Cucu Lulus Tsinghua University, Luhut Pandjaitan Tulis Pesan Haru

Intinya sih...
Faye Simanjuntak memiliki kepedulian tinggi terhadap isu kemanusiaan sejak usia 8 tahun, membantu korban bencana Gunung Merapi dan mendirikan yayasan untuk korban kekerasan anak.
Faye menolak perlakuan istimewa dari jabatan keluarganya, menekankan prestasinya murni dari kerja keras. Ia berhasil meraih beasiswa Schwarzman Scholars di Tsinghua University dengan peluang 3-5%.
Luhut Pandjaitan menulis pesan haru untuk Faye, mengingatkannya untuk selalu memberi dampak positif bagi Indonesia, serta profil singkat Tsinghua University dan Schwarzman Scholars.
Ketua Dewan Ekonomi Nasional, Luhut Binsar Pandjaitan berbagi kisah membanggakan dari cucunya, Faye Hasian Simanjuntak. Faye baru saja menyelesaikan program beasiswa bergengsi, Schwarzman Scholars yang mengantarkannya mendapatkan gelar dari Tsinghua university.
Faye yang menjadi salah satu anak muda berpengaruh dalam kategori "30 Under 30" versi Majalah Forbes Indonesia ini telah menorehkan prestasi yang membanggakan. Luhut yang akrab disapa Opung, menuliskan pesan haru untuk cucunya saat menghadiri wisuda di Beijing, Cina pada 22 Juni 2025 lalu.
1. Faye memliki kepedulian yang tinggi terhadap isu kemanusiaan
Faye memliki kepedulian yang tinggi terhadap isu kemanusiaan. Hal ini telah tampak sejak usianya masih terbilang muda, yakni 8 tahun. Luhut bercerita, pada 26 Oktober 2010 Gunung Merapi di Jawa Tengah meletus, kemudian bencana tersebut berdampak pada berbagai lini kehidupan masyarakat sekitar. Kala itu, letusan Gunung Merapi menjadi yang paling mematikan dalam sejarah merapi di abad ke-21.
Faye datang kepada kakeknya untuk meminta bantuan, menggenapi kekurangan dana yang telah digalangnya bersama teman-teman untuk disumbangkan ke panti asuhan. Faye menyampaikan masih membutuhkan dana sekitar Rp4 juta agar seluruh kebutuhan terpenuhi.
Saat itu, Luhut kagum dengan rasa empati Faye yang begitu besar. "Bagaimana mungkin anak usia 9 tahun sudah memiliki kepekaan sosial sedalam itu, bahkan ingin merayakan ulang tahunnya dengan menggalang dana bagi korban bencana?" batinnya.
Sejak kecil Faye telah menunjukkan kepekaan yang besar terhadap isu sosial. Ketika usianya 9 tahun ia menemukan data bahwa Indonesia termasuk dalam negara dengan kerentanan tinggi terhadap perdagangan anak. Tak main-main, dua tahun kemudian, Faye menyampaikan niatnya untuk membentuk yayasan yang bergerak menolong korban kekerasan. Sejak itu, ia aktif menyuarakan hak anak di berbagai tempat, mulai dari panti asuhan hingga ke markas PBB di Amerika Serikat.
Sampai hari ini, Rumah Feya telah menampung lebih dari 190 anak, tulis Luhut dalam pesannya. Yayasan ini juga telah membangun rumah aman atau safe house untuk merehabilitasi anak korban kekerasan seksual.
2. Faye tolak perlakuan istimewa dari jabatan keluarganya
Luhut menulis, sejak kecil Faye menunjukkan sikap yang kritis, mandiri dan paling tidak suka bila prestasinya dikaitkan dengan jabatan keluarga. Termasuk ketika ia dicalonkan untuk menerima penghargaan dari Vatikan. Faye menekankan agar Opungnya tak menggunakan koneksi untuk mengintervensi prestasinya. Ia ingin semua yang diraih murni dari hasil kerja keras.
"Tolong jangan bilang aku anak siapa, cucu siapa. Aku ingin dilihat karena apa yang aku kerjakan," kata Faye. Ia memohon agar keluarganya tak menyebut-nyebut siapa dia di hadapan siapapun.
Hal ini terbukti hingga Faye mendaftar program beasiswa prestisius Schwarzman Scholars di Tsinghua University. Prestasi yang membanggakan karena ia berhasil menerima scholar tersebut meski peluangnya hanya 3-5 persen dari puluhan ribu pendaftar global. Pada 22 Juin 2025, Faye akhirnya lulus dari salah satu kampus terbaik di dunia, Tsinghua University.
Luhut tuliskan harapannya, "Harapan saya hanya satu, agar ia selalu ingat nasihat yang sering saya ucapkan; bahwa sejauh apapun engkau melangkah, ke mana pun engkau belajar, dan di forum mana pun engkau berbicaram jangan pernah lupa bahwa negeri ini adalah tanah kelahiranmu. Di sinilah tempatmu kelak mengabdi, membangun, dan menanamkan kembali semua ilmu dan nilai yang engkau pelajari. Jangan pernah merasa terlalu besar untuk bangsa ini. Tapi juga jangan merasa terlalu kecil untuk memberi dampak."
3. Pesan Luhut untuk Faye
Teruntuk Faye, cucu kesayangan Opung,
Sai sahat tu roham, sai pasu-pasu tu tanganmu.
Biarlah hatimu tetap bersih dan tanganmu tetap memberi. Jadilah terang bagi sesama di mana pun engkau berada. Jalanilah hidupmu dengan hormat, kerja keras, dan cinta pada negeri ini.
Karena sejauh apa pun engkau pergi, ingatlah: tanah yang kau injak saat pertama belajar berjalan, itulah yang akan selalu memanggilmu pulang. Dan bila kelak engkau kembali, pulanglah membawa pelita, bukan sekadar cerita.
Beijing,
22 Juni 2025.
4. Profil singkat Tsinghua University
Tsinghua University terletak di Beijing, China. universitas yang telah berdiri sejak 1911 ini semula memiliki nama Tsing Hua Imperial College. Kampus ini menjadi salah satu perguruan tinggi bergengsi di dunia, berada pada posisi ke-17 menurut QS World rangking 2025. Sementara di Asia, public university ini menduduki rangking 1 sebagai kampus terbaik, berdasarkan Times Higher Education (THE) Asia Rankings 2024.
Universitas unggulan yang dipimpin oleh Li Luming ini terbukti menjadi salah satu kampus terbaik di dunia. Unggul dalam bidang ekonomi, manajemen, dan ilmu komputer berkat berbagai riset yang mendalam. Tsinghua dikenal sebagai pusat pendidikan yang mengedepankan keunggulan di bidang sosial serta sains.
5. Profil singkat Schwarzman Scholars
Schwarzman Scholars dirancang untuk menjawab tantangan di abad ke-21. Schwarzman Scholars mendukung 200 scholars setiap tahunnya dari berbagai negara mulai dari Amerika Serikat, China, dan berbagai negara di seluruh dunia termasuk Indonesia untuk menempuh program magister selama satu tahun dalam bidang global affairs.
Para penerima beasiswa akan tinggal di Beijing selama satu tahun untuk belajar, merasakan pengalaman budaya secara lansung, serta mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang Tiongkok. Scholars dapat memilih mata kuliah pilihan untuk menyesuaikan pengalaman akademis mereka. Setelah menyelesaikan program, seluruh penerima beasiswa akan memperoleh Gelar Magister di bidang Global Affairs yang diberikan oleh Universitas Tsinghua.