Di balik layar konten kreator IC Homecafe. (dok.IC Homecafe)
Mengembangkan akun Instagram hingga memiliki banyak pengikut, tentu bukan pekerjaan mudah. Icah perlu memahami tren digital, mengenal algoritma media sosial, serta menganalisa selera audiens untuk menjadikan kontennya tetap relevan.
Icah mengaku sempat merasa ragu dengan konsep home cafe yang diusungnya. Ia menyadari, karakter penonton Indonesia sedikit berbeda dibanding pereferensi audiens Korea Selatan. Namun, berkat kepiawaiannya menciptakan identitas visual, IC Homecafe berhasil menarik ribuan pengguna Instagram.
"Awalnya aku kan lihatnya orang-orang Korea kebanyakan, di Indonesia justru jarang (konsep home cafe). Tapi makin lama, berkembangnya akun ini, makin banyak juga yang tertarik, dan makin banyak juga yang terinspirasi untuk membuat video seperti aku. Jadi, kadang tuh ada yang nanya di direct message, jadi aku kadang berbagi insight ke mereka dan mereka juga terinspirasi dan buat juga, dan sama buat resep juga kayak gitu," ungkapnya.
Berbeda gaya dengan kreator lokal yang banyak menampilkan wajah dan suara, IC Homecafe tetap mempertahankan video estetik tanpa voice over atau subtitle. Seluruh deskripsi dituangkan di caption. Tentu hal ini berbeda dari kebanyakan kreator Indonesia yang terkesan lebih ramai, akan tetapi diakui Icah ini menjadi uniqueness tersendiri.
Termasuk menyoal identitas diri yang sengaja tak ditampilkan oleh Icah. Ia mengaku nyaman apabila audiens hanya mengenali karyanya, tanpa harus tahu kreator di balik akun tersebut.
Icah sampaikan, "Aku tuh fokus ke minumannya aja gitu, dari background putih, minuman, dan suara ASMR itu."
"Aku konsepnya emang gitu, ASMR ya namanya. Jadi, kayak suara-suara es batu aja, bukan yang pakai voice over karena memang aku nge-aim-nya ingin yang kayak gitu, cuma suara minuman aja dan keterangannya di caption, resepnya di caption. Memang konsep home cafe aku aja seperti itu," tambahnya.
Perempuan dengan latar belakang pendidikan marketing komunikasi ini, mengaku turut menerapkan ilmu yang dipelajarinya selama di bangku kuliah. Teori terkait strategi pemasaran, brand awareness, copywriting, hingga audiens development, turut punya andil dalam melahirkan IC Homecafe sebagai platform yang disukai banyak pihak.
Baginya, dengan memahami dasar marketing, publikasi, dan target market, kontennya jadi lebih terukur."Copywriting itu berguna banget, yang sebelumnya aku belajar dari marketing komunikasi, berguna banget untuk nulis-nulis di caption," kisah dia.
Icah menyasar pencinta kopi dan simple coocking yang juga mengedepankan keindahan visual. Keberhasilannya membuktikan tren global yang diadaptasi dengan sentuhan lokal, sukses menciptakan gelombang baru bagi industri kreatif di Indonesia.
"Awalnya memang kalau mau buat sesuatu, ya harus bereksperimen. Aku tuh banyak bereksperimen sampai ketemu apa sih kesukaan orang-orang. Apa sih kesukaan pengikutku? Kalau udah ketahuan nih, ternyata pakai background ini banyak viewers-nya, jadi diterusin sambil dikembangin kayak gitu," ungkapnya.