Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
mengapa korban bullying sulit menyadari dirinya sedang disakiti?
ilustrasi bullying (pexels.com/Yan Krukau)

Intinya sih...

  • Rasa aman di tempat kerja perlahan hilang, memengaruhi interaksi antarpegawai dan kerja sama tim.

  • Produktivitas menurun karena tekanan mental, berdampak pada kinerja tim dan suasana kerja yang tidak sehat.

  • Hubungan antarrekan jadi renggang, menciptakan kompetisi tidak sehat dan hubungan kerja yang dingin.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bullying di dunia kerja sering kali tidak disadari karena bentuknya lebih halus dibanding di sekolah. Ucapan merendahkan, candaan yang menyakitkan, atau tekanan berlebihan bisa muncul dari rekan kerja bahkan atasan sendiri. Lama-kelamaan, perilaku semacam ini menggerus rasa aman dan kepercayaan diri seseorang. Lingkungan yang seharusnya jadi tempat tumbuh malah berubah jadi ruang yang membuat orang ingin cepat pulang.

Efek bullying di tempat kerja tidak berhenti pada satu orang saja, tapi menjalar ke banyak sisi kehidupan. Untuk memahami seberapa serius dampaknya, berikut lima efek domino bullying di dunia kerja yang perlu kamu tahu.

1. Rasa aman di tempat kerja perlahan hilang

ilustrasi bullying (pexels.com/Yan Krukau)

Begitu bullying muncul di kantor, hal pertama yang lenyap adalah rasa aman. Orang yang jadi sasaran biasanya mulai merasa diawasi, takut bicara, atau enggan berpendapat karena khawatir disalahkan. Situasi seperti ini membuat seseorang bekerja dengan hati-hati berlebihan, bukan karena profesional, tapi karena takut diserang secara verbal. Lingkungan kerja yang seharusnya mendukung justru terasa seperti ladang ranjau.

Hilangnya rasa aman juga berdampak pada interaksi antarpegawai. Karyawan jadi cenderung diam, menahan pendapat, dan memilih menjauh agar tidak ikut terseret masalah. Akibatnya, kerja sama tim menurun dan suasana kantor menjadi kaku. Ketika satu orang merasa tidak dilindungi, yang lain ikut waspada. Lama-lama, kantor yang dulu terasa menyenangkan berubah jadi tempat yang penuh ketegangan.

2. Produktivitas menurun karena tekanan mental

ilustrasi produktivitas menurun (pexels.com/energepic.com)

Bullying membuat seseorang sulit fokus. Pikiran penuh rasa cemas, takut salah, atau terus memikirkan komentar negatif yang diterima. Tugas sederhana jadi terasa berat karena setiap langkah dipenuhi keraguan. Dalam kondisi ini, wajar kalau hasil kerja menurun dan ide-ide baru tidak muncul. Kreativitas butuh rasa aman, bukan tekanan.

Kalau situasi ini dibiarkan, kinerja tim ikut terdampak. Rekan kerja yang melihat temannya dibully juga kehilangan semangat, bahkan bisa ikut burnout. Produktivitas menurun bukan hanya karena satu orang lelah, tapi karena suasana kerja jadi tidak sehat. Akhirnya, target perusahaan sulit tercapai karena energi karyawan habis untuk bertahan, bukan berkembang.

3. Hubungan antarrekan jadi renggang

ilustrasi konflik dengan rekan kerja atau atasan (pexels.com/Yan Krukau)

Bullying menciptakan jarak emosional di antara karyawan. Orang mulai berhati-hati saat berbicara, khawatir ucapannya dipelintir atau dijadikan bahan gosip. Suasana rapat yang seharusnya terbuka berubah jadi tegang, dan candaan kecil bisa memicu kesalahpahaman. Pelan-pelan, komunikasi di kantor kehilangan kehangatan.

Kondisi ini menumbuhkan kompetisi tidak sehat. Alih-alih bekerja sama, karyawan lebih fokus melindungi diri. Beberapa bahkan mencoba menarik perhatian atasan agar tidak jadi target berikutnya. Situasi seperti ini membuat hubungan kerja terasa dingin dan kaku. Padahal, hubungan antarrekan yang baik justru kunci dari tim yang solid dan produktif.

4. Reputasi perusahaan ikut terdampak

ilustrasi perusahaan (pexels.com/Pixabay)

Di era digital, kabar tentang lingkungan kerja yang toksik mudah menyebar. Cukup satu unggahan dari karyawan yang merasa diperlakukan tidak adil, reputasi perusahaan bisa langsung turun. Calon pelamar jadi ragu, dan karyawan lama mulai mencari tempat yang lebih sehat. Rotasi tinggi pun tak terhindarkan, yang akhirnya merugikan perusahaan sendiri.

Lebih dari sekadar citra, reputasi perusahaan mencerminkan nilai yang dipegang. Perusahaan yang menutup mata terhadap bullying dianggap tidak peduli pada kesejahteraan karyawannya. Hal ini bisa memengaruhi kepercayaan klien, mitra bisnis, bahkan publik. Di tengah persaingan ketat, kehilangan reputasi sama saja dengan kehilangan kepercayaan.

5. Kesehatan mental karyawan mengalami penurunan

ilustrasi kesehatan mental (pexels.com/Yan Krukau)

Efek paling serius dari bullying di dunia kerja adalah dampaknya terhadap mental korban. Rasa cemas, sulit tidur, kehilangan semangat, hingga gejala depresi bisa muncul tanpa disadari. Tekanan yang datang terus-menerus membuat tubuh memproduksi hormon stres berlebih, yang akhirnya memengaruhi kesehatan fisik juga. Seseorang bisa tetap datang ke kantor setiap hari, tapi batinnya sudah kelelahan.

Bahkan setelah keluar dari tempat kerja itu, trauma sering kali masih tertinggal. Setiap lingkungan baru bisa memicu ketakutan serupa, membuat orang sulit percaya pada rekan kerja lain. Ini menunjukkan bahwa bullying bukan sekadar masalah perilaku, tapi luka psikologis yang butuh waktu lama untuk pulih. Karena itu, membangun lingkungan kerja yang aman seharusnya menjadi tanggung jawab bersama, bukan hanya HR atau atasan.

Bullying di dunia kerja bukan sekadar persoalan antarindividu, melainkan budaya yang bisa menggerus fondasi organisasi. Sekali dibiarkan, efeknya menjalar ke semua lini dari kinerja, hubungan, sampai reputasi perusahaan. Tempat kerja seharusnya jadi ruang tumbuh, bukan medan yang membuat orang kehilangan harga diri. Jadi, kalau kamu merasa ada tanda-tanda bullying di sekitar, jangan diam. Perubahan dimulai dari keberanian untuk bicara dan saling melindungi.

Referensi:

  • "Signs and Effects of Workplace Bullying" Very Well Mind. Diakses pada Oktober 2025

  • "Bullying in the Workplace: The Psychological Causes and Effects of Bullying in the Workplace" Clinical Research in Psychology. Diakses pada Oktober 2025

  • "Workplace Bullying: Causes, Consequences, and Intervention Strategies" SIOP. Diakses pada Oktober 2025

  • "The impact of workplace bullying on individual wellbeing: The moderating role of coping" SAJHRM. Diakses pada Oktober 2025

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team