Belakangan ini, media sosial seolah menjadi panggung tanpa jada bagi puluhan atau bahkan ratusan kabar buruk. Berita perang, krisis, pembunuhan, hingga kasus-kasus perselingkuhan tidak ada habisnya. Di tengah kekacauan linimasa, muncul satu unggahan tentang bunga matahari membawa angin segar.
Angin segar itu datang dari akun @merekamcahaya milik seorang anak muda di platform X. Dia adalah Firgiawan Ristanto, mahasiswa jurusan Administrasi Publik di sebuah universitas yang senang berkebun, khususnya menanam bunga matahari. Laki-laki berusia 21 tahun tersebut aktif membagikan kecintaannya pada berkebun di media sosial.
Firgi, begitu ia biasa disapa, tinggal di Sukoharjo, Jawa Tengah, tetapi bolak-balik ke Yogyakarta setiap akhir pekan untuk kuliah. Firgi merupakan mahasiswa tingkat akhir yang sedang bergelut dengan skripsi. Meski begitu, ia tetap produktif menjalani berbagai kegiatan, mulai dari fotografi, freelance crew event, jualan benih tanaman, dan berkebun.
Berkebun bukan sekadar hobi untuk mengisi waktu luang, melainkan juga sebagai ekspresi diri yang apa adanya. Firgi bangga menunjukkan hal itu kepada dunia hingga menjadi magnet inspirasi bagi banyak orang. Pasalnya, konten miliknya jadi perbincangan di media sosial dan orang-orang menyebutnya "mas-mas bunga matahari".
Kenapa demikian? Bagaimana bisa konten sederhana berhasil mencuri banyak perhatian? Mari menyoroti cerita Firgi dan hobinya menanam bunga yang dianggap tidak maskulin ini.