Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi ceramah (unsplash.com/Raka Dwi Wicaksana)

Intinya sih...

  • Dakwah menggunakan humor untuk menarik perhatian dan menyampaikan pesan dengan cara yang ringan dan mengena.
  • Penggunaan humor dalam dakwah harus bijaksana dan tidak merendahkan orang lain, sesuai dengan nilai-nilai agama.
  • Seorang penceramah perlu memperhatikan pemilihan kata, audiens, martabat orang lain, dan konteks dalam menggunakan humor dalam dakwah.

Dalam dunia dakwah, humor atau guyonan sering digunakan oleh para ulama atau tokoh agama untuk menarik perhatian audiens, mencairkan suasana, atau menyampaikan pesan dengan cara yang lebih ringan dan mengena. Namun, penggunaan humor dalam dakwah juga tidak lepas dari kontroversi, seperti yang terjadi baru-baru ini terkait pernyataan Miftah Maulana yang mengundang kritik setelah video interaksinya dengan pedagang es teh menjadi viral.

Miftah Maulana, seorang ulama yang juga sekaligus Utusan Khusus Presiden Prabowo Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan yang dikenal karena gaya dakwahnya yang santai dan menghibur, mendapat kecaman publik karena mengucapkan kata-kata yang dianggap menghina pedagang es teh dalam acara Magelang Bersholawat. Ucapan tersebut memicu reaksi keras dari warganet yang merasa bahwa humor tersebut tidak pantas dan dapat merendahkan martabat orang lain, khususnya mereka yang bekerja keras untuk mencari nafkah. 

Editorial Team

Tonton lebih seru di