potret seseorang mengalami maladaptive daydreaming (pexels.com/cottonbro studio)
Maladaptive daydreaming bisa menjadi gejala maupun pemicu gangguan mental lainnya seperti depresi, dissociative disorder, atau gangguan obsesif-kompulsif. Ketika kamu terlalu tenggelam dalam dunia lamunanmu, kamu cenderung kehilangan kendali atas pikiran dan emosi yang sebenarnya perlu kamu hadapi secara sehat. Kondisi ini membuat kamu sulit membedakan antara imajinasi dan realitas, sehingga kamu bisa terjebak dalam siklus melamun yang sulit dihentikan. Jika tidak segera ditangani, maladaptive daydreaming berisiko memperburuk gejala mental yang sudah ada atau bahkan memunculkan gangguan baru.
Beberapa penderita juga mengalami rasa hampa dan kehilangan makna ketika tidak sedang melamun, seolah dunia nyata terasa membosankan dan tidak bernilai. Ketergantungan pada lamunan ini sering membuat kamu tidak tertarik memiliki hubungan sosial dengan orang lain. Dalam jangka panjang, hal tersebut dapat menurunkan kualitas hidupmu dan membuatmu nyaman terisolasi. Oleh karena itu, penting bagi kamu untuk menyadari tanda-tandanya sejak dini dan mencari bantuan profesional agar kondisi ini tidak berkembang menjadi gangguan yang lebih serius.
Melamun sebenarnya hal yang manusiawi kok, tetapi ketika imajinasi itu berubah menjadi pelarian yang terus-menerus, kesehatan mentalmu bisa terancam. Mengenali batas antara lamunan normal dan maladaptive daydreaming adalah langkah pertama untuk melindungi dirimu.
Jika kamu merasa sulit mengendalikannya, tidak ada salahnya untuk berkonsultasi dengan psikolog atau terapis, ya. Agar kamu bisa kembali sehat dan tidak terjebak dengan khayalanmu yang semu. Semoga artikel ini bermanfaat!