat beruntung aku bisa menjadi salah satu Community Writer di IDN, terlebih penghasilan per bulan yang aku dapatkan kadang bisa melebihi mereka yang bekerja non-freelance,” terang Nunung. Dari IDN Times Community, ia belajar banyak hal. “Saat penerbitan artikelku ditunda, aku ambil positifnya saja. Siapa tahu aku diminta untuk belajar lebih sabar, ‘kan? Saat artikelku ditolak, berarti aku harus menjadi orang yang tak patah semangat. Begitu juga saat artikelku berhasil terbit, aku harus bisa menjadi orang yang lebih inovatif, yang lebih bisa memahami bahwa waktu adalah hal yang berharga. Maka, jadilah produktif,” ujar penulis yang sempat diberi gelar Best Writer oleh IDN Times Community ini.
Melalui tulisan, kita bisa berbicara, berkata, dan bahkan menyentuh hati. Pada saat itulah kita akan merasa bahwa menulis adalah satu satu hal yang menyenangkan. IDN Times Community Writer ingin menjadi wadah bagi audiens IDN Times untuk berkarya melalui tulisan. Terlepas dari segala tantangan yang mungkin menghadang, kita dapat terus berlari menembus batas dan menjadi versi terbaik dari diri kita.