Faye lulus dari Tsinghua University. (instagram.com/luhut.pandjaitan)
Faye memliki kepedulian yang tinggi terhadap isu kemanusiaan. Hal ini telah tampak sejak usianya masih terbilang muda, yakni 8 tahun. Luhut bercerita, pada 26 Oktober 2010 Gunung Merapi di Jawa Tengah meletus, kemudian bencana tersebut berdampak pada berbagai lini kehidupan masyarakat sekitar. Kala itu, letusan Gunung Merapi menjadi yang paling mematikan dalam sejarah merapi di abad ke-21.
Faye datang kepada kakeknya untuk meminta bantuan, menggenapi kekurangan dana yang telah digalangnya bersama teman-teman untuk disumbangkan ke panti asuhan. Faye menyampaikan masih membutuhkan dana sekitar Rp4 juta agar seluruh kebutuhan terpenuhi.
Saat itu, Luhut kagum dengan rasa empati Faye yang begitu besar. "Bagaimana mungkin anak usia 9 tahun sudah memiliki kepekaan sosial sedalam itu, bahkan ingin merayakan ulang tahunnya dengan menggalang dana bagi korban bencana?" batinnya.
Sejak kecil Faye telah menunjukkan kepekaan yang besar terhadap isu sosial. Ketika usianya 9 tahun ia menemukan data bahwa Indonesia termasuk dalam negara dengan kerentanan tinggi terhadap perdagangan anak. Tak main-main, dua tahun kemudian, Faye menyampaikan niatnya untuk membentuk yayasan yang bergerak menolong korban kekerasan. Sejak itu, ia aktif menyuarakan hak anak di berbagai tempat, mulai dari panti asuhan hingga ke markas PBB di Amerika Serikat.
Sampai hari ini, Rumah Feya telah menampung lebih dari 190 anak, tulis Luhut dalam pesannya. Yayasan ini juga telah membangun rumah aman atau safe house untuk merehabilitasi anak korban kekerasan seksual.