Ilustrasi Idul Adha (freepik.com/freepik)
Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar.
Alhamdulillahi nahmaduhu wa nasta’inuhu wa nastaghfiruhu. Wa na’udzu billahi min syururi anfusina wa min sayyi’ati a’malina. Man yahdihillahu fala mudhilla lah, wa man yudhlil fala hadiya lah.
Ashhadu alla ilaha illallah wahdahu la syarikalah, wa ashhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuluh. Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad kama shallaita ‘ala Ibrahim wa ‘ala ali Ibrahim innaka hamidun majid.
Amma ba’du.
Uushikum wa iyyaya bitaqwallah. Faqad fazal muttaqun.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Hari-hari setelah Idul Adha adalah waktu yang tepat bagi kita untuk merenungi kembali makna dari pengorbanan yang telah diteladankan oleh Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS. Dalam kisahnya, Nabi Ibrahim rela mengorbankan putranya demi perintah Allah SWT. Begitu pula Nabi Ismail, ia menunjukkan ketaatan luar biasa dengan menerima perintah itu dengan sabar dan lapang dada.
Sebagaimana firman Allah SWT:
“Maka ketika anak itu sampai pada (umur) sanggup berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, ‘Wahai anakku! Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!’ Ia (Ismail) menjawab, ‘Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar’.”
(QS Ash-Shaffat: 102)
Dari kisah ini, kita belajar bahwa pengorbanan sejati adalah bukti keimanan. Marilah kita aplikasikan semangat ini dalam kehidupan sehari-hari: berkorban untuk keluarga, agama, dan masyarakat. Semoga semangat Idul Adha tetap hidup sepanjang tahun.